Berita Seputar Teknologi, Kesehatan dan Olah Raga

Pages

Syaikh Ali Belhaj, Tokoh Spiritual FIS Al-Jazair

KIBLAT.NET – Pada edisi sebelumnya telah dibahas tokoh nomor wahid FIS, Abbas Madani. Perjalanan hidupnya penuh dengan lika liku yang penuh dengan hikmah bagi para pelanjut perjuangannya. Sebelum kita membahas lebih dalam tentang FIS, kita telusuri terlebih dahulu perjalanan hidup tokoh nomor dua FIS, Ali Belhaj yang ditulis apik di dalam website pribadinya, www.alibelhaj.net.

Dalam tulisan yang membahas perjalanan hidupnya tercantum ada beberapa poin penting. Dimulai dari awal mula kehidupannya hingga "badai" yang menimpa FIS pada pemilu 1991.

Ali lahir pada masa pelarian dari Adrar, Al Jazair  selatan ke Tunis. Keluarganya terpaksa angkat kaki dari tanah airnya sendiri karena tekanan dari penjajah Prancis. Bisa dikatakan Ali lahir dalam suasana heroik perjuangan revolusi Al Jazair (1954-1962).

Ayahnya, Mohamed Habib Ben Mohamed El Tayeb Ben Hadj termasuk pejuang revolusi yang gigih berjuang. Beliau adalah seorang intelektual, hafidz Al-Quran, faqih dalam fikih Maliki dan ahli bahasa Prancis. Ketika Ali berumur tiga tahun, ayahnya berangkat berjihad dengan keahlian sebagai penjinak dan penanam ranjau. Qadarullah, ayahnya syahid pada usia 34 tepatnya pada tahun 1961 karena ledakan ranjau. Jadi, Ali menjadi yatim sejak umur tiga tahun.

Kembali ke Al Jazair

Setelah Al Jazair memprokalamasikan kemerdekaannya pada 1963, Ali bersama keluarganya kembali ke kampung halaman di distrik Diyar Shams. Tiga tahun berselang, Ali kembali dirundung kesedihan yang mendalam karena ibunda tercintanya meninggal dunia.

Namun, Ali tidak mau berlarut-larut dalam kesedihan. Saat itu ia telah masuk ke jenjang pendidikan ibtidaiyah selama empat tahun. Setelah ibunya meninggal dunia, ia berpindah ke rumah bibinya dan menyelesaikan pendidikan ibtidaiyahnya selama dua tahun di distrik Diyar Al-Bahia.

Pendidikannya berlanjut ke jenjang mutawasitoh dan berhasil menyelesaikannya pada tahun 1972. Ali sempat mengalami kegagalan dalam pendidikan ketika memasuki jenjang universitas. Ia tidak mendapatkan gelar Bachelor karena lemahnya dalam penguasaan bahasa asing. Namun, kegagalan itu justru memberikannya semangat berlipat untuk belajar bahasa dan pengajaran. Ia masuk ke dalam Institut pendidikan guru dengan spesialisasi bahasa Arab dan sastra di kota Al-Harrach. Ali menjalani pendidikan itu selama kurang lebih 24 bulan.

Dalam urusan thalabul ilm, ada prinsip yang ia pegang sejak kecil. Yaitu ketika ia ingin mendapatkan ilmu, maka ia harus berusaha sendiri baik dari membaca kitab, duduk bersama para ulama, mendengarkan kajiannya dan aktif dalam bertanya. Maka, walau telah "berumur", dirinya masih berjibaku dengan dunia tholabul ilm walau secara akademis telah menempuh jenjang yang tinggi. Kefaqihan Ali dalam ulumuddien tersirat pada sebuah perkataan dari salah satu ulama Saudi, Syaikh Salman bin Fahd Al-Audah

"Setiap kali saya mendengar khotbah dari syaikh Ali Binhadj, membaca tulisan-tulisannya atau mengikuti keberaniannya dalam menghadapi penguasa mengingatkanku pada biografi syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah."

