KIBLAT.NET, Jakarta – Sekolah Pemikiran Islam (SPI) mengadakan pameran sekaligus seminar "111 Tahun Buya Hamka" dengan tema 'Berbagi Cerita tentang Sang Ayah Bangsa'. Seminar ini digelar di Auditorium Arifin Panigoro Universitas Al Azhar Indonesia Jakarta dari 16-17 Februari 2019.
Kepala Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Akmal Sjafril mengatakan, yang menjadi target peserta event kali ini adalah para pemuda dan kaum milenial. Karena generasi yang lebih tua banyak yang sudah mengenal Buya Hamka.
Datang ke lokasi, Kiblat.net melihat rata-rata yang datang ke pameran adalah anak muda. Ada yang masih mengenyam bangku universitas maupun sudah ada yang bekerja.
Ananda Fildza Alifah, mahasiswi semester dua Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Al Hikmah, menyatakan bahwa seminar ini tidak biasa. Pasalnya SPI mengangkat tema salah satu pahlawan Islam yang paling berpengaruh di Indonesia, namun masyarakat kini seakan lupa akan sosoknya.
"Beliau (Hamka) mantan kepala MUI pertama ya, lalu kalau ke toko buku, itu ada karya beliau, salah satunya adalah Tasawuf Modern. Dengan adanya seminar dan pameran ini, anak muda tidak lupa dengan tokoh penting di Indonesia," ungkapnya.
Fildza pun mengungkapkan, saat ini anak muda cenderung tidak suka belajar sejarah. Dengan adanya seminar yang tidak biasa ini, ia berharap gairah anak muda untuk mengenal sejarah bisa bangkit.
Dia juga mengaku sangat terkesan dengan kepribadian Buya Hamka, karena dalam berdakwah, Ayah Bangsa itu lebih menekankan tentang pembangunan mental dan jiwa.
"Itu adalah hal yang sering kita lupakan, karena untuk menjaga kegiatan sehari-hari kita lancar, atau teratur dan stabil itu dari jiwa dan mentalnya dulu," ungkapnya.
Sementara itu, Winda dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan Icha dari Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor, mengaku tertarik datang ke seminar besutan Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta ini karena membahas tokoh Muhammadiyah.
"Kita excited dengan seminar ini karena ingin tahu lebih jauh tentang tokoh tokoh Muhammadiyah yang ada. Setelah kita ikut seminar ini, kita jadi makin tahu lebih banyak lagi tentang sosok Buya Hamka," ujar Winda.
Winda berharap, semoga ke depannya acara serupa diadakan kembali agar milenial tidak buta akan sejarah, dan bisa mengaplikasikan nilai-nilai dari para pelaku sejarah.
Sementara Icha sangat terbantu dengan adanya seminar ini. Sebagai anak muda, ia mengaku menjadi lebih tahu tentang sosok pahlawan Indonesia.
"Kita tadinya merasa awam dari kata Buya Hamka, dia ini siapa. Kita kepo juga seperti apa Buya itu. Tapi dengan ikutnya seminar ini, Alhamdulillah kita bisa ketemu juga dengan keluarga Buya dan mendapat pelajaran di situ. Anak muda bisa mengikuti contoh dari Buya, Ayah Bangsa," tuturnya.
Rahman Juli Hamdani, anak muda berdarah Minang yang tinggal di Cakung, Jakarta Timur mengaku merupakan fans berat Buya Hamka. Pasalnya, kedua orang tuanya dari daerah Minangkabau, kedatangannya ke Seminar itu karena ingin menggali lebih dalam lagi sejarah hidup Buya Hamka.
"Ingin mengetahui pengalaman hidupnya, karena Buya ini sudah dikenal masyarakat luas, karena itu harapan saya acara ini diadakan setiap tahunnya," ujar karyawan PT United Tractor ini.
Buya Hamka, sebut Rahman merupakan ulama besar yang sangat konsisten memegang Islam. Rahman menyebut Buya sebagai ulama garis lurus yang berani menerangkan yang benar adalah benar, dan batil adalah batil.
"Ulama yang sulit dicari penggantinya. Harapan saya milenial khususnya masyarakat Minangkabau kembali kepada masjid, surau, Quran. Kembali belajar guru silat, seperti pendahulu kita yang sudah-sudah," ujarnya.
Menurutnya, generasi milenial Minangkabau saat ini sudah tergerus akhlaknya, perilaku dan pergaulannya sudah banyak mengikuti budaya Barat.
Reporter: Muhammad Jundii
Editor: M. Rudy
Sumber: https://www.kiblat.net/2019/02/18/suara-kaum-milenial-tentang-buya-hamka/