KIBLAT.NET, Baghdad – Meskipun pemerintah Irak mengumumkan bahwa ISIS telah diusir dari negara itu lebih dari satu setengah tahun yang lalu, 1,5 juta orang terlantar masih tinggal di kamp-kamp pengungsian dalam kondisi yang mengerikan.
Bagi sebagian besar pengungsi internal, satu-satunya mimpi adalah kembali ke rumah mereka. Banyak dari provinsi Niniwe, Shalahuddin (utara), Al-Anbar (barat) dan sebagian Diyala, Baghdad, dan Babil (timur).
Penderitaan orang-orang terlantar di Irak lebih buruk selama bulan Ramadhan. Kamp bukanlah tempat yang cocok untuk menghabiskan bulan suci. Demikian penuturan Ayoub Radhi, seorang pengungsi dari provinsi utara Saladin.
"Kami hidup dalam situasi yang sangat sulit. Kamp tidak lagi menjadi tempat yang cocok untuk kami. Kami menderita bersama dengan keluarga kami dari masalah yang tak terhitung jumlahnya. Kami hanya ingin pemerintah mengembalikan kami ke daerah-daerah kami yang bebas," ujar Radhi.
"Penderitaan kami meningkat dari hari ke hari, terutama di bulan Ramadhan, ketika orang yang berpuasa membutuhkan kenyamanan yang tidak tersedia di kamp. Selain itu, kami menghadapi kesulitan dalam penyediaan kebutuhan yang diperlukan, dan menderita masalah kesehatan," tambahnya.
Banyak pengungsi yang masih belum dapat kembali ke daerah asal mereka. Ini karena banyak rumah hancur. Selain itu, infrastruktur layanan dasar juga minim dan situasi keamanan tidak stabil.
Anas Akram, anggota Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR), mengatakan bahwa sekitar 1,5 juta orang terlantar masih tinggal di sekitar 20 kamp yang tersebar di seluruh negeri.
Sebagian besar pengungsi Irak tinggal di kamp-kamp yang tersebar di seluruh negeri, terutama terletak di selatan Mosul dan pusat gubernur Nineveh.
Akram menjelaskan bahwa keluhan pengungsi Irak telah didokumentasikan oleh OHCHR. Namun, mereka tidak menerima bantuan yang diperlukan selama bulan suci Ramadhan, baik dari pemerintah atau dari organisasi internasional.
Dia menambahkan bahwa bantuan kepada pengungsi selama Ramadhan sangat kurang. Ada kekurangan pasokan makanan dan kelangkaan sumber daya ekonomi, serta kurangnya bantuan pemerintah yang dialokasikan untuk mendukung warga Irak tersebut.
Sumber: Middle East Monitor
Redaktur: Ibas Fuadi
Sumber: https://www.kiblat.net/2019/05/24/derita-pengungsi-irak-saat-ramadhan-hidup-terancam-minim-bantuan/