Mentok, Babel (ANTARA) – Slogan “van Bangka begint de Victorie” pernah diucapkan Mohamad Roem ketika delegasi Republik Indonesia berhasil menang dalam diplomasi menuju kemerdekaan penuh.
Slogan yang diartikan dari Bangka datangnya kemenangan tersebut diharapkan memberi roh dan menginspirasi masyarakat, khususnya generasi muda di Pulau Bangka untuk terus berbuat yang terbaik dalam kebersamaan membangun dan mengisi Kemerdekaan Indonesia ke tingkat yang lebih baik lagi.
Dalam bukunya, Mohamad Roem mengungkapkan sanjungannya terhadap masyarakat Bangka pada masa pengasingannya karena telah berhasil merawat para tokoh Republik dengan sempurna.
“Meskipun merupakan suatu keberhasilan yang menggembirakan dalam perjuangan, waktu kami pulang pada tanggal 6 Juli (1949) ke Yogyakarta, kami tidak dapat menekan rasa haru dan sedih harus berpisah dari rakyat Bangka yang selama ini memelihara kami dengan sempurna.”
Penggalan beberapa pernyataan dari seorang tokoh diplomasi Kemerdekaan Republik Indonesia tersebut merupakan sebuah kebanggaan bagi masyarakat Bangka, khususnya Kota Mentok yang selama enam bulan, dari Desember 1948 hingga Juli 1949 menjadi lokasi pengasingan delapan tokoh pejuang Kemerdekaan.
Pada masa revolusi Kemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya saat peristiwa Agresi Militer Belanda II 19 Desember 1948 terhadap ibu kota Indonesia, Yogyakarta, Belanda berhasil menawan kemudian mengasingkan para pejabat negara.
Para tokoh yang tertangkap kemudian diasingkan, salah satu tempat tujuan pengasingan ke Pulau Bangka yang dikirimkan dalam tiga gelombang kedatangan.
Pada tahap pertama 22 Desember 1948, Belanda mengirimkan empat tokoh Republik ke Bangka, yaitu Mohamad Hatta, Soerjadarma, Asa'at, dan A.G. Pringgodigo, gelombang kedua pada 31 Desember 1948 diasingkan Mohamad Roem dan Ali Sastroamidjojo, selanjutnya pada 6 Februari 1949 Soekarno dan Agus Salim menyusul ke Bangka untuk digabungkan bersama para tokoh lainnya.
Penempatan para tokoh di Pulau Bangka itu merupakan bagian dari strategi Belanda untuk menjauhkan pengaruh Soekarno dan kawan-kawan dari rakyat pendukung kemerdekaan dan memadamkan semangat para pejuang kemerdekaan, terutama di Pulau Jawa.
Dipilihnya Bangka sebagai lokasi pengasingan karena pada saat itu Pulau Bangka merupakan salah satu negara bagian Republik Indonesia Serikat (RIS) di bawah kendali dan pengawasan Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO).
Belanda menganggap rakyat Pulau Bangka tidak akan mendukung atau bersimpati simpati kepada para tokoh yang diasingkan, namun ternyata anggapan itu keliru karena rakyat Bangka justru mendorong dan mendukung kemerdekaan penuh Republik Indonesia dan ingin menjadi bagian dari Republik.
Kecintaan rakyat Bangka terhadap para pejuang dan Republik juga dinyatakan Soekarno pada 21 Februari 1949 ia menulis tentang pendapatnya terhadap masyarakat Bangka pada saat itu, “Rakjat Bangka njata bersemangat republikein, njata berkehendak Bangka masuk dalam daerah Republik”.
Membumikan kenangan
Kenangan indah kebersamaan masyarakat dengan para pejuang Republik merupakan sebuah semangat baru dan nilai yang harus terus dilestarikan.
Dalam upaya pelestarian nilai sejarah dan menjaga semangat kebersamaan tersebut, Pemerintah Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara rutin menggelar kegiatan Napak Tilas Kebangsaan.
Sebuah rangkaian kegiatan yang puncaknya akan diakhiri dengan perjalanan wisata dari Pesanggrahan Muntok menuju Pantai Tanjungkalian dengan jarak tempuh sekitar delapan kilometer.
Napak tilas dengan berjalan kaki tersebut diselenggarakan untuk mengenang perjalanan wisata yang dilakukan Soekarno dan beberapa pejuang Republik bersama warga Mentok pada masa pengasingan.
“Beberapa tahun lalu kegiatan napak tilas berdiri tunggal, namun dalam tiga tahun terakhir kami coba merangkai beberapa kegiatan untuk lebih mengedukasi masyarakat terkait sejarah pengasingan dan perjuangan Kemerdekaan RI,” kata Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangka Barat, Bambang Haryo Suseno.