Memasuki tahun 1980, Ali memutuskan untuk menyempurnakan separuh agamanya. Dari pernikahannya ia dikaruniai lima anak yaitu, Abdul Fattah, Fatimah Zahra, Abdul Qahar, Abdul Jabbar dan Yusuf.

Memulai Perjalanan di Dunia Jihad

Tahun 1976 Ali bertemu dengan syaikh Umar Al Arbawi, salah seorang anggota Asosiasi Cendekiawan Muslim. Ali belajar banyak dari beberapa kajian ilmiahnya tentang tauhid, ushul fikih dan fikih perbandingan. Pemikiran Ali banyak terpengaruh dari kitab-kitab karya syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya, syaikh Ibnul Qayyim Al-Jauziyah serta para ulama lainnya lainnya. Juga dari ulama-ulama lokal Al Jazair seperti syaikh Abdul Latif Sulthani dan syaikh Ahmad Shahnun serta rekaman-rekaman ceramah dari syaikh Abdul Hamid Kishk.

Selain berkomitmen dalam thalabul ilm, Ali juga mulai berdakwah di beberapa masjid dan masjid ibukota. Halaqah pertama yang terbentuk adalah di mushola distrik Diyar Al Bahia. Namanya pun mulai dikenal dan tersohor karena keilmuannya. Ali begitu dikenal di kalangan pemuda yang haus akan ilmu. Kajian yang ia adakan pun mulai ramai dikunjungi terutama di masjid ibukota, khususnya di daerah Bouzareah, Levy dan Al Harrach.

Titik fokus kajian Ali adalah membekali para pemuda untuk melawan kebid'ahan, amar ma'ruf nahi munkar dan menyebarkan sunah-sunah nabawiyah di kalangan pemuda dan masyakarat luas tentunya. Dakwah Ali Belhadj pun mulai merambah di dunia luar masjid, di jalan-jalan, di sarana transportasi, taman-taman bermain dan lainnya. Atas izin Allah, banyak pelaku kriminal yang bertaubat, maka dakwah yang tak kenal lelah itu memberikan hikmah berkurangnya tingkat kriminalitas. Dakwah yang gencar ini ternyata membuat pemerintah gerah dan mencoba menghentikan itu semua dengan intimidasi dan berakhir pada penangkapan. Ya, Ali ditangkap pada tahun akhir tujuh puluhan.

Pada awal tahun delapan puluhan, gerakan kebangkitan Islam mulai bersemi dan animo masyarakat begitu besar. Seruan advokasi untuk kebebasan Ali Binhadj meluas dari mulai ibukota hingga kota-kota pinggiran. Terutama wilayah Bulidah, Bourmedes dan Tipaza. Dan berpindah antara masjid-masjid sunnah di wilayah Bab El Oued dan El Kubba. Yang dimana di masjid-masjid inilah mereka tertarik dengan dakwah Ali dalam masalah tauhid, siyasah syar'iyah dan sirah nabawiyah. Tak hanya ribuan pemuda, juga jamaah pada umumnya dari semua  kalangan. Hati kecil mereka merasa bahwa apa yang dilakukan pemerintah sesuatu yang salah dan keberanian telah memenuhi hati hingga mau memperjuangkan apa yang mereka anggap itu kebenaran. Terutama dalam hal mengikuti manhaj salaf dalam setiap tanduk hidup sehari-hari.

Kembali Dipenjara

Pada 30 Agustus 1983, Ali kembali berurusan dengan jeruji besi. Ia disinyalir terkait dengan kasus aksi bersenjata yang menggemparkan yang dipelopori syaikh Musthafa Buya'la. Ayah dari lima orang anak ini dijatuhi lima tahun penjara dengan tuduhan membentuk sebuah perkumpulan makar, tidak melaporkan tindak kejahatan dan dianggap menghina undang-undang. Padahal hubungan antara Ali dan Buya'la terbatas pada keluarnya fatwa dari kelompok Buya'la yang bertentangan dengan pemerintahan.

