Berita Seputar Teknologi, Kesehatan dan Olah Raga

Pages

Kurang Tenang, Acchedya Gagal Sumbang Medali untuk Indonesia





Jakarta – Lifter putri Acchedya Jagaddhita gagal mencapai target medali di Asian Games 2018. Lifter berusia 21 tahun itu mengaku kurang fokus saat tampil.

Acchedya yang turun di kelas 58 kg bertanding di Hall A JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (23/8/2018), sejatinya telah mengawali angkatan snatch 93 kg dengan baik. Namun, saat percobaan di angkatan kedua dan ketiga 97 kg, dia gagal.

Sementara di angkatan clean and jerk, catatan terbaik putri dari pelatih nasional Supeni ini hanya mampu di 115 kg. Sebelumnya pada percobaan angkatan 121 kg, dia kembali gagal. Dengan total angkatan 208 kg, Acchedya hanya finis kelima.

Acchedya mengakui dirinya tampil terlalu buru-buru. Selain itu, tarikan napasnya juga kurang panjang sehingga memengaruhi dirinya saat mengangkat beban.

“Belum puas karena sebenarnya ini bukan target angkatan saya. Harusnya saya bisa medali karena target angkatan totalnya harusnya bisa tembus 220 kg,” kata Acchedya usai tanding.

Persaingan yang ditampilkan di kelas 58 kg sejatinya sudah kompetitif. Ini tak lepas dari keikutsertaan peraih medali emas Olimpiade 2016 Sukanya Srisurat dan peraih medali perunggu Olimpiade 2016 Kuo Hsing-chun.

Benar saja, keduanya masing-masing meraih medali emas dan medali perak di Asian Games tahun ini.

Sementara Acchedya sebenarnya punya kesempatan asal target total angkatan 220 kg bisa tercapai. Pasalnya, peraih medali perunggu, Mikiko Andoh, hanya mengamankan total angkatan 218 kg.

“Sebenarnya saya sudah tahu lawan-lawannya adalah dua atlet olimpiade dan lainnya merupakan lawan-lawan di kejuaraan internasional dan saya sudah berusaha. Tapi ternyata saya memang harus latihan lebih, lebih, lebih lagi,” katanya.

“Ya saya sudah latihan keras tapi lawan ternyata lebih keras. Artinya ke depan saya harus latihan berkali-kali lipat lagi.”

Sementara itu, Supeni mengatakan harus ada evaluasi menyeluruh untuk seluruh lifter putri. Dia juga menyadari ada ketimpangan pengalaman antara atletnya dan lawan yang dihadapi.

“Memang kami butuh banyak belajar dan secepatnya evaluasi. Apalagi jika mengacu ke perkembangan negara-negara lain, yang mana mereka (lifter negara lain) bisa pulih lebih cepat, recovery lebih cepat,” kata Supeni.

“Kami akan terus mengevaluasi letak kesalahan. Selain dari Sri Wahyuni saya tidak ada tekanan kepada atlet lain karena jam terbangnya masih di bawah Sri Wahyuni. Jadi memang harus ada penekanan bahwa science harus cepat dikembangkan selain latihan,” tambahnya.

<!–
[Gambas:Sportradar]
–>

(mcy/nds)


close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==
KODE DFP 2
KODE DFP 2