Kami memiliki Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement di 2019 yang menargetkan perdagangan bilateral hingga 30 miliar dolar AS pada 2022 mendatang
Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Indonesia berupaya meningkatkan kerja sama bilateral dengan Korea Selatan (Korsel) di berbagai bidang terutama di sektor industri prioritas 4.0, baik itu peningkatan perdagangan maupun investasi.
Guna membuka peluang sinergi lebih besar antara kedua negara ini, Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menggelar pertemuan dengan Menteri Perdagangan, Industri dan Energi (MoTIE) Korea Selatan, Sung Yun Mo.
"Pertemuan ini untuk follow up leader’s meeting, yang juga menindaklanjuti Memorandum of Understanding (MoU) pada September 2017 lalu," kata Airlangga seusai pertemuan tersebut lewat keterangannya diterima di Jakarta, Kamis.
Secara umum, menurut Airlangga, pada sektor bisnis dan ekonomi Indonesia dan Korsel telah membuat banyak kemajuan. Beberapa kerja sama strategis yang sudah dilakukan meliputi joint task force untuk mempromosikan kerja sama ekonomi.
"Kami memiliki Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement di 2019 yang menargetkan perdagangan bilateral hingga 30 miliar dolar AS pada 2022 mendatang," imbuhnya.
Airlangga menyampaikan saat ini Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah memiliki total 10 kesepakatan kerja sama internasional dengan berbagai mitra di Korsel.
Keenam kesepakatan itu di antaranya merupakan kerja sama antara unit di lingkungan Kemenperin dengan lembaga pemerintah di Korea.
"Secara umum, tingkat implementasi kerja sama Kemenperin dengan mitra di Republik Korea sangat baik, yaitu sembilan dari 10 kesepakatan telah terimplementasikan," kata Airlangga.
Pada kesempatan itu dilakukan pula penandatanganan kerja sama lanjutan antara Kemenperin dengan Dewan Riset Nasional untuk Ekonomi, Kemanusiaan, dan Ilmu Sosial atau National Research Council for Economic, Humanities, and Social Sciences (NRC) Korea Selatan.
"Ini sebagai perjanjian turunan MoU terkait Industri 4.0 yang telah ditandatangani pada 10 September 2018," tuturnya.
Airlangga menjelaskan kerja sama lanjutan tersebut akan memfasilitasi penempatan tenaga ahli teknis, termasuk menyelenggarakan implementasi Industri 4.0 yang bakal dilakukan di lima sektor industri, yakni otomotif, makanan dan minuman, tekstil dan produk tekstil, kimia, dan elektronik.
"Sebagai tindak lanjut MoU, tadi kami menandatangani perjanjian kerangka kerja sama teknis dengan NRC," ujarnya.
Airlangga juga menjelaskan perkembangan investasi industri asal Korea Selatan di Indonesia. Contohnya, perusahaan industri baja Posco yang telah berinvestasi dalam empat tahun terakhir untuk memproduksi 3 juta ton baja dari proses blast furnace hingga slab.
"Kami sedang diskusikan roadmap10 juta ton baja di Cilegon untuk tahun 2025, selanjutnya membangun industri turunan dengan produk seperti CRC (Cold Roll Coil)," paparnya.
Sementara itu pada industri kimia, Lotte Chemicals telah melakukan peletakan batu pertama pabrik dengan nilai investasi 4 miliar dolar AS.
"Diharapkan pabrik ini beroperasi pada tahun 2020. Sementara itu, kami berdiskusi dengan Hyundai Motor Corporation tentang rencana investasinya di Indonesia. Pada prinsipnya, kami memberikan dukungan untuk investasi ini," kata Airlangga.
Lebih lanjut, Kemenperin terus mendukung peningkatan kolaborasi di lima sektor industri sesuai prioritas Making Indonesia 4.0 untuk melakukan kerja sama yang lebih mendalam.
"Salah satu pertimbangannya adalah pasar ponsel Indonesia yang sebesar 60 juta. Selain itu, ekonomi digital sangat berkembang di Indonesia dengan didukung generasi muda," ujar Airlangga Hartarto.
Implikasi industri 4.0 pada Kementerian ESDM
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2019
Sumber: https://www.antaranews.com/berita/930201/ri-korsel-perkuat-kerja-sama-sektor-industri-prioritas-40