Sekilas tentang perjuangan syaikh Musthafa Buya'la ,Di awal tahun tujuh puluhan, Syekh Musthafa Buya'la bangkit menuntut pemerintahan Chadli Benjedid untuk menghentikan gelombang kerusakan di Al-Jazair dengan mengembalikan negara Al-Jazair kepada pondasi negara Islam dan mengingatkan mereka akan prinsip-prinsip Revolusi 1954 yang mengangkat jargon Islam dan Jihad. Penting dicatat, Syekh Musthafa merupakan salah seorang mujahidin yang ikut serta dalam revolusi tersebut.

Tidak lama kemudian, Syekh Buya'la mengumukan jihad melawan pemerintah dan mendirikan Harakah Ad-Daulah Al-Islamiyah ( GNI: Gerakan Negara Islam). Ia mengangkat senjata dan naik ke gunung bersama para pendukungnya untuk berjihad melawan pemerintah Al Jazair. Kemudian, pada tahun 1976 pemerintah berhasil membunuhnya,menangkapi para pengikutnya, dan menjebloskan mereka ke dalam penjara.

Kembali pada pembahasan sebelumnya, selama di dalam penjara, berkali-kali Ali dipindahkan dari satu penjara ke penjara yang lain (Sarkaji, Tizi Ouzou, Barouqia, Tazult, Lambiz dan Batna). Cerita dari beberapa orang yang dipenjara bersamanya, saat dipenjara orang kedua FIS ini diganjar berbagai macam jenis penyiksaan baik secara fisik dan psikologis. Setelah menjalani kurungan yang dipenuhi dengan siksaan selama 4 tahun, dikeluarkan amnesti dari kepresidenan republik Al Jazair. Amnesti ini ditandatangani oleh Chadli pada 5 Juli  1987.

Apakah ampunan ini diterima Ali? Tidak, sekali-kali tidak. Ia menolak amnesti kepresidenan dan tetap teguh memegang prinsipnya. Diceritakan bahwa sebelumnya penanggung jawab keamanan penjara Batna mendatangi sel isolasi nomer 6 tempat Ali ditahan dan bertemu dengannya di kantor direktur penjara. Dalam pertemuan itu, Ali diberi saran agar keluar dari penjara dengan tenang, tidak "cawe-cawe" persoalan politik dan berhenti mengritik pemerintah.

Seminggu setelah kunjungan pejabat ini, kementerian dalam negeri mengeluarkan perintah untuk menempatkan Ali di bawah tahanan rumah di Borgala. Ali menghabiskan masa itu beberapa bulan setelah berakhirnya masa tahanan. Meskipun berstatus tahanan rumah, Ali tetap dijaga ketat, tidak ada kunjungan keluarga dan dilarang untuk shalat Jumat di masjid. Salah satu cara selain intimidasi dan siksaan untuk melucuti prinsip yang dipegang Ali adalah dengan tawaran menjadi pimpinan departemen agama. Ali menjawab dengan sini,

"Apakah kamu mewakilkan padaku untuk meluluskan ulama atau imam untuk orang-orang yang jahat?

Ali menghabiskan masa tahanan rumahnya untuk thalabul ilm. Lebih dari 10 jam sehari ia gunakan untuk mempelajari kitab-kitab fikih, aqidah, tafsir, hadits, bahasa, sirah dan beberapa buku-buku hukum serta politik karya orang barat. Penjagaan yang ketat, minimnya akses keluar rumah membuat Ali terfokus untuk menambah perbendaharaan ilmu dan membuahkan beberapa karya yang luar biasa. Namun, semua tulisan dan gagasannya disita pihak keamanan ketika masa tahanannya telah habis.

