loading…
Tiga tahun lalu, dia masih berprofesi sebagai guru preschool. Siapa sangka, kini dia sudah yang bertransformasi menjadi aktris ternama dan masuk nominasi Oscar. Semuanya berawal dari ketidak sengajaan. Kala itu sang kakak, Edith, diundang pusat kebudayaan Tlaxiaco untuk mengikuti audisi film Roma besutan Alfonso Cuaron, tetapi berhalangan hadir karena sedang hamil.
Sang kakak pun meminta Aparicio menggantikannya dan mencoba casting untuk film yang menampilkan kehidupan seorang pembantu rumah tangga di Meksiko pada 1970-an. Padahal, dia tidak pernah berakting sebelumnya. Menurut Evening Standard, dia baru saja mendapatkan gelar mengajarnya dan benar-benar fokus pada pekerjaan untuk mendapatkan sejumlah uang agar bisa membayar studinya. Sementara itu, Cuaron sedang melakukan syuting film Roma di tempat kelahiran Aparicio, yakni Tlaxiaco, Oaxaca, Meksiko.
Baca Juga:
Dia bahkan tidak pernah mendengar sutradara terkenal itu sebelumnya. Aparicio berhasil mengalahkan sekitar 3.000 orang yang mengikuti audisi kala itu. Cuaron mengatakan, dia ingat pertama kali Aparicio muncul sebagai sosok yang pemalu, tetapi terbuka dan apa adanya. Dia adalah sosok yang dicarinya untuk memerankan Cleo. Jadi, ketika Cuaron memberitahunya jika dia ingin menjadikannya sebagai karakter utama film Roma , yakni Cleo, Aparicio tidak segera mengiyakannya. Dia meminta waktu untuk berpikir.
Dia masih mempertimbangkan apakah harus meninggalkan kariernya di dunia pendidikan. Apalagi, Aparicio memang tidak memiliki niat menjadi aktris. Dikutip dari South China Morning Post , dia bahkan belum pernah menonton film di layar lebar sampai berusia 15 tahun. Di kotanya, Tlaxiaco, bioskop sudah tidak ada lagi karena ditutup beberapa tahun lalu.
Namun, setelah berpikir masak-masak, dia pun menerima tawaran itu. "Saya senang, tetapi gugup karena saya tidak tahu apakah saya bisa mencapai apa yang diminta Alfonso. Saya juga agak sedih. Saya baru saja mendapatkan gelar dan belum bekerja sebagai guru," ungkapnya. Lalu, apa yang membuat dia menerima tawaran itu? Aparicio mengatakan bahwa dia tertarik memerankan Cleo karena peran ini menjadi pengingat akan ibunya.
Sang ibu adalah seorang ibu tunggal yang telah bekerja sebagai pekerja rumah tangga dan pengasuh. Sedangkan, sang ayah bekerja sebagai pedagang kaki lima. "Ibu saya pekerja rumah tangga. Ketika masih muda, saya biasa membantunya agar dia bisa menyelesaikannya lebih awal.
Film ini sepertinya menjadi simbol penghargaan kepada wanita seperti ibu saya," tuturnya kepada The Guardian . Masa kecilnya penuh dengan cerita kemiskinan. Negara tempat kelahirannya, Meksiko, terkenal karena upah yang rendah dan pekerja rumah tangga di sana sering dilecehkan, bekerja selama 11 jam atau lebih dalam sehari, dan tidak mendapatkan kenaikan gaji.
Seka rang dia berharap mendapat kan cu kup uang agar ibunya bisa berhenti bekerja. "Prioritas saya adalah mem bantu ibu saya, setelah itu kita akan melihat apakah saya membeli se suatu untuk diri saya sendiri," ucapnya. Peran Cleo menjadi akting pertamanya, mengingat belum pernah proses syuting dilakukan di kota kelahirannya itu. "Ada campuran ketakutan dan rasa ingin tahu. Tapi karena saya pergi dengan ibu, saya merasa sedikit lebih aman," ungkapnya kepada Vox .
