Berita Seputar Teknologi, Kesehatan dan Olah Raga

Pages

Australia Masih Gelap Soal Nasib Warganya di Korut

loading…

OSAKA – Perdana Menteri Australia, Scott Morrison mengatakan, Canberra masih belum mengetahui keberadaan seorang warganya yang hilang di Korea Utara (Korut) selama beberapa hari.

Sebelumnya dilaporkan pihak keluarga Alek Sigley mengatakan mereka belum mendengar kabar dari pria berusia 29 tahun yang menjadi mahasiswa di Pyongyang, ibukota Korut, sejak Selasa.

Baca juga: Mahasiswa Australia Diduga Ditahan Korea Utara

Baca Juga:

Departemen Luar Negeri Australia pada hari Kamis mengatakan bahwa pihaknya sedang mencari klarifikasi mendesak tentang laporan seorang warga Australia telah ditahan di Korut. Australia tidak memiliki kehadiran diplomatik di Korut dan bergantung pada negara pihak ketiga seperti Swedia untuk bertindak atas namanya.

Baca juga: Australia Selidiki Kabar Warganya Ditahan di Korut

Morrison mengatakan Australia tidak dapat menetapkan apa yang terjadi pada Sigley meskipun ada bantuan dari sekutunya.

“Kami tidak memiliki informasi lebih lanjut,” kata Morrison kepada Channel 9 Australia di Osaka, Jepang, di mana ia menghadiri KTT G20 yang diikuti para pemimpin dunia.

“Ini sangat memprihatinkan, saya sangat peduli,” imbuhnya seperti dilansir dari Reuters, Jumat (28/6/2019).

Sigley telah menulis beberapa artikel untuk organisasi media internasional tentang waktunya di Korut, yang ia gambarkan dalam bahasa positif.

Dia secara teratur memperbarui akun media sosialnya tetapi belum membuat postingan sejak ia menghilangnya. Halaman Instagram-nya telah dihapus, kata perwakilan keluarga.

“Ini telah dilakukan atas dorongan keluarganya untuk membatasi spekulasi dan komentar yang tidak perlu pada saluran-saluran itu,” kata juru bicara keluarga Sigley dalam pernyataan emailnya.

“Keluarga dan teman-teman Alek berharap untuk segera mendengar kabar darinya,” sambung pernyataan itu.

Perlakuan terhadap warga negara asing, biasanya dari Amerika Serikat (AS), oleh Korut telah lama menjadi masalah yang diperdebatkan. Beberapa telah ditahan sebagai tahanan selama bertahun-tahun.

Kematian pelajar AS Otto Warmbier pada tahun 2017 setelah ia ditahan di Korut selama 17 bulan memicu periode panjang ketegangan antara Washington dan Pyongyang. Amerika Serikat dan Korut saling jual beli ancaman perang.

Warmbier ditahan pada tahun 2016 dan dijatuhi hukuman 15 tahun kerja paksa karena mencoba mencuri poster propaganda di hotelnya. Dia kembali ke AS dalam keadaan koma dan tidak lama setelah itu meninggal.

AS memberlakukan larangan pada warga negaranya yang bepergian ke Korut pada bulan September 2017, dengan beberapa pengecualian untuk pekerja kemanusiaan atau jurnalis.

Ketegangan itu agak berkurang dengan pertemuan bersejarah antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Singapura setahun yang lalu untuk membahas program nuklir dan rudal Korea Utara.

Masalahnya tetap belum terselesaikan, setelah pertemuan puncak kedua yang gagal di Hanoi tahun ini.agal di Hanoi tahun ini.

(ian)

Sumber: https://international.sindonews.com/read/1415548/40/australia-masih-gelap-soal-nasib-warganya-di-korut-1561695154


close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==
KODE DFP 2
KODE DFP 2