Bebas dari Penjara dan Mendirikan FIS

Pada akhir tahun delapan puluhan, krisis ekonomi di Al-Jazair mencapai puncaknya. Rakyat Al-Jazair marah sehingga pecahlah revolusi dengan adanya demonstrasi besar-besaran di mana-mana. Demonstrasi-demonstrasi itu dikenal dengan nama Muzhaharat Al-Khubz (Demonstrasi Roti) atau juga dikenal dengan Black October dan gerakan revolusioner 5 Oktober 1988.

Maka, untuk menanggulangi hal itu, presiden terpilih untuk yang ketiga kalinya Chadli Benjedid melakukan langkah perubahan mendasar untuk mengubah situasi. Pada Desember 1988 Chadli mengumumkan rangkaian reformasi secara menyeluruh. Di antara rangkaian reformasi yang palingpenting adalah mengakhiri kebijakan politik satu partai, membiarkan sistem demokrasi berjalan, dan memberikan kebebasan membentuk partai politik.

Rakyat Al-Jazair menyambut (era) kebebasan pembentukan partai politik dan pendirian surat kabar dengan antusias. Gerakan politik pun menjadi berkembang. Orang-orang di barisan terdepan yang bergerak dengan semangat di era kebebasan ini adalah dari berbagai elemen Shahwah Islamiyyah di Al-Jazair dan yang menyaksikan situasi yang stagnan, gagal mewujudkan kemajuan sejak pertengahan tahun tujuh puluhan.

Kondisi Al-Jazair saat itu seperti halnya negara-negara Arab dan Islam lainnya; menyaksikan Shahwah Islamiyyah yang hebat setelah mulai terlihat bangkrutnya fatamorgana pemikiran-pemikiran nasionalisme dan aliran kiri yang berkembang pada tahun lima puluhan dan enam puluhan.

Demikianlah, Chadli mengumumkan pelaksanaan pemilu domestik pada tahun 1988, diikuti pemilu parlemen pada tahun 1989 untuk memulai jalannya demokrasi di Al-Jazair. Partai-partai dengan beraneka macam aliran pun mulai bersiap-siap untuk terjun pada eksperimen tersebut.

Ali Belhaj bebas dari penjara di saat kondisi sedemikian rupa. Melihat peluang kebijaksanaan multipartai, Ali menjadi salah satu pioner yang berpikir untuk mendirikan partai politik Islam. Perlu diingat bahwa Ali telah memperhitungkan sesuai dengan data yang ia miliki, partai politik Islam akan mendapatkan kepercayaan dan menjadi partai politik Islam yang diakui di dunia Arab serta tidak ada yang bisa memperkirakannya pada waktu itu.

Sebelum realisasi berdirinya partai Islam, sebelumnya telah berdiri Asosiasi Dakwah Islam yang menjadi payung dari semua gerakan Islam. Asosiasi ini berdiri pada tahun 1989 di bawah pimpinan syaikh Ahmad Sahnoun dengan anggota Ali Belhaj, Abbasi Madani, Mahfudz Nahnah, Muhammad Sa'id, ِ Abdullah Jabullah dan lainnya. Perkumpulan ini berdiri sebagai reaksi atas kejadian Muzhaharat Al-Khubz  sebagaimana penjelasan di atas.

Setelah kerja keras pendirian asosiasi ini, Ali mengutarakan pendapatnya untuk mendirikan Front Islam Bersatu. Abbasi Madani setuju dengan pendapat itu tetapi menyarankan dengan nama yang lain, yaitu Jabhah Al-Islamiyah lil Inqâdz (FIS: Front Islamique du Salut) dengan alasan Front Islamiyah ini adalah satu satunya cara untuk mengubah dan menyelamatkan, diambil dari firman Allah dan ini akan menjadi slogan kedepannya,

(( وكنتم على شفا حفرة من النار فأنقذكم منها ))

"dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya." (QS.Ali Imran :  103)

Akhirnya, FIS pun lahir pada 18 Februari 1989 dan diakui pemerintah sebagai partai secara resmi pada September 1989. Pemilu pun digelar dan penjelasan bagaimana jalan cerita dari kisah memilukan ini telah dibahas tuntas pada profil Abbasi Madani. Intinya FIS dikhianati dan diberangus hingga ke akar-akarnya walau secara telak telah memenangkan pemilu.

