Puasa termasuk ibadah paling berat dan media yang paling baik untuk perbaiki akhlak.
REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh Muhyiddin
Puasa merupakan ibadah yang wajib dilaksanakan umat Islam setiap datangnya Bulan Ramadhan. Namun, sebelum Allah memerintahkan untuk berpuasa pada bulan suci tersebut, umat terdahulu telah mempraktikkan ibadah ini untuk taqarrub ilallah.
Imam an-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslimdan al-Hafidz Ibnu Hajar al-As qalani dalam Fath al-Bari mengatakan, puasa secara bahasa mengandung pengertian al-imsakatau menahan diri. Menurut pengertian syariat, puasa adalah menahan makan dan minum serta yang membatalkannya dengan syarat-syarat yang bersifat khusus.
Puasa juga berasal dari kata shaum. Maknanya berpantang dalam arti sebenar-benarnya (al-imsaku an al-fi’li), termasuk berpantang makan, bicara, dan berjalan.
Kata shaum dalam arti berpantang bicara terdapat dalam Aquran surah Maryam ayat 19 yang berbunyi: Katakanlah, aku bernazar puasa kepada Tuhan Yang Maha pemurah maka pada hari ini aku tak berbicara dengan siapa pun.
Tradisi puasa merupakan ibadah yang telah dijalankan sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW. Bahkan, puasa merupakan ibadah yang telah dilakukan sejak manusia hidup di muka bumi. Ulama yang ahli ilmu Alquran dan Sunnah, Ibnu Katsir meyakini bahwa ajaran puasa sudah ada sejak zaman Adam dan Hawa.
Puasa tak hanya dikenal dalam agama Islam. Agama dan kepercayaan lainnya pun memiliki tradisi puasa dengan caranya berbeda-beda. Namun, puasa yang diwajibkan bagi umat Islam sangatlah istimewa. Karena, inti kewajiban puasa adalah mencetak insan yang bertakwa.
Dalam buku Risalah Ramadhan, Affandi Mochtar dan Ibi Syatibi menjelaskan bahwa sebelum ayat yang mewajibkan puasa diturunan oleh Allah, umat Islam sudah terbiasa melaksanakan ibadah puasa pada 10 Muharram atau Hari Asyura.
Dalam sejarah Islam, saat Nabi Muhammad SAW berhijrah ke Madinah juga melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada 10 Muharram tersebut. Mereka berpuasa ka rena pada 10 Muharram Allah menyelamatkan Nabi Musa dan kaumnya dari serangan Fir’aun. Nabi Musa bersyukur kepada Allah dengan cara melaksanakan puasa tersebut.
Masyarakat Arab yang menganut agama Kristen sebelum datangnya Islam juga memiliki tradisi melaksanakan ibadah puasa. Tradisi puasa tersebut dilakukan selama 50 hari. Namun, caranya berbeda dengan pelaksanaan puasa Ramadhan atau puasa Asyura. Karena, dalam puasa umat Kristen tersebut diperbolehkan makan dan minum, kecuali daging, telur, dan susu.
Sementara, Guru Besar Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sumatera Utara, Prof Ramli Abdul Wahid dalam artikelnya berjudul Puasa dalam Lintasan Sejarah menjelaskan lebih rinci terkait sejarah puasa. Menurutnya, literatur tentang sejarah puasa memang belum banyak ditemukan dalam bahasa Indonesia.
Namun, keberadaan puasa di kalangan bangsa-bangsa sebelum Islam sudah masyhur dan disebutkan secara jelas dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 183. Artinya Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah di wajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu menjadi orang-orang yang bertakwa.
Dalam sejarah Islam, pelaksanaan puasa tidak selamanya sama. Sekalipun intinya sama, yaitu menahan diri dari segala yang membatalkan puasa sepanjang hari, namun praktik yang mengitari inti puasa itu kadang berbeda.
Dalam kitab-kitab fikih, sejarah puasa tidak dijelaskan. Sementara, dalam kitab- kitab tafsir sejarah puasa dijelaskan sebagai tafsir ayat. Dari sejumlah kitab tafsir itu, menurut Prof Ramli, Tafsir al-Manar karya Rasyid Ridha memberikan penjelasan yang panjang tentang puasa umat-umat terdahulu.
Dalam menggali sejarah puasa, Prof Ramli juga banyak merujuk pada kitab Hikmah at-Tasyri` wa Falsafatuh karya Syekh Ali Ahmad al-Jurjawi. Menurut dia, kitab itu juga memberikan penjelasan yang agak panjang tentang sejarah puasa.
Prof Ramli mengatakan, ketika menafsirkan ayat tentang puasa umat-umat sebelum datangnya Islam, Rasyid Ridha menjelaskan puasa telah diwajibkan atas pengikut agama sebelum lahirnya Islam. Puasa menjadi salah satu rukun dari setiap agama karena puasa termasuk ibadah paling berat dan media yang paling baik untuk memperbaiki akhlak.
Dalam menerangkan ayat tersebut, Muhammad Abduh menyatakan Allah tidak menjelaskan siapa yang dimaksud dengan orang-orang yang berpuasa sebelum Islam itu. Namun, menurut Prof Ramli, sudah dimaklumi bahwa puasa telah dilakukan oleh seluruh penganut kepercayaan, termasuk penyembah berhala.
Misalnya, puasa telah diketahui adanya di kalangan orang-orang Mesir kuno pada masa keberhalaan mereka. Dari sana, syariat puasa pindah kepada orang-orang Yunani. Mereka menjadikannya wajib terutama atas kaum perempuan. Demikian juga orang-orang Romawi mewajibkan puasa sampai sekarang. Hindu penyembah patung pun berpuasa sampai sekarang.
Mengutip keterangan Dr Ali Abd al-Wahid, Syekh Ali Ahmad al-Jurjawi menjelaskan bahwa pengkajian tentang sejarah agama-agama menunjukkan puasa termasuk ibadah manusia yang paling tua dan paling banyak tersebar. Menurutnya, hampir tidak ada suatu agama yang dianut masyarakat yang terlepas dari kewajiban berpuasa.
Seperti itulah keberadaan puasa dari berbagai agama dan bangsa. Adapun bentuk dan cara pelaksanaan puasa tidak semua sama. Ada puasa dalam bentuk tidak makan, tidak minum, tidak melakukan hubungan kelamin, tidak bekerja, dan tidak berbicara.
Sumber: https://republika.co.id/berita/ramadhan/kabar-ramadhan/prdn3a415/sejarah-puasa-sebelum-datangnya-islam