Milenial tidak paham investasi karena merasa belum membutuhkan berinvestasi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Survei yang dilakukan oleh perusahaan bidang pertukaran aset kriptokurensi, Luno bersama dengan lembaga riset internasional Dalia menunjukkan masih adanya orang-orang di kalangan milenial Indonesia yang tak mengerti cara berinvestasi. Di antara mereka, ternyata juga setidak ada 50 persen dari responden yang masih membutuhkan informasi cara berinvestasi.
"Hasil survei menjelaskan,setengah dari kaum milenial Indonesia yaitu sebanyak sekitar 50 persen dari responden mengaku masih membutuhkan informasi yang lebih banyak mengenai cara menggunakan uang yang mereka miliki, termasuk berinvestasi," jelas Community Event Lead Luno Indonesia, Debora Valentini Ginting, di Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Survei dilakukan pada Mei hingga Juni 2019, dengan total responden 7.000 peserta yang tersebar di tiga benua, yaitu Eropa, Afrika, dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Responden dari Indonesia sendiri sebanyak 15 persen dari 7.000 responden, atau sekitar 1.050 responden.
Survei ini hanya membidik kaum milenial yang berusia 23 tahun hingga 38 tahun. Sementara, isi survei itu sendiri perihal perilaku kaum milenial dalam hal manajemen keuangan, investasi, dan tabungan.
Debora mengatakan, usia kaum milennial adalah usia produktif yang baru masuk kerja pertama kali. Atau beberapa tahun mengalami masa bekerja dan telah dalam posisi 'aman' dalam menjalani kehidupan. Oleh sebab itu, tak mengherankan, masih banyak dari mereka yang membutuhkan banyak informasi, termasuk informasi mengenai investasi.
"Nah, sebanyak 34 persen dari responden yang membutuhkan informasi dan pengetahuan itu selalu mencari informasi secara daring. Hal itu relevan dengan kondisi saat ini ya, di mana kaum millenial memang sangat familiar dengan gawai, dan paket data," ungkap Debora.
Dari berbagai fakta tersebut, dia pun menyimpulkan bahwa kalangan milenial Indonesia sebenarnya cukup disiplin dengan rencana anggaran keuangan mereka. Hanya saja, hal yang menjadi kendala adalah mereka belum cukup tahu bagaimana cara menggunakan anggaran yang mereka miliki untuk berinvestasi.
General Manager Asia Tenggara Luno, David Low mengatakan, seiring dengan pertumbuhan yang dialami populasi milenial, baik dalam produktivitas maupun usia, mereka perlu memulai cara menginvestasikan uang mereka. "Tidak hanya uang tambahan, melalui investasi mereka juga akan memperolah kebebasan finansial dalam jangka panjang, yang merupakan salah satu kebutuhan kaum milenial," jelas Low dalam kesempatan yang sama.
Oleh sebab itu, sebagai perusahaan bidang pertukaran aset kriptokurensi, dia pun memiliki cara untuk memberikan kebutuhan investasi dari kaum milenial. Menurutnya, cara itu adalah dengan cara daring dan di luar jaringan.
"Kami mencoba edukasi mereka mengenai investasi kriptokurensi. Baik daring maupun di luar jaringan, kami memberitahukan bahwa apa itu kriptokurensi, apa itu koin dan apa itu bitkoin, dan bagaimana caranya agar disimpan dengan aman," jelas dia.
Secara di luar jaringan, Luno kerap melakukan beberapa sesi edukasi kepada masyarakat dan komunitas, juga dengan media. Sementara dengan cara daring, Luno menjelaskan edukasi yang dilakukannya adalah dengan memberikan penjelasan di situs resmi Luno.
Sumber: https://gayahidup.republika.co.id/berita/puv81m328/milenial-indonesia-masih-butuh-informasi-tentang-investasi