Berita Seputar Teknologi, Kesehatan dan Olah Raga

Pages

Erick Bicara Tentang Inter Milan dan Suning

Erick Thohir yakin dukungan Suning berdampak baik kepada Inter Milan.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA — Inter Milan bermanuver demi kembali merajai sepak bola di Italia dan Eropa pada musim 2019/2020. Mantan presiden Inter Milan, Erick Thohir, meyakini musim 2019/2020 merupakan waktu yang tepat bagi Nerazzurri kembali merebut gelar juara.

Optimisme Erick tersebut disampaikannya ketika berbincang santai dengan Republika di Jakarta, belum lama ini. "Apa yang sedang dibentuk manajemen Inter saat ini positif. Berbeda dengan zaman saya, saat itu ada skala prioritas," kata bos Mahaka Grup tersebut.

Inter Milan memang terlihat ambisius mempertajam skuatnya. Selain membeli sejumlah pemain baru, seperti Diego Godin, Nicolo Barella, dan Stefano Sensi, klub asal Kota Mode itu juga menggunakan jasa pelatih kenamaan, Antonio Conte. Musim kompetisi 2019/2020 pun boleh dibilang menjadi ajang pembuktian Inter Milan di liga domestik dan Liga Champions.

Inter Milan sudah hampir satu dekade puasa trofi scudetto alias juara Seri A. Terakhir kali trofi itu dimenangkan pada musim 2009/2010, ketika Jose Mourinho menjadi juru taktik. Bahkan, ketika itu Nerazzurri meraih treble winners.

Setelah itu Inter Milan tak pernah bisa lagi menjadi juara di pentas Seri A. Il Biscione, bahkan kesulitan menembus posisi empat besar. Sementara itu, dalam satu dekade terakhir, kompetisi Seri A dikuasai oleh Juventus. Kini, Inter Milan mencoba mengulangi prestasi gemilangnya.

Pergerakan Inter Milan memang tak tanggung-tanggung untuk memperkuat tim dengan mendatangkan orang di belakang layar sukses Juventus, yakni Beppe Marotta sebagai CEO klub. Menurut Erick, kehadiran Conte dan Marotta merupakan awal pembangunan fondasi tim.

“Mengenai Marotta dan Conte, saya sempat ditanya media Italia ketika saya di Laussene, Swiss, beberapa waktu lalu. Keduanya memiliki track record yang bagus," kata Erick.

Sedikit kilas balik, Erick menceritakan poin-poin penting ketika masa kepemimpinannya dibandingkan dengan Steven Zhang. Poin pertama, kata Erick, saat itu ia berusaha menyehatkan keuangan klub. Disebutkan Erick, saat itu ada utang jatuh tempo, masalah financial fair play (FFP), termasuk tidak bisa jual beli pemain setiap saat. Jadi, kata dia, harus diatur benar-benar internal dari Inter Milan.

Poin kedua, lanjut Erick, saat memimpin Inter Milan, ia juga harus bersentuhan dengan pahlawan atau pemain lama Nerazzurri yang menua. “Javier Zaneti dan Esteban Cambiaso sudah mulai dimakan usia. Ada Christian Chivu dan Diego Milito yang sedang cedera. Mau tidak mau dengan pemain yang sudah berjasa dengan Inter Milan ini kita tidak bisa habis manis sepah dibuang karena mereka berjasa,” ujar Erick.

Tekad membangun skuat yang mumpuni pun diemban Erick di tengah situasi Inter Milan yang dirundung masalah saat itu. Alhasil, perubahan tim dilakukan secara bertahap, tapi tetap menomorsatukan komitmen membangun skuat.

Erick melanjutkan, poin ketiga adalah menetapkan target jangka pendek masuk Liga Europa. Sedangkan, target jangka menengah, yaitu adanya perbaikan finansial dan perekrutan pemain hingga kembali berlaga di Liga Champions. "Itu terbukti di program kita," kata Erick.

Selain target perbaikan tim di lapangan hijau, Erick ketika itu membuka pasar Inter Milan menjadi merek global. “Karena fan Inter Milan pada saat itu sekitar 257 juta orang di mana nomor satu adalah Cina hampir seratus juta fan. Tempat dua dan tiga adalah Indonesia dan Jepang jumlahnya belasan juta saya lupa. Karena itu, saya ingin kembangkan merek global. Kita membuka sekolah-sekolah Inter Milan di dunia. Kita buka sampai Amerika Latin, Asia, semua kita buka," ujar Erick.

Erick menambahkan, pasar Inter Milan di Cina memang luar biasa. Karena itu, ia berpikir mencari partner dari Negeri Tirai Bambu. Dari 257 juta lebih fan, sekitar 100 juta lebih fan asal Cina. Inter Milan juga punya sejarah dengan Cina. Inter menjadi salah satu klub yang pertama datang ke Cina pada 1970-an dan persepsi ini membuka pasar global.

“Target kelima saat itu adalah membangun stadium yang modern seperti di DC United. Namun, tugas kelima ini belum saya selesaikan di Inter. Apa yang dilkakukan Suning saat ini bagus. Mengapa? Sudah saat yang tepat membawa Inter Milan," kata Erick.

Kini, lanjut Erick, isu finansial sudah tidak ada, pemain bertransisi, dan pasar dunia juga sudah terjadi. Suning hampir 100 persen menggantikannya. Iya yakin Suning akan membawa Inter Milan juara, apalagi dukungan Steven Zhang sebagai presiden sangat luar biasa.

“Tidak ada ego saya dan Suning. Ini sejarah Inter Milan, saya tidak bedakan pemilik. Seperti saat saya di DC United, saya hanya janjikan perbaiki kinerja tim, bangun stadion. Ketika dua ini terjadi, kita bawa bintang dengan mendatangkan Wayne Rooney. Saat DC United jadi tim solid, itu tugas saya, saya selalu tempatkan profesional. Kekuatan saya adalah objektivitas," ujar Erick.

(ed: citra listya rini)

Sumber: https://bola.republika.co.id/berita/puudfv440/erick-bicara-tentang-inter-milan-dan-suning


close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==
KODE DFP 2
KODE DFP 2