Kegugupan Aparicio semakin menjadi ketika syuting film dimulai. Saat itu sang sutradara tidak memberikan naskah seperti pada umumnya, tetapi hanya memberikan skenario harian, merekam film dalam urutan kronologis, dan mendorong dialog improvisasi dengan harapan menumbuhkan perasaan yang benar-benar alami.
Lalu, bagaimana Aparicio membangun karakter Cleo? Ternyata dia melihat dirinya memiliki kesamaan nasib dengan Cleo. "Hidup saya serupa. Kami miskin dan ingin pergi ke Mexico City untuk meningkatkan kehidupan keluarga kami," ujarnya. Selain itu, ibunya yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan pengasuh juga membantunya semakin menyelami perannya tersebut.
Dia juga harus mengatasi ketakutannya terhadap kamera. "Awalnya itu agak menakutkan dan luar biasa, tetapi saya harus berpura-pura seolah kamera tidak ada di sana. Seiring berjalannya waktu, saya menjadi sangat pandai dalam hal itu, membayangkan saya sendiri, hanya melakukan tugas sehari-hari," ungkapnya kepada Variety.
Tidak hanya itu, dia harus belajar bahasa Mixtec, bahasa yang berasal dari wilayah Oaxaca, Meksiko, karena dia belum terlalu fasih meski lahir dan besar di sana. Dia pun merasa tertantang syuting di pantai. Meski tidak tahu cara berenang, dia berhasil mengatasinya. Aparicio merasa dunianya sekarang seperti mimpi yang menjadi kenyataan, termasuk bisa pergi ke luar negeri.
"Saya ingat, itu adalah sesuatu yang saya harapkan, beper gian keberbagai belahan dunia, dan mem buat saya gembira. Melalui film ini, saya bisa pergi ke tempat-tempat yang luar biasa. Di masa lalu, saya ha nya melakukan perjalanan sekolah yang dekat dengan Oaxaca," tuturnya. Selain itu, Aparicio semakin senang karena sang ibunda sangat menyukai perannya di film Roma .
"Dia sangat menyukainya. Bahkan, jika ada bagian film yang benar-benar membuatnya takut, seperti pemandangan di tepi samudra tempat pergi ombak, dia bilang itu cerita yang indah," ujarnya, dikutip PRI. Kini dia sudah semakin dikenal. Dia kerap tampil di sejumlah acara terkenal dan sampul majalah terkemuka, seperti Vogue dan HOLA! Meksiko. Fotonya di sampul Vogue Meksiko pada Desember tahun lalu menjadi catatan bersejarah tersendiri.
Pasalnya, sudah 20 tahun tidak pernah ada wanita keturunan pribumi yang berada di sampul majalah tersebut. Melalui foto-foto di akun Instagram-nya, dia menjadi aktris tenar yang bepergian ke berbagai negara, seperti New York, California, Virginia, Georgia, Illinois, North Carolina, Colorado, Inggris, Meksiko, dan Italia.
Aparicio mencatat sejarah men jadi aktris kelahiran Meksiko kedua yang dinominasikan Academy Award untuk aktris terbaik dalam perannya di film Roma. Sebelumnya Salma Hayek dinominasikan di film Frida pada 2003. Aparicio juga menjadi wanita pribumi pertama dan wanita Latin keempat yang masuk nominasi Oscar sepanjang sejarah.
"Saya akan mematahkan stereo tip, karena kami adalah penduduk asli, kami tidak dapat melakukan hal-hal tertentu karena warna kulit kami. Menerima nominasi itu akan men jadi pemutusan dari begitu banyak ide. Itu akan membuka pintu bagi orang lain, untuk semua orang, dan memperdalam keyakinan kita jika kita dapat melakukan hal-hal ini sekarang," ungkapnya kepada New York Times.
(don)
Sumber: https://lifestyle.sindonews.com/read/1389313/158/dulu-guru-preschool-kini-yalitza-aparicio-nominator-oscar-1553314393