IHRAM.CO.ID, MINA — Setelah sekitar selama dua jam diguryur hujan lebat, jamaah hajii Indonesia yang tengah berada di Mina bersiap kembaii secara berombongan berjalan kaki ke jamarat untuk melempar jumrah. Mereka pun sudah muai berkemas sembari membenahi tenda yang basah diguyur air hujan.
''Tapi ternyata tak jadi berangkat lempar jumrah sore ini. Kata petugas haji lempar jumrahnya agak diundur, nanti sekitar pukul 03.00 dini hari saja,'' kata jamaah haji asal Kebumen, Siti Rohmah, melalui percakapan telepon dari Mina (malam ini/petang waktu Saudi Arabia, Senin (12/8).
Dia mengatakan sangat bersyukur hujan telah reda. Langit yang hitam dan menyeramkam seperti akan ada badai dan petir kini sirna. Udara cerah kembali.
''Tadi setelah reda, memang masih ada sedikit hujan. Tapi hanya sebentar saja. Alhamdulillah situasi terkendali. Jamaah tak lagi panik dengan menerikan takbir seperti saat ada hukan turun yang tadi disertai angin dan petir. Dan kini, sambil menunggu waktu melempar jumrah kami diminta tetap tenang dan terus berada di dalam tenda,'' katanya lagi.
Rohmah mengakui, pengalaman dua kali mengalami hujan di tengah padang pasir sewatu melakukan wukuf adalah pengalaman sangat berkesan. Kini dia paham betapa tidak menentunya cuaca di gurun pasir. Semua bisa berubah setiap saat.
''Kata orang tua dahulu yang pernah pergi haji ternyata benar adanya. Cuaca di sini bisa turun naik secara drastis. Ini pengalaman baru yang sangat berharga,'' kata Rohmah yang berhaji bersama suaminya, Hamid Rifai, menambahkan.
''Ini bisa menjadi bahan cerita nanti ketika pulang. Juga bisa menjadi bahan pelajaran bagi anak didik saya, bagaimana rasanya hidup di padang pasir,'' tegas Rohmah yang juga wakil kepala sekolah SMA Ma'arif 7 Kebumen.
Dia pun setuju bila waktu untuk melempar jumrah saat ini sedikit ditunda. Sebab, tampaknya memang ada faktor yang harus diperhitungkan matang karena ini terkait dengan soal cuaca yang bisa mendadak berubah.
''Saya yakin adanya sedikit waktu penundaan ini sudah dipikrirkan masak-masak oleh para petugas haji. Saya ikut saja. Yang penting jamaah aman,'' ujarnya.
Meski begitu dia mangakui jarak tenda dengan area jamarat memang cukup jauh, yakni mencapai sekitar tujuh kilometer untuk sekali jalan. Ini tentunya membuat sulit para jamaah yang berusia lanjut karena harus berjalan sangat jauh.
''Hitung-hitung setiap hari selama di Mina kami harus berjalan kaki 15 kilometer. Ya jelas membuat kaki pegal-pegallah. Untung sebelum pergi haji kami sudah belajar berjalan kaki yang jauh. Ya di sini meski pun jauh, ternyata sangat menyenangkan.'' kata Rohmah.
Seperti diketahui, sekilas tinggal beberapa hari di Mina untuk melempar jumrah terkesan berat. Namun, bila sebelum pergi haji sudah mempersiapkan diri secara baik, semua kendala bisa diatasi. Bahkan, bagi mereka yang pernah naik haji, tinggal dan berjalan kaki ke jamarat adalah pengalaman yang tak terlupakan. Di tengah malam buta mereka harus merasakan berjalan kaki di tengah padasang pasir dengan memasuki banyak terowongan. Suasana kisah para musafir haji di masa lalu bisa mereka sedikit rasakan.
"Saya pribadi merasa meski sudah dua kali umrah, perjalanan haji ternyata yang paling menyenangkan. Di sini banyak kawan dan sangat diperhatikan. Wajar kalau banyak yang kangen untuk pergi haji kembali,'' tandasnya.
Sumber: https://www.ihram.co.id/berita/pw4uw7385/hujan-lebat-jadwal-melempar-jumrah-di-mina-sedikit-diundur