Menampilkan wajah Islam di tengah persaingan politik adalah sebuah tantangan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA–Muhammad Zainul Majdi mengatakan, tantangan umat Islam ke depan begitu berat. Tantangan itu ialah bagaimana umat Islam dapat menampilkan wajah Islam sesuai tuntunan Rasulullah SAW di tengah persaingan politik yang penuh fitnah.
“Saya berharap bapak ibu sekalian kita belajar dari apa yang sedang terjadi untuk tetap menghadirkan cara berislam, menghadirkan konsep-konsep berislam, yang sesuai tuntunan Allah dan Rasulnya,” kata Muhammad Zainul Majdi saat menyampaikan Tablig Akbar dengan tema “Membongkar Batas Imajiner Umat” di Gedung Manggala Wanabakti, Sabtu (23/3).
Muhammad Zainul Majdi yang akrab disapa TGB ini mengatakan, jangankan melakukan sesuatu yang salah menurut pandangan Islam, sudah tentu Allah dan Rasulnya tidak akan menurunkan rahmatnya kepada yang melakukan kesalahan. “Kita melakukan yang benar, akan tetapi salah tempatnya, salah caranya maka Allah SWT dan Rasulullnya tetap tidak ridho,” katanya.
TGB mengatakan, ilustrasi Rasulullah SAW tidak ridho terhadap perbuatan umatnya yang dipandang benar tapi salah tempat dan caranya itu ketika salah satu sahabatnya bernama Mu’adz memimpin shalat berjamaah dengan surat yang panjang. Sehingga, membuat salah satu makmum keluar dari barisan shalat berjamaah dan melanjutkan shalat sendiri. Mu’adz dikabarkan marah dan mengatakan, bahwa orang yang keluar dari barisan shalat berjamaah itu orang munafik.
“Hanya orang munafik yang tak tahan di masjid. Benar tidak kita mengatakan orang munafik yang tak tahan di masjid?” katanya.
Terkait hal itu mereka sama-sama mengadukannya kepada Rasulullah. Lalu bagaimana pendapat Rasulullah dan siapa yang dibela Rasulullah? Mu’adz sahabat senior atau orang keluar dari barisan jamaah.
Ternyata, kata TGB, Rasulullah dengan muka merah berkata kepada Mu’adz. “Apakah kamu ini sekarang sudah jadi orang tukang fitnah,?” kata TGB menirukan perkataan Rasulullah ketika menegur sahabatnya.
TGB menuturkan, dalam frasa tukang fitnah ini para ulama mengatakan, fitnah yang dilakukan Mu’adz ini ada dua macam. Pertama fitnah yang dilakukan Mu’adz itu ialah membaca alquran melebihi yang seharusnya.
“Jadi bapak ibu jangan kita mentang-mentang banyak hafal ayat Alquran lalu bacaan sahalatnya panjang-panjang. Jangan yang pendek-pendek aja. Kecuali di masjid khusus misalnya milik pribadi,” katanya
“Salah tidak membaca Alquran? Tidak, karena itu merupakan salah satu amalan yang terbaik, tapi ada caranya, ada waktunya, ada porposinya,” katanya.
Dan fitnah yang kedua yang dilakukan Mu’adz adalah, kata Rasulullah SAW, adalah karena Mu’adz telah mengatakan orang yang keluar dari barisan itu orang munafik. Dan hal ini kata TGB, banyak terjadi juga pada zaman sekarang.
“Di mana orang banyak mengecap, melebeli tanpa bertanya dulu, tanpa dia tahu sebab dan kesalahannya lalu melebeli orang munafik,” katanya
Pada peristiwa itu, kata TGB, Rasulullah tak segan menegur Mu’adz sahabatnya yang telah lama mengikutinya dan menjadi rujukan sahabat-sahabat lain. Rasulullah menegur Mu’adz karena telah salah cara menghadirkan Islam di ruang publik.
“Jadi bapak ibu mari kita intropeksi semua. Meski kita orang Islam ketika kita hadir di ruang publik nilai apa sih orang melihat nilai kita. Apakah di situ orang bisa melihat kerendahan hati yang merupakan cerminan dari iman, atau melihat kedisiplinan yang merupakan karakter yang tak terpisahkan dari karakter seorang muslim,”
Sumber: https://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/pott4c409/tgb-tampilkan-islam-sesuai-tuntunan-rasulullah-saw