Pakar dan pengamat belum bisa memprediksi kapan gempa bisa terjadi.
REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP — Isu akan terjadinya gempa besar dan tsunami di wilayah selatan Jawa, sempat membuat masyarakat di pesisir Kabupaten Cilacap menjadi panik. Apalagi, hal itu diikuti dengan adanya foto-foto mengenai air laut surut yang tersebar di media sosial yang belakangan terbukti hoaks.
Terkait hal ini, Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap Tri Komara Sidhy mengimbau agar masyarakat di pesisir selatan Cilacap tetap bersikap tenang dan tidak terpengaruh dengan isu-isu yang tidak dipertanggung-jawabkan kebenarannya. ”Gempa memang bisa terjadi di wilayah selatan Jawa karena lokasi tersebut merupakan pertemuan lempeng aktif. Namun sejauh ini, kapan terjadinya gempa masih belum bisa diprediksi,” katanya, Ahad (21/7).
Sebelumnya, berita media massa yang menyebutkan pesisir Cilacap hingga Jawa Timur berpotensi terjadi gempa besar hingga 8,8 SR memang sempat menimbulkan kecemasan di kalangan masyarakat Cilacap. Apalagi, dalam pemberitaan tersebut disebutkan gempa akan diikuti dengan tsunami setinggi 20 meter.
Adanya pemberitaan tersebut, bahkan sempat membuat sebagian warga yang tinggal di wilayah pesisir, mengungsi ke tempat lain yang lebih tinggi.
Terkait kecemasan warga ini, Bupati Cilacap Tatto Suwardi Pamuji juga sempat menuliskan surat pada Gubernur Jateng. Dalam suratnya, Bupati menyebutkan pernyataan pakar Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) Yogyakarta Dr Wijo Kongko yang dikutip media mengenai potensi gempa besar dan tsunami di pesisir selatan, telah membuat sebagian masyarakat di wilayahnya merasa panik dan reash.
Untuk mengatasi hal tersebut, Bupati mengaku telah mengambil langkah-langkah yang tepat dan cepat, untuk memberikan penjelasan resmi pada masyarakat agar tidak semakin resah dan panik. Antara lain, dengan memberikan penjelasan pada media massa dan media sosial bahwa pernyataan pakar BPPT tersebut hanya sebatas prediksi dengan tujuan agar masyarakat bisa lebih waspada.
”Sejauh ini, para pakar dan pengamat belum bisa memprediksi secara tepat, kapan, di mana dan seberapa besar gempa akan terjadi,” katanya.
Tri Komara Sidhy menyebutkan, pesisir selatan Cilacap yang memiliki garis pantai sepanjang 71 km, memang menjadi salah satu wilayah yang memiliki potensi terjadinya gempa dan tsunami. Dia juga menyatakan, saat ini ada ratusan ribu jiwa tinggal di kawasan pesisir tersebut.
Namun dia menyebutkan, sejauh ini belum ada teknologi yang bisa memastikan kapan dan di mana lokasi gempa akan terjadi, meski pun suatu kawasan disebutkan memiliki potensi terjadinya gempa besar. ”Yang penting, adanya peringatan ini bisa membuat masyarakat lebih waspada dan meningkatkan pemahaman mengenai mitigasi bencana,” katanya.
Komara mengemukakan, BPBD Cilacap saat ini telah telah membentuk Desa Tanggap Bencana (Destana) di sepanjang pesisir selatan. Lebih dari itu, saat ini juga telah terpasang 26 alat peringatan dini tsunami di sepanjang pesisir Cilacap. ”Melalui alat ini, masyarakat yang kita latih mitigasi bencana, bisa mengambil tindakan tepat bila bencana memang benar-benar terjadi,” katanya.
Sumber: https://nasional.republika.co.id/berita/puzxgq328/isu-gempa-dan-tsunami-buat-masyarakat-pesisir-panik