Lokasi desa ini sangat strategis, dataran tinggi dan daerah tujuan wisata. Desa Nglurah menjadi sentra tanaman hias dengan 130 jenis tanaman antara lain antorium, krisan anggrek, pakis, kaktus dan bonsai
Jakarta (ANTARA) – Kementerian Pertanian terus memacu peningkatan produksi komoditas pertanian tanaman hias, khususnya di Tawangmangu, Jawa Tengah, yang memiliki 130 jenis tanaman dengan potensi pasar ekspor yang terbuka lebar.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Suwandi membeberkan Indonesia sangat kaya akan komoditas tanaman hias dengan ribuan jenis varietas yang tersebar di berbagai daerah, salah satunya yang tengah dikembangkan di Desa Nglurah, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
“Lokasi desa ini sangat strategis, dataran tinggi dan daerah tujuan wisata. Desa Nglurah menjadi sentra tanaman hias dengan 130 jenis tanaman antara lain antorium, krisan anggrek, pakis, kaktus dan bonsai,” kata Suwandi saat meninjau budidaya tanaman hias di Desa Nglurah, Jumat.
Suwandi menyebutkan Kementan hingga saat ini terus mendorong sentra-sentra tanaman hias sejenis di daerah lain agar produksi dan volume ekspor semakin meningkat setiap tahunnya. Tanaman hias biasanya tumbuh subur di dataran tinggi, seperti di Brastagi, Solok, Lembang, Tawangmangu dan Batu, Malang.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Karanganyar, Supramnaryo menuturkan budidaya tanaman hias di Desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar ini melibatkan 850 kepala keluarga (KK) di 14 Rukun Tetangga (RT). Tanaman hias yang dikembangkan cukup banyak yakni 80 jenis.
Supramnaryo menjelaskan berbagai jenis tanaman hias dipasok ke berbagai wilayah Indonesia serta melibatkan 850 pedagang dan dipasarkan langsung ke hotel-hotel serta pelaku usaha dekorasi.
“Harga tanaman hias di daerah ini bervariasi, yakni tergantung jenisnya, ada Rp2.000 hingga Rp500.000 per pot. Petani pun menjualnya dalam bentuk ikat,” katanya.
Salah seorang petani tanaman hias dari Kelompok Tani Taman Sari Desa Nglurah, Wagimin, mengatakan dirinya sudah lama menggeluti budidaya tanaman hias yang jenisnya pun bermacam-macam.
“Hingga saat ini, budidaya tanaman hias di daerah Tawangmangu ini sangat prospektif karena permintaan pasar dalam negeri saja semakin meningkat,” kata dia
Sementara itu, petani bunga krisan di Desa Lebak Tawangmangu, Heru, mengatakan sudah 8 tahun bertani tanaman hias krisan mencapai 10 jenis bunga krisan. Setiap minggunya, Heru bisa memanen 250 ikat, bahkan perhari pernah 100 ikat. Harga bunga krisan sebesad Rp 25.000 per ikat.
“Pasar tidak ada masalah karena pedagang datang ke sini rutin, di antaranya untuk dekorasi. Usaha dekorasi sekarang sudah menggunakan bunga asli semua. Ini yang membuat permintaan tinggi,” kata Heru.
Ada pun kawasan pertanian di Tawangmangu ini tidak hanya menjadi sentra budidaya tanaman hias, tetapi juga sentra budidaya sayuran organik, seperti pockcay, capri dan seledri.
Baca juga: Anggrek dan tanaman hias lainnya masih jadi buruan
Baca juga: Sumbar berpotensi kembangkan tanaman hias
Baca juga: Sampah popok bayi sebagai media tanaman hias wakili Yogyakarta
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Agus Salim
COPYRIGHT © ANTARA 2019
Sumber: https://www.antaranews.com/berita/837291/kementan-pacu-pengembangan-sentra-tanaman-hias-di-tawangmangu