Berita Seputar Teknologi, Kesehatan dan Olah Raga

Pages

9.538 Hektare Lahan Pertanian Terdampak Puso

Luas lahan yang terdampak puso dinilai masih terbilang kecil.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan, hingga (4/7), sebanyak 9.940 hektare lahan pertanian di Pulau Jawa mengalami gagal panen atau puso. Sedangkan potensi luas tanaman padi yang dapat mengkompensasi puso tersebut berjumlah 670 ribu hektare di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

Berdasarkan catatan Kementan, lahan puso tersebut meliputi wilayah Jawa Barat 624 hektare, Jawa Timur 5.069 hektare, Jawa Tengah  1.893 hektare, Yogyakarta seluas 1.757 hektare, Nusa Tenggara Timur 15 hektare. Sedangkan lahan pertanian yang terdampak kekeringan di Banten seluas 3.464 hektare, Jawa Barat 25.416 hektare, Jawa Tengah 32.809 hektare, Yogyakarta 6.139 hektare, Jawa Timur 32.809 hektare, Nusa Tenggara Barat 857 hektare, dan Nusa Tenggara Timur 55 hektare. 

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Sumarjo Gatot Irianto mengatakan, luas lahan tersebut yang terdampak puso masih terbilang kecil. Menurut dia, terdapat 670 ribu potensi luas lahan tanam (LTT) yang dapat mengkompensasi puso, jika tiga perempatnya dapat terealisasi maka hal itu diklaim akan meningkatkan produksi.

"Masih kecil (puso). Dan itu ada di Jawa semua," kata Gatot kepada wartawan, di Auditorium Gedung F Kementan, Jakarta, Senin (8/7).

Dia menjabarkan, Kementan baru akan melakukan pemberkasan lahan guna menghitung berapa banyak benih unggul yang bakal disemai pada LTT potensial yang dapat mengkompensasi puso tersebut. Dia memproyeksi, produktivitas benih unggul itu nantinya dapat mencapai 5-7 ton per hektare.

"Ada tiga benih yang akan kita semai, yakni infara, infago, dan infari,” kata Gatot.

Dia menjabarkan, 670 ribu LTT itu terdiri dari rawa dan lahan kering yang intensintas hujannya masih tercukupi. Sehingga, pihaknya akan terus mengoptimalisasi potensi lahan tersebut. Sehingga targetnya, kata Gatot, panen dari lahan itu diproyeksi dapat terpenuhi pada September mendatang. Terkait dengan lahan pertanian yang terancam puso, antisipasi yang bakal dilakukan Kementan adalah mencoba mencari sumber air baru di lahan sekitar, pipanisasi, hingga pemanfaatan embung.

Mengacu catatan Kementan, pemanfaatan sumber air meliputi 11.6654 unit lembung pertanian dan 4.042 unit irigasi perpompaan yang dibangun pada periode 2015-2018. Sedangkam jumlah popa air yang sudah dialokasikan pada periode tahun 2015-2018 mencapai 93.860 unit. Khusus daerah terdampak kekeringan pompa air yang tersedia mencapai 19.999 unit.

Gatot menyebut, potensi penurunan produksi beras bakal diminimalisasi. Pihaknya mengklaim, stop produksi beras saat ini relatif aman meski kekeringan sudah melanda di sejumlah wilayah dan lahan puso sudah mulai mengemuka. Menurut dia, saat ini Kementan terus terjun ke lapangan guna mencari potensi air yang dapat disalurkan ke lahan pertanian.

Dari penelusuran di lapangan, dia mencontohkan, Kementan menemukan adanya mafia air yang memanfaatkan kesulitan. Ketika air menjadi komoditas terbatas saat musim kering, kata Gatot, di Indramayu terdapat modus pembobolan pintu air dengan menjual jasa oknum-oknum tertentu.

"Kita temukan, itu ada lima preman pukul 01.00 pagi. Dia yang membobol pintu air, bukan hanya pintu airnya dibobol, tapi juga dindingnya. Tapi ini sudah ditindaklanjuti," kata Gatot.

Direktur Jenderal Prasana dan Sarana Pertanian Kementan Sarwo Edhy mengatakan, dari 300 ribuan hektare lahan pertanian di Jawa, Bali, Nusa Tenggara, baru sekitar 232 ribu  hekatare lahan yang diasuransikan petani. Sedangkan, rata-rata kepemilikan petani di Indonesia terhadap lahan hanya 0,3 hektare di Jawa.

"Ini sekarang yang mengajukan klaim (puso) baru mau didata, tetapi jumlah premi yang dibayarkan petani dari datanya Jasindo ada 232.555 hektare," kata Sarwo.

Dia menyebut, hingga saat ini masih ada potensi klaim sawah petani yang masih terus ditindaklanjuti. Diproyeksi, kata Sarwo, sekitar 5.000 hektare lahan bakal diajukan klaimnya. Sedangkan terkait dengan mitigasi bencana kekeringan yang ada, pihaknya masih menghitung total anggaran yang akan disalurkan.

Adapun Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) 2019 yang ditargetkan Kementan mencapai 1 juta hektare lahan. Sarwo menyebut, realisasi pelaksanaan AUTP di Pulau Jawa, Bali, dan NTT mencapai 232.255 hektare. Menurut dia, sebagian besar lahan di wilayah-wilayah tersebut sudah tidak mengalami hujan lebih dari 30 hari.

"Terdapat kurang lebih 100 kabupaten dan kota yang terdampak kekeringan pada musim kemarau 2019 ini, totalnya 102.654 hektare dan puso sebanyak 9.538 hektare," kata Sarwo.

Sumber: https://republika.co.id/berita/pub7dt370/9538-hektare-lahan-pertanian-terdampak-puso


close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==
KODE DFP 2
KODE DFP 2