VIVA – Tim balap sepeda track Indonesia gagal mencapai babak final pada tiga nomor Asian Games 2018 yang diperlombakan di Jakarta International Velodrome, Senin, 27 Agustus 2018 di.
Tampil di tiga nomor team sprint putri, team sprint putra dan team pursuit putra, skuat Merah-Putih tak mampu bersaing dengan para pesepeda dari China, Jepang dan Korea Selatan.
Namun, pelatih kepala timnas balap sepeda Indonesia, Dadang Haris Purnomo mengungkapkan, catatan waktu tim Indonesia, terutama untuk kategori team sprint putri dan team sprint putra, cukup bersaing di balapan yang diikuti tim tangguh seperti China, Jepang, dan Korsel.
“Untuk tim sprint putri sudah banyak peningkatan dan sangat luar biasa karena kami bisa pecah rekor nasional. Kami juga bisa melewati waktu Malaysia dan Thailand,” kata Dadang.
Elga Kharisma Novanda dan Crismonita Dwi yang diturunkan di team sprint putri hanya mampu mencatatkan waktu terbaik kelima dari delapan tim, yakni 34,435 detik, setelah China, Hong Kong, Korea Selatan, dan Jepang. Torehan waktu Elga dan Crismonita itu menggunguli catatan waktu tim Malaysia, India dan Thailand.
Sementara itu trio pebalap, Rio Akbar, Puguh Admadi dan Terry Yudha yang turun di team sprint putra harus juga puas dengan peringkat lima dengan waktu 44,895 detik, unggul dari Kazakhstan, Iran, Thailand, India dan Hong Kong.
“Malaysia masih di atas kami. Tapi ini luar biasa, progres anak-anak cukup bagus. Tapi memang lawan masih terbaik seperti Jepang, China, Korea Selatan dan Malaysia, untuk putra,” ucapnya.
Lihat Juga
Akan tetapi, di nomor team pursuit putra, skuat Merah-Putih yang beranggotakan Bernard Benyamin van Aert, Projo Waseso, Nandra Eko Wahyudi dan Elan Riyadi, tak lolos kualifikasi karena salah satu pebalap terjatuh di lintasan.
Tim Indonesia yang diberi kesempatan sekali lagi di akhir babak kualifikasi, menurunkan Robin Manullang untuk menggantikan Projo Waseso yang terjatuh, belum bisa menembus babak kualifikasi setelah hanya mencatatkan waktu 4 menit 22,845 detik di peringkat 9.
Dadang melihat kecelakaan tersebut disebabkan karena tim besutannya tidak terbiasa dengan spons yang dipasang di sisi dalam trek. Sebab, ketika latihan mereka tidak pernah memasang aksesoris lomba tersebut. Akibat tidak terbiasa, hal itu mengakibatkan kecepatan yang tidak merata di antara pebalap.
“Dengan kecepatan yang tidak merata, mereka bergoyang. Di situ ada spons, akhirnya dengan adanya spons tersebut pergerakan mereka terbatas, dari pada dia (Projo) menabrak teman, dia menabrak spons dan terjatuh. Itu yang saya amati,” lanjutnya.
“Memang perlu setiap latihan, aksesoris ‘event’ harus ada semua untuk menghindari hal-hal seperti itu,” ujarnya menambahkan.
Sementara untuk nomor team pursuit putri, Indonesia tidak ambil bagian. Tim Indonesia masih mempunyai peluang untuk mencuri medali di sejumlah disiplin balap sepeda track seperti Madison, Keirin, Omnium, dan sprint individu, yang akan digelar di Velodrome, Rawamangun, hingga 31 Agustus 2018 mendatang.