Berita Seputar Teknologi, Kesehatan dan Olah Raga

Pages

Jalan Lain ke Baitullah

IHRAM.CO.ID, ARAFAH — Menunaikan haji menjadi impian hampir seluruh umat Islam. Ini karena ibadah haji termasuk dalam rukun Islam meskipun ada kategori bagi yang mampu melaksanakannya.

Karena ada kategori bagi yang mampu itulah, melaksanakan ibadah haji membutuhkan perjuangan. Tidak hanya perjuangan berupa memenuhi kemampuan finansial untuk membayar biaya perjalanan haji, tetapi juga memiliki kemampuan kesempatan.

Karena, banyak orang yang saat ini mampu secara finansial, tetapi belum diberikan kesempatan. Sehingga, mereka harus rela membayar setoran awal dulu dan harus rela menunggu hingga belasan tahun.

Namun, jangan pesimistis menanti waktu keberangkatan kita. Kita tetap perlu berdoa agar kita disegerakan berhaji.

Masih banyak kesempatan agar haji kita dipercepat. Asalkan niat dan tekad yang kuat ditambah selalu bermunajat, Insya Allah Baitullah di Tanah Suci Makkah semakin dekat dengan kita.

Banyak potensi yang bisa mempercepat keberangkatan haji kita. Di antaranya, penambahan kuota yang terus berkesinambungan untuk jamaah haji Indonesia. Setidaknya, selama lima tahun terakhir, kuota haji kita sudah ditambah 20 ribu oleh Arab Saudi. Ini membuat antrean kita semakin maju meski yang sudah tua yang tetap diprioritaskan.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah menambah 19 ribu kota lagi dalam waktu lima tahun ke depan. Kita berdoa saja agar Arab Saudi terus menyetujui permintaan kita agar ada penambahan kuota.

Kemudian, ada jalur visa mujamalah atau visa haji yang dikeluarkan oleh Arab Saudi tanpa perantaraan pemerintah Indonesia. Banyak cerita yang saya dengar, ada polisi dengan pangkat yang tidak tinggi, orang awam, marbot, yang naik haji dengan visa mujamalah atau undangan kerajaan Arab Saudi. Dan umumnya, mereka yang diberangkatkan itu bukan yang tiba-tiba mendadak diundang tetapi karena ada tekad yang kuat untuk berhaji.

Kemudian, ada jalur haji melalui kuota petugas. Biasanya, yang menerima ini adalah pegawai instansi terkait penyelenggaraan haji seperti Kementerian Agama dan Kementerian Kesehatan, penyuluh agama, tenaga kesehatan non PNS, mahasiswa di Timur Tengah, termasuk jurnalis yang diberi kuota unit Media Center Haji yang tugasnya selain pelayanan kepada jamaah haji, juga termasuk liputan untuk pemberitaan haji. Anekdot di masyarakat, jalur ini adalah jalur 'Haji Abidin' alias anggaran biaya dinas.

Atau, ada juga jalur anak yang beruntung memiliki orang tua baik hati dengan menanggung biaya anaknya untuk berhaji. Anekdot di masyarakat ini disebut 'Haji Anggara' atau anggaran orang tua. Atau, ada juga orang yang pergi berhaji karena memang ada yang memberikan ongkosnya untuk naik haji. Anekdot di masyarakat, ini disebut 'Haji Kosasih' alias ongkosnya dikasih.

Atau, ada juga jalur haji bagi orang yang menggantikan kerabatnya atau keluarganya yang meninggal. Ini biasanya disebut dengan 'Haji Gamal' alias gantikan yang meninggal. Tentu istilah ini sekadar guyonan, tetapi ini menunjukkan bahwa ada beberapa pintu lain untuk pergi berhaji selain mendaftar haji reguler.

Kita selalu mendoakan agar yang belum berhaji, agar bisa diberangkatkan ke Tanah Suci. Dan, mereka bisa melaksanakan rukun Islam yang kelima tersebut.

Namun, bukan kita berarti berharap pada jalan lain tersebut. Jalan utama untