loading…
Sore kemarin, ruang publik yang menempati lantai 8 Mall Grand Indonesia Jakarta itu menghadirkan penyanyi wanita bersuara indah nan unik Monita Tahalea dalam pertunjukan bertajuk "Tiga Menguak Takdir" dalam Melodi.
Selama kurang lebih 60 menit, Monita Tahalea menemani para penikmat seni di pertunjukan yang terinspirasi dari buku kumpulan puisi karya para maestro sastra Chairil Anwar, Rivai Apin, dan Asrul Sani.
Baca Juga:
Tidak hanya membacakan potongan-potongan puisi tentang cita-cita dan harapan karya ketiga sastrawan andal itu, Monita juga menggambarkan puisi-puisi tersebut menggunakan lagu-lagu indah yang dibawakan secara akustik hingga mem buat penikmat seni bergeming dan larut.
Monita membuka pertunjukan sore hari itu dengan membacakan puisi karya Chairil Anwar berjudul Senja di Pelabuhan Kecil yang diiringi melodi akustik lagu Perahu. Kemudian Monita membacakan puisi karya Rivai Apin berjudul Elegi, yang menginspirasinya dalam menciptakan lagu yang berjudul Bisu.
Selanjutnya, Monita membacakan puisi Melalui Siang Menembus Malam dan menyanyikan lagu terbarunya yang berjudul Jauh Nan Teduh .
Selain itu, beberapa puisi dan lagu dibacakan dan dinyanyikan secara bergiliran seperti Sajak Buat Adik yang dilanjutkan dengan lagu Sesaat Abadi , Surat dari Ibu dan lagu Hope, Tjerita Buat Dien Tamaela dan lagu Indonesia Pusaka .
Tidak lupa, Monita juga menyanyikan lagu andalannya yang berjudul Memulai Kembali ke hadapan para penikmat seni. "Senang sekali rasanya saya berkesempatan untuk tampil berbagi cerita dengan pengunjung Galeri Indonesia Kaya tentang warisan sastra Indonesia.
Sudah sejak lama saya membaca karya-karya puisi Chairil Anwar dan beberapa sastrawan lainnya, salah satunya adalah buku Tiga Menguak Takdir ini yang juga menjadi inspirasi saya dalam menciptakan karya.
Sebagai generasi muda penerus bangsa, kita harus terus mengasah kemampuan dan menggali pengetahuan kita sehingga mampu menghasilkan karya yang tak lekang dimakan usia," ujar Monita Tahalea.
Buku kumpulan puisi Tiga Menguak Takdir karya Chairil Anwar, Rivai Apin, dan Asrul Sani, ini pertama kali diterbitkan Balai Pustaka pada 1950. Buku ini mengajak kita untuk menyelami pemikiran perasaan ketiga sastrawan yang datang dari latar belakang berbeda, tapi menyatu demi mencapai suatu cita-cita yang mereka sebut sebagai "suatu tujuan takdir".
Dalam pendahuluan buku ini, Asrul Sani mengatakan "Perdekatan ini tak berarti menuruti salah satu garis atau garis dari salah seorang dari kami, tapi dalam saling menghargai segi-segi yang dihadapi masing-masing.
Garis dasar yang satu, bagi kami apriori, tak usah dipertengkarkan lagi." Monita Tahalea sendiri memulai karier musiknya melalui ajang pencarian bakat pada 2010. Pada tahun yang sama, Monita merilis debut album pertamanya yang diproduseri Indra Lesmana, bertajuk "Dream, Hope and Faith".
Tiga tahun kemudian, dia merilis minialbum bersama bandnya, The Nightingales yang bertajuk "Song of Praise". Kemudian pada 2015, Monita merilis "Dandelion" yang merupakan album solo keduanya dan ia rilis secara independen.
Baru-baru ini Monita juga meluncurkan single terbarunya berjudul Jauh Nan Teduh. "Indonesia sangat kaya akan kreativitas seniman-seniman muda yang terus berkontribusi pada perkembangan seni dan budaya lokal.
Monita Tahalea kembali mengenalkan kepada para penikmat seni karyakarya para sastrawan ternama Indonesia yang dipadupadankan dengan alunan musik nan indah.
Sebagai bentuk apresiasi atas perjalanan panjang para penulis Indonesia, kami harap pertunjukan yang diadakan ini dapat memotivasi masyarakat terutama para penikmat seni yang hadir untuk semakin antusias dan tertarik mengenal lebih jauh karya sastra Indonesia," ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation. (Hendri Irawan)
(nfl)
Sumber: https://lifestyle.sindonews.com/read/1403525/166/tiga-menguak-takdir-dalam-melodi-1557639204