kuda-kuda Arab memiliki kualitas tertentu.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Argentina merupakan salah satu negara yang warganya menggemari polo. Tak heran, negeri di Amerika Latin ini memiliki banyak pemain polo terbaik dunia.
“Kami telah bermain polo di Argentina selama lebih dari 100 tahun. Saat itu kami memiliki banyak gaucho di Argentina, mereka berasal dari pampas (dataran rendah di Argentina). Kami lahir dan besar bersama kuda, permainan ini menjadi mudah. Menurut saya, ini yang menyebabkan kami memiliki pemainpemain polo terbaik di dunia. Polo adalah bagian dari budaya kita,” kata Hugo Bara bucci, pria Argentina yang merantau ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA) untuk melatih klub polo bernama Ghantoot Racing & Polo Club.
Kunci utama dari permainan polo terletak pada kendaraannya, yakni kuda. Manajer Santa Maria Polo Club di Sotogrande, Spanyol, Santiago Torreguitar menyebut, budaya kuda di Dubai, UEA mirip dengan di Argentina. “Negara ini (UEA) memiliki lahan yang bagus untuk mengadakan turnamen. Cuaca dan uang di sini bagus. Apa pun yang berkaitan dengan kuda membutuhkan uang,” ujar dia.
Di UEA, polo merupakan fenomena baru yang dibawa oleh seorang pengusaha bernama Humaid bin Drai pada 1974. Ketika itu, ia mendirikan Dubai Polo Club dekat al-Awir. Salah satu pemain asli dari UEA adalah Nasser Mohammed Saif al-Dhaeri yang bermain untuk Ghantoor Racing & Polo Club. Ia menyebut sudah bermain polo sejak 1997.
Ia pun menyebut, banyak belajar dari pemain Argentina, yang selama bertahun-tahun menjadi pesaing utamanya. “Mereka (pemain polo Argentina) bermain dari hati. Ada banyak pemain bagus dan sulit untuk menyentuh bola,” ujarnya.
Dr Abdelrahman Abbad menyebut, kuda-kuda Arab memiliki kualitas tertentu dalam hal keindahan, kecerdasan, dan daya tahan. Namun, kuda Arab terkenal sebagai kuda perang sehingga tidak cocok untuk permainan polo yang lokasinya lebih terbatas daripada medan perang.
Untuk menyiasati hal ini, UEA pun mengimpor kuda dari Argentina. Kuda-kuda Argentina dihargai karena kecepatannya. Menurut Abbad, kuda Arab terlalu sensitif dan tidak sekuat kuda Argentina. Bahkan, saat ini Arab berusaha untuk mengembangbiakkan kuda Argentina di UEA.
Kelemahan polo di UAE dibandingkan Argentina, Inggris, dan Amerika Serikat terletak pada biaya pemeliharaan kuda yang mahal. Di negara-negara tersebut, lahan untuk mengembangbiakkan dan memelihara kuda polo telah tersedia, termasuk lahan hijaunya.
Sementara itu, di Arab, klub-klub polo harus mengusahakan kondisi kuda-kuda mereka agar stabil dan biayanya tidak murah. Setiap bulannya, klub harus mengeluarkan banyak uang untuk pemeliharaan kuda. Terlepas dari kesulitan yang ada dan biaya yang tinggi, polo jelas menjadi olahraga yang semakin populer. Tak hanya di kalangan lakilaki, kaum wanita pun memainkannya.
UEA, misalnya, pernah punya pemain polo wanita tersohor. Dialah Shaykha Maitha binti Mohammed al-Maktoum, yang bersama timnya memenangi Cartier International Dubai Polo Challange 2013.
Sumber: https://khazanah.republika.co.id/berita/pv2rar313/polo-dari-kuda-argentina-hingga-arab