Manchester City mampu membekap Brighton dalam empat pertemuan terakhir.
REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER — Euforia kemenangan dramatis Liverpool atas Barcelona di kancah Liga Champions secara tidak langsung membuat Manchester City tertekan. Pelatih Manchester City, Pep Guardiola, mewaspadai apa yang terjadi pada mantan klubnya itu bisa saja menimpa City: Liverpool merebut gelar Liga Primer Inggris di tikungan terakhir.
Manchester City sementara ini masih menduduki singgasana klasemen Liga Primer Inggris dengan torehan 95 poin dari 27 pertandingan. Liverpool menempel ketat di posisi kedua dengan terpaut satu poin.
Laga terakhir kompetisi akan digelar serentak pada Ahad (12/5) pukul 21.00 WIB. Liverpool akan menjamu Wolverhampton Wanderers di laga terakhir mereka. Sementara, Citizen akan bertandang ke markas Brighton and Hove Albion.
Di atas hitungan kertas, Manchester City berpeluang besar membawa kemenangan dari kandang Brighton and Hove Albion untuk mengunci gelar liga musim ini. Tapi jika City kalah atau ditahan imbang Brighton and Hove Albion, kekalahan Wolverhampton Wanderers akan membawa Liverpool langsung merampas gelar Liga Inggris dari genggaman City.
Di Bawah Tekanan
Guardiola menyakini kritikan akan langsung menghakimi timnya jika Liverpool berhasil menyalip Manchester City di garis finis. Karena, timnya hanya akan dinilai berdasarkan trofi yang mereka menangkan.
”Kami melihat hal itu di Liga Champions. Ketika Anda tersingkir, semua orang menghancurkan tim, menghancurkan klub, menghancurkan manajer,'' kata Guardiola, seperti dikutip Reuters, Jumat (10/5).
Kini bayangan tersebut menghantui City jelang laga pamungkas liga malam nanti. Menurut pelatih asal Spanyol itu, kegagalan menyegel gelar juara Liga Primer dapat menimbulkan kritik yang akan berusaha menghancurkan City.
''Jika Anda ingin pujian lebih banyak, Anda tidak punya pilihan kecuali menang,'' katanya. ''Karena itu, kami akan pergi ke Brighton dan hanya berpikir untuk mencoba menang. Itulah situasi yang ideal.''
Status juara bertahan membuat City semakin tertekan. Karenanya, Guardiola menilai perburuan gelar Liga Primer lebih mudah bagi Liverpool.
The Reds dinilainya tidak bermain di bawah tekanan yang sama dengan The Citizen. ''Pada akhirnya, Liverpool bermain sekarang tanpa tekanan karena mereka tahu itu (gelar) bukan di tangan mereka,” katanya. ''Kami memiliki tekanan karena kami tidak bisa kalah, karena itu (gelar) ada di tangan kami sendiri.''
Guardiola meminta pemainnya tetap tenang dan yakin mampu melewati tekanan malam nanti. Apalagi, City pernah mengalami situasi serupa saat meraih gelar Liga Primer Inggris musim 2011/2012.
Gelar itu merupakan pertama kalinya sejak 44 tahun. Situasi waktu itu mirip dengan kondisi saat ini sebab penentuan gelar harus ditentukan hingga akhir musim.
''Kami harus bermain bagus dan menjadi kuat secara mental. Kami sadar laga akan berjalan sulit. Ini adalah bagaimana kami bereaksi, bahkan jika kami memiliki momen buruk,'' kata Guardiola dikutip dari Telegraph.
Torehan Rekor
Jika mampu melewati tekanan laga terakhir, City tidak hanya mengunci gelar Liga Primer tapi juga mengukir rekor. Dikutip dari ManchesterEveneingNews, kemenangan laga terakhir akan membuat City mengamankan gelar Liga Inggris untuk kedua kalinya secara beruntun.
Tidak ada tim yang dapat melakukan itu selama 10 tahun terakhir di Liga Inggris. Terakhir adalah Manchester United yang mampu meraih kesuksesan dua kali beruntun, yaitu pada musim 2007/2009 dan 2008/2009.
City juga akan mengukir rekor dalam perolehan poin. Dengan torehan 195 poin selama dua musim berturut-turut, City sudah mengalahkan rekor Chelsea pada musim 2004/2005 dan 2005/2006 dengan total 186 poin.
Kemenangan secara khusus juga memberikan rekor bagi kiper Moraes Ederson. Jika mampu menjaga gawang City dari kebobolan, kiper asal Brasil itu mengoleksi 20 clean sheet musim ini.
Dan jika tampil penuh selama 90 menit, kiper berusia 25 tahun ini menjadi starter hampir di semua pertandingan. Kecuali, dua pertandingan terakhir di liga dalam musim pertamanya.
Pada musim ini, Ederson tak pernah sekali pun melewatkan pertandingan di Liga Inggris dengan 90 menit waktu normal. Tidak ada pemain City lain yang meraih rekor itu selama enam tahun terakhir, seperti yang dilakukan mantan pelatih Roberto Mancini terhadap Joe Hart pada musim 2012/2013.
Awas Terpeleset
Di atas kertas, City memang jauh lebih diunggulkan dibanding Brighton and Hove Albion. Dalam empat pertemuan terakhir di semua ajang, Manchester City mampu membekap klub yang memiliki julukan The Seagulls tersebut.
Bahkan, pada musim ini, City mampu dua kali mengalahkan Brighton yaitu di pentas Piala FA dan paruh pertama Liga Inggris. Tapi, City harus susah payah meraihnya dan hanya mampu menang tipis.
Berkaca dari dua kali pertemuan pada musim ini, Guardiola menilai Brighton merupakan lawan yang sulit untuk ditaklukan. ”Laga di Brighton akan sulit. Beberapa pekan lalu, kami menghadapi mereka di Piala FA dan itu laga yang sulit. Mereka akan bermain demi harga diri mereka,'' kata Guardiola.
Brighton pekan lalu juga berhasil menahan imbang tuan rumah Arsenal. Skor imbang 1-1 itu membuat Arsenal bisa disebut telah kehilangan peluang menembus posisi empat besar. ''Mereka (Brighton) bisa mencuri poin dari Arsenal,'' ujar Guardiola.
Di sisi lain, Brighton akhirnya bisa sedikit bernafas lega. Hasil imbang kontra Arsenal 1-1 dan kegagalan Cardiff City memetik poin penuh pekan lalu membuat mereka dipastikan bertahan di Liga Primer Inggris. Para penggawa The Seagulls pun seolah telah terlepas dari beban yang selama ini mereka pikul.
Kondisi ini bisa menjadi kekuatan tersendiri buat Brighton saat menjamu Manchester City di laga terakhir musim. Harga diri dan pembuktian untuk tetap layak berlaga di Liga Primer Inggris menjadi motivasi tersendiri buat para penggawa The Seagulls.
Sumber: https://nasional.republika.co.id/berita/nasional/news-analysis/prcg96257/manchester-city-tertekan-di-laga-pamungkas