Tradisi pepaosan merupakan khazanah lokal Lombok Barat.
REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM— Pemerintah Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, terus berupaya menjaga tradisi pepaosan dan peresean sebagai kearifan lokal seni dan budaya agar tidak punah tergerus perubahan zaman.
“Budaya yang menjadi kearifan dan khazanah lokal perlu dijaga kelestariannya, seperti pepaosan dan peresean,” kata Bupati Lombok Barat, Fauzan Khalid, saat menyaksikan pergelaran perdana pepaosan dan peresean di gedung budaya Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Senin (22/7).
Pepaosan merupakan tradisi pembacaan daun lontar yang bertuliskan huruf jawa kuno dan memiliki arti. Biasanya tulisan tersebut berisi tentang riwayat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau yang dibacakan beberapa orang, di antaranya pemaos (penembang) kemudian penerjemah dan pendukung.
Mereka membaca riwayat dengan menggunakan nada yang merdu dan sangat khas. Pepaosan dibacakan setiap acara-acara besar keagamaan, khitanan bayi ataupun acara adat sakral lainnya.
Menurut Fauzan, keberadaan pemaos (penembang) saat ini sudah berkurang karena ketertarikannya anak muda saat ini untuk belajar menembang atau menjadi pemaos relatif rendah.
Untuk itu, melalui pergelaran pepaosan diharapkan para generasi muda menjadi tertarik dan dapat berkecimpung melestarikan tradisi ini.
“Berbeda dengan pepaosan, seni peresean memang masih sering kita jumpai di masyarakat. Tidak sedikit masyarakat Lombok rutin menggelar seni tarung yang sudah menjadi ikon Lombok,” ujarnya.
Pergelaran pepaosan dan peresan rencananya akan rutin digelar setiap Sabtu dan Ahad setiap pekannya.
Pagelaran pepaosan akan digelar di tiga titik, yakni di kawasan wisata Senggigi, Taman Kota Gerung, dan Taman Narmada, sedangkan untuk Peresean akan digelar di gedung budaya Narmada mulai pukul 15.00-17.00 Wita.
“Saya sangat menyambut baik dibukanya kegiatan seni dan budaya pepaosan dan peresean milik masyarakat Suku Sasak ini. Kamimengajak semua pihak untuk bersama bersinergi menjaga kearifan lokal,” ucap Fauzan.
Tradisi peresean adalah pertarungan antara dua lelaki yang bersenjatakan tongkat rotan dan berperisai kulit kerbauyang tebal dan keras.
Dengan adanya kegiatan yang akan digelar secara rutin, Fauzan meyakini tidak hanya menghidupkan pelaku budaya dan seni, tetapi juga berdampak secara materiil, yakni menghidupkan ekonomi masyarakat.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat, Hendrayadi, mengaku optimistis kegiatan yang baru pertama kali dilaksanakan tersebut akan mampu menampilkan lebih banyak seni budaya kedepannya.
Dia berharap seni budaya yang ditampilkan dapat menjadi ilmu yang diajarkan di sekolah, karena seni budaya tidak hanya untuk orang dewasa. “Kedepan tidak hanya peresean dan pepaosan yang akan kamitampilkan, tapi semua jenis seni, termasuk Gandrung,” katanya.
Sumber: https://khazanah.republika.co.id/berita/pv1wep320/empepaosanem-tradisi-khas-lombok-barat-puji-rasul-dan-sahabat