Menurut dia, rangkaian kegiatan yang puncaknya diakhiri dengan napak tilas tersebut berusaha merangkul seluruh lapisan masyarakat untuk berperan serta dalam kegiatan.
Rangkaian kegiatan berupa lomba menggambar tokoh pejuang, sarasehan, lomba pidato, pameran foto sejarah, peluncuran buku dan lainnya diupayakan terus dilaksanakan setiap tahun untuk memberikan pemahaman sejarah kepada generasi muda di daerah itu.
“Untuk tahun ini rangkaian kegiatan hanya tiga yang kami selenggarakan, yaitu lomba menggambar tokoh, pameran foto dan napak tilas karena keterbatasan anggaran yang ada,” ujarnya.
Meskipun kegiatan terbatas, namun dia berharap kegiatan bisa memberi dampak positif yang luas dalam membumikan nilai-nilai sejarah, khususnya bagi generasi muda agar tidak lekang digerus zaman.
Wisata Sejarah dan Budaya
Peran penting Mentok sebagai lokasi pengasingan sejumlah pejuang Kemerdekaan RI dan menjadi satu-satunya daerah yang menjadi lokasi pengasingan bersama delapan tokoh pejuang Kemerdekaan merupakan keunikan dan keunggulan yang bisa dimanfaatkan untuk mendongkrak kepariwisataan daerah.
Kekayaan sejarah, budaya dan bangunan bernilai sejarah di Mentok menjadikan daerah itu ditetapkan sebagai destinasi wisata sejarah dan budaya Provinsi Babel.
Mentok yang berada di ujung barat Pulau Bangka sejak lima tahun lalu ditetapkan sebagai salah satu kota pusaka Indonesia dan masuk menjadi anggota Jaringan Kota Pusaka Indonesia.
“Kami akan terus mendorong kekayaan sejarah dan budaya di daerah ini bisa menjadi andalan dalam mendukung perekonomian masyarakat melalui sektor kepariwisataan,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangka Barat, Suwito.
Berbagai kegiatan untuk mengenalkan Mentok dengan berbagai potensi yang dimiliki terus dilakukan melalui berbagai media dan pameran tingkat nasional.
Selain promosi, kegiatan perawatan sejumlah objek bangunan bernilai sejarah juga terus dilakukan beriringan dengan pembangunan berbagai fasilitas pendukung di sejumlah objek wisata.
“Kami berharap jumlah wisatawan yang datang semakin meningkat setiap tahunnya dan bisa memberi dampak positif terhadap perekonomian masyarakat, seperti tempat penginapan, kuliner, jasa transportasi dan UKM lainnya,” katanya.
Bupati Bangka Barat, Markus mendukung berbagai kegiatan pelestarian sejarah dan budaya di daerah itu untuk membantu pembangunan kepariwisataan daerah.
“Kami berharap ke depan dapat dilaksanakan beberapa kegiatan skala nasional di Bangka Barat untuk membantu mempromosikan potensi wisata lokal,” katanya.
Selain mengenal lebih jauh objek wisata sejarah dan budaya lokal, kedatangan tamu dan pejabat penting dari luar daerah juga diharapkan bisa mengenalkan berbagai objek wisata alam lokal yang tidak kalah indahnya dari daerah lain.
Keindahan pantai, bukit, agrowisata, hutan, mangrove yang masih alami menjadi perpaduan yang lengkap dan mengesankan bagi wisatawan yang datang ke daerah itu.
“Kami berharap potensi wisata sejarah dan budaya yang ada memberi dampak kemajuan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” katanya.
Untuk mendukung berbagai upaya pembangunan, khususnya dalam sektor pariwisata perlu dukungan dan kebersamaan pemerintah, masyarakat, organisasi kemasyarakatan dan instansi terkait di daerah itu.
Semangat kebersamaan seperti yang telah ditunjukkan rakyat Bangka bersama para pejuang Republik telah berhasil memenangkan perjuangan diplomasi pengakuan Kemerdekaan RI di tingkat internasional.
Sebagai warga Bangka, slogan “Van Bangka begint de victorie” yang digelorakan M. Roem bisa menjadi semangat untuk bersama-sama berbuat yang terbaik dalam memerdekakan diri dari berbagai ketertinggalan.*
Baca juga: Bangka Barat akan gelar pameran foto sejarah pengasingan Soekarno
Oleh Donatus Dasapurna Putranta
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
COPYRIGHT © ANTARA 2019
Sumber: https://www.antaranews.com/berita/944111/menggelorakan-semangat-van-bangka-begint-de-victorie