loading…
Jika dalam satu kelompok terbang ada 10 rombongan, maka rombongan 10 masuk terlebih dahulu disusul rombongan 9, 8, hingga rombongan 1. Dengan demikian, nanti yang keluar terlebih dahulu adalah rombongan 1. Konfigurasi ini akan memudahkan proses penerimaan jamaah di proses penjemputan.
Kepala Daerah Kerja (Daker) Bandara Jeddah-Madinah Arsyad Hidayat mengatakan, Direktur Kementerian Haji di Bandara King Abdul Aziz Jeddah Mamduh Bukhori telah mengunjungi daker untuk membahas banyak hal. Salah satunya terkait target percepatan proses kedatangan jamaah haji di bandara, utamanya yang menikmati layanan fast track, yakni dari embarkasi JKG dan JKS.
Baca Juga:
Di satu sisi, kebijakan ini sangat bagus karena jamaah tidak harus menunggu lama di bandara dan bisa segera diantarkan ke hotel penginapan. Namun di sisi lain, membuat rombongan kloter yang telah dibentuk di Tanah Air menjadi acak-acakan sebab jamaah yang turun pertama kali dan selanjutnya, meski bukan satu rombongan, akan langsung masuk bus dan diberangkatkan ke Mekkah.
Padahal, hotel tempat jamaah haji menginap disesuaikan dengan rombongan kloter. “Jadi prinsipnya (kebijakan percepatan proses kedatangan), kumpul 45 orang langsung masuk bus, kumpul 45 orang masuk bus,” kata Arsyad kepada tim Media Center Haji (MCH) kemarin.
Untuk itu, kadaker meminta kepada jamaah haji atau ketua kloter untuk mengatur konfigurasi rombongan sejak saat naik pesawat. Misalnya, rombongan 10 masuk pesawat terlebih dahulu dan duduk di bagian paling belakang, kemudian disusul dengan rombongan 9, 8, dan seterusnya. Ketika sampai di Jeddah, rombongan 1 turun terlebih dahulu, disusul rombongan 2, 3, dan seterusnya.
“Sehingga ketika masuk bus, jamaah sudah mencerminkan rombongan seperti di Tanah Air,” ujarnya. Diakui tidak mudah untuk membentuk konfigurasi duduk di pesawat sesuai dengan rombongan kloter sebab jamaah haji telah mendapatkan nomor kursi pesawatnya masing-masing.
Namun, hal itu bisa diupayakan dengan mengatur tempat duduk sesuai rombongan. “Itu pun hanya terbatas bagi mereka yang mendapatkan fasilitas fast track, sementara yang lainnya, embarkasi di luar JKG dan JKS, kita bisa melakukan konsolidasi per rombongan (di ruang tunggu) sehingga ketika masuk ke dalam bus sudah mencerminkan rombongan ketika di Tanah Air,” katanya.
Arab Saudi Berencana Bangun Bandara Khusus Haji
Sementara dalam kunjungan Direktur Kementerian Haji di Bandara King Abdul Aziz Jeddah ke kantor daker terungkap bahwa Pemerintah Arab Saudi berencana membangun bandara khusus haji di dekat Kota Mekkah. Kapasitas bandara yang sedang dirancang tersebut akan lebih besar dari terminal haji Jeddah ini.
Menurut Arsyad, informasi mengenai rencana pembangunan bandara khusus haji ini tidak sengaja terkuak setelah dirinya menanyakan mengenai rencana renovasi terminal haji di Bandara King Abdul Aziz Jeddah. “Ternyata, mereka justru berencana membangun bandara baru di dekat Kota Mekkah yang kapasitasnya jauh lebih besar dari bandara sini (King Abdul Aziz),” ungkapnya.
Arsyad mengakui, tidak ada informasi detail mengenai lokasi dan kapan waktu pembangunan bandara khusus haji tersebut, namun dinyatakan bahwa sudah ada rancangannya. Pembangunan bandara khusus haji ini merupakan inisiatif Pemerintah Arab Saudi. Dari analisisnya, Arsyad menduga ada beberapa pertimbangan mengapa bandara ini akan dibangun misalnya terkait lokasi bandara yang lebih dekat dengan Mekkah.
Terminal haji di Bandara King Abdul Aziz Jeddah saat ini masih cukup jauh dari Mekkah. Jamaah haji masih membutuhkan waktu sekitar 1-2 jam perjalanan. Hal ini tentu memberatkan jamaah haji, terutama lansia yang telah melakukan perjalanan panjang dari negara asalnya. Selain itu, pembangunan bandara baru ini juga untuk memenuhi kebutuhan layanan jamaah haji dari seluruh dunia yang terus bertambah. Dengan begitu, para jamaah haji akan lebih nyaman dan aman saat tiba di Arab Saudi.
28 Jamaah Haji Meninggal Dunia
Sementara itu, hingga Minggu (28/7/2019) pukul 14.00 waktu Arab Saudi (WAS), jumlah jamaah haji yang telah tiba di Arab Saudi sebanyak 158.169 orang. Dari jumlah itu, 28 orang meninggal dunia dan dimakamkan di Tanah Suci. Salah satunya adalah Saniah Sarkosi. Jamaah haji Indonesia yang meninggal dunia di pesawat dalam perjalanan ke Tanah Suci itu dimakamkan di kompleks Cemetery Al-Rahma, Jeddah, kemarin pagi WAS.
Sebelum dikuburkan, jenazah Saniah disalatkan di Masjid Ummu Abdurrahman yang berada persis di sebelah kompleks pemakaman. Ratusan jamaah salat subuh, baik warga lokal maupun petugas haji Indonesia ikut menyalatinya. Setelah itu pekerja pemakaman langsung membawa jenazah jamaah haji dari kelompok terbang (kloter) 64 embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS) tersebut menuju tempat pemakaman.
“Almarhumah dimakamkan di lorong 12 nomor 4,” kata Muhammad Syafii Hasyim, staf bagian penanganan haji dan umrah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), seusai pemakaman. Untuk diketahui, Saniah Sarkosi meninggal dunia saat berada di pesawat sebelum mendarat di Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Menurut Kepala Seksi (Kasie) Kesehatan Daerah Kerja (Daker) Bandara Jeddah-Madinah, Karmidjono Pontjo, perempuan berusia 67 tahun tersebut diduga mengalami serangan jantung.
Hingga Minggu (28/7/2019) pukul 07.04 WAS, jamaah haji Indonesia yang meninggal dunia mencapai 25 orang. Dari jumlah itu, empat di antaranya wafat di pesawat saat perjalanan ke Tanah Suci. Masing-masing Sumiyatun Sowikromo Sutardjan (SOC 2), Artapiah Armin Musahab (JKG 8), Supardjo Rata Ilyas (JKS 41), dan Saniah Sarkosi (JKS 64). (abdul malik mubarok)
(don)
Sumber: https://nasional.sindonews.com/read/1424693/15/konfigurasi-jamaah-haji-fast-track-diatur-sejak-di-pesawat-1564362284