Kembali di Penjara

Gelombang gerakan protes mogok kerja besar-besaran  terjadi di ibukota Al Jazair sebagaimana seruan dari FIS. Seruan jihad dan mengangkat senjata melawan negara merupakan reaksi wajar dari 5,3 juta lebih pemilih, yang memilih proyek Islam dalam pemilu dan yang mereka menangkan pada pemilu tersebut. Kemudian kemenangan itu dirampas dari mereka dengan cara kasar sehingga puluhan ribu dari mereka digiring ke penjara dengan dukungan dan arahan dari kolonial Barat, terutama Perancis.

Secara mengejutkan dua tokoh penting FIS, Abbas Madani dan Ali tertangkap tanpa perlawanan pada 30 Juni 1991. Ali dibawa ke sebuah lokasi yang tidak diketahui rimbanya. Pada 2 Juli 1991 Ali ditempatkan di penjara militer Ballida bersama Abbas Madani dan pemimpin FIS lainnya. Setelah beberapa bulan penahanan, Ali Belhaj diadili dalam pengadilan militer Balbalida dan dijatuhi hukuman 12 tahun dan didakwa dengan enam tuduhan. Orang kedua FIS ini menghabiskan masa penahanan secara penuh di penjara isolasi yang mematikan.

Ali Belhaj Saat Ini

Setelah menjalani masa tahanan selama 12 tahun dan dibebaskan pada tahun 2003 dengan syarat tidak terlibat dalam semua kegiatan politik.

Namun, pada Juli 2005 Ali kembali ditangkap karena membuat tentang Al Jazeera yang memuji mujahidin Irak dan mengutuk Al Jazair yang mengirim diplomat ke Irak tak lama setelah dua diplomat Al Jazair diculik (Ali Belaroussi dan Azzedine Belkadi) diculik. Setahun kemudian Ali dibebaskan pada Maret 2006.

Pada tahun 2007, pengadilan internasional PBB mengumumkan setelah 3 tahun melakukan investigasi bahwa Ali Bendhaj dan Abbasi Madani tidak bersalah atas semua tuduhan yang diajukan terhadap mereka oleh pengadilan militer Al Jazair. Pengadilan internasional PBB juga menyatakan bahwa putusan yang diberikan pada kedua pemimpin ini tidak sah berdasarkan Konstitusi Aljazair dan juga hukum internasional.

Pada 5 Januari 2011, Ali bergabung dengan aksi protes di Bab El Oued dan ditangkap pada hari yang sama. Ia didakwa beberapa hari kemudian karena  "membahayakan keamanan negara dan menghasut pemberontakan bersenjata."

Pada tahun 2014, Ali mencoba untuk kembali masuk ke dalam politk dengan mencalonkan diri sebagai presiden. Namun, usaha ini mendapatkan perlawanan dari pemerintah.

Pada pemilu 2017, ia berkomentar bahwa itu "hanyalah halusinasi politik yang tidak memajukan atau menunda apa pun untuk Aljazair," ia menambahkan bahwa semua pihak yang terlibat adalah  "partai pro-negara."

Saat ini, Ali Belhaj aktif dan terlibat dalam berbagai kegiatan politik di Masjid Al-Wafa di ibukota Al Jazair. Wallahu a'lam bi shawab.

Penulis: Dhani El_Ashim
Editor: Arju

Sumber

  1. https://www.alibenhadj.net
  2. https://www.aljazeera.net
  3. https://www.islamist-movements.com
  4. https://en.wikipedia.org
  5. Mukhtashar Syahadati 'ala al-jihad fi Al-Jazair, Abu Mush'ab As-Suri

Sumber: https://www.kiblat.net/2019/06/28/syaikh-ali-belhaj-tokoh-spiritual-fis-al-jazair/


close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==
KODE DFP 2
KODE DFP 2