Pedagang buku di Pasar Kenari menjangkau pelanggan lebih jauh lewat toko daring.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sejumlah pedagang buku di sentra buku Pasar Kenari, Salemba, Jakarta Pusat mengaku telah beralih ke toko berbasis dalam jaringan (daring). Mereka melakukannya karena penjualan melalui toko konvensional belakangan sudah sepi.
“Sebelum saya ikut berjualan secara daring, penjualan saya merosot hingga 70 persen karena banyak pelanggan saya lebih memilih buku di toko-toko daring,” kata salah seorang pedagang buku, Labora Sitorus, di Jakarta, Senin.
Apalagi, menurut dia, bagi pelanggan lama yang berasal dari daerah jauh dari Jakarta, kemudahan membeli dari jarak jauh melalui toko berbasis daring membuat mereka beralih berbelanja dari toko konvensional milik Sitorus. Karena itu, sejak 2016 Labora memilih ikut menggunakan cara berjualan secara daring untuk memperbaiki performa penjualan buku-bukunya.
“Hingga saat ini penjualan buku dagangan saya melalui toko daring bisa mencapai 300 buku per hari, sementara dari penjualan di toko konvensional hanya mencapai maksimal 40 buku per hari,” kata pria yang juga memiliki kios buku di Pasar Senen itu.
Senada dengan Labora, seorang pedagang buku lainnya, Indah Suciati mengatakan, penjualan melalui toko daring kini menjadi “ujung tombak” pemasukan bagi dirinya.
“Toko yang saya buka di Pasar Kenari ini lebih berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang dagangan saya,” kata pedagang yang mulai berjualan buku sejak 2007 itu.
Menurut Indah, pilihannya masih membuka toko konvensional lebih untuk melayani pelanggan lama dari kalangan ibu-ibu. Selain itu, dia mengatakan, banyak pelanggan dari kalangan mahasiswa juga lebih memilih untuk berbelanja secara konvensional untuk mengecek kesesuaian isi buku yang mereka cari.
Dia mengatakan, penjualan melalui toko konvensional masih berjaya pada lima tahun lalu. Namun, setelah itu penjualan melalui toko konvensional semakin menurun.
“Oleh karena itu, sejak 2017 saya ikut berjualan secara daring agar usaha saya tidak mati bersaing,” kata Indah.
Salah seorang pedagang lainnya, Naomi Peda mengatakan, ia saat ini belum ikut berjualan secara daring. Kendalanya ialah penguasaan teknologi.
“Akan tetapi, saya akan segera ikut berjualan secara daring, karena makin hari penjualan di toko konvensional saya semakin sepi,” kata perantau asal Sumba, Nusa Tenggara Timur itu.
Menurut Naomi, untuk terus mempertahankan usaha yang telah dirintis lama bersama suaminya ini, dia akan memaksakan dirinya untuk bisa menguasai teknologi dan mekanisme jual beli melalui toko daring.
Sumber: https://trendtek.republika.co.id/berita/pv1dae414/toko-daring-kini-jadi-ujung-tombak-pedagang-pasar-kenari