loading…
Ada masa di mana Messi dan Ronaldo memiliki periode buruk dalam kariernya. Seperti yang dialami Messi bersama timnas Argentina. Sepenuh apa pun lemari trofi bersama Barcelona, sebanyak apa pun sepatu emas dan gelar individu yang didapatkan, Messi mendadak layaknya pemain lain yang tak selalu bisa menghadirkan keajaiban buat timnya.
Sepanjang karier bersama timnas Argentina, tepatnya sejak 2004 memperkuat timnas senior, pemain berjuluk La Pulga tersebut belum sekali pun memberikan gelar bersama La Albiceleste di ajang mayor. Jangankan gelar, persentase gol yang diberikan Messi bersama Argentina jauh di bawah rata-ratanya bersama Blaugrana.
Baca Juga:
Jika standarnya hanya penampilan Messi yang buruk atau tim Argentina memang di bawah standar, kekalahan mungkin akan mendapat pembenar. Masalahnya, saat penyerang berusia 32 tahun itu bermain bagus, belum menjadi garansi bisa membuat timnya melengang mendapatkan kemenangan Seperti saat dikalahkan Brasil. Messi menjadi pemain dengan jumlah tembakan terbanyak, lima usaha shooting, satu mengarah ke gawang.
Argentina juga melakukan 14 percobaan tembakan, berbanding empat dengan tuan rumah Selecao. Argentina memiliki penguasaan bola sedikit lebih banyak dari Brasil (50,7:49,3), dribel (24-18), yang sayangnya tak bisa menghindarkan mereka dari kekalahan. Messi kembali gagal membawa timnya mendekati trofi Copa America.
Argentina harus menyerah 0-2 dari Brasil di Estadio Governador Magalhaes Pinto, kemarin. Dua gol Brasil dicetak Gabriel Jesus pada menit ke-19 dan Roberto Firmino (71). "Wasit menyukai mereka (Brasil)," cetus Messi, setelah pertandingan. Ada kekecewaan yang dirasakan Argentina. Menurut Messi, ada beberapa insiden yang seharusnya diberikan penalti, tapi wasit mengambil keputusan lain, tanpa melihat video assistant referee (VAR).
Dia meminta CONMEBOL melakukan sesuatu tentang insiden itu meski, menurutnya, akan rumit karena Brasil adalah tuan rumah. "Wasit (seperti) sudah lelah memberikan penalti di Copa America dan hari ini mereka bahkan tidak ke VAR untuk melihat kejelasan," ujarnya. Meski kecewa, Messi menegaskan tetap akan berada di Argentina.
Dia tidak memberi indikasi akan mundur dari La Albiceleste seperti yang dilakukan setelah gagal di Piala Dunia 2018. Messi melihat timnya memiliki prospek karena ada beberapa pemain muda di dalam skuad. Dia juga menilai bahwa skuad sekarang memiliki masa depan dan basis besar pemain yang perlu diberi waktu.
"Saya pikir kami bermain bagus. Kami melakukan banyak usaha dan mereka tidak lebih baik dari kami. Kami pantas dihormati. Argentina memiliki bahan untuk terus tumbuh," ucapnya. Pelatih Brasil Tite memang sudah melakukan antisipasi dengan taktik Argentina di bawah Lionel Scaloni.
Dari awal Scaloni menggunakan patron 4-3-1-2 dengan Messi sebagai jantung dalam mengalirkan darah serangan Argentina. Strategi yang sudah diantisipasi Tite dengan memberikan mandat kepada Casemiro mengawal Messi dan meminta Roberto Firmino bermain lebih ke dalam untuk ikut melacak pemain kelahiran 24 Juni 1987 tersebut.
Sementara tekanan dilakukan dari dua gelandang sayap Everton dan Gabriel Jesus. Everton bergantian dengan Phillipe Coutinho bermain di sisi sayap. "Pusat permainan ada di Firmino, Philippe Coutinho, Arthur, dan Casemiro. Mereka yang mengontrol laga dan tak membiarkan permainan alien Messi keluar," kata Tite. Imbasnya, meski hanya melakukan empat kali percobaan tendangan, tiga mengarah ke gawang, dua di antaranya berbuah gol.
Selain itu, penampilan penjaga gawang Alisson juga terbilang baik dengan melakukan dua kali penyelamatan. Brasil menunggu hasil pertemuan Cile dengan Peru, hari ini. Peru membuat kejutan setelah menyingkirkan kolektor terbanyak gelar Copa America Uruguay dengan kemenangan 5-4 lewat adu penalti. Sementara Cile melaju seusai menunduk kan perlawanan Kolombia.
(don)
Sumber: https://sports.sindonews.com/read/1417290/11/brasil-kalahkan-argentina-messi-wasit-menyukai-mereka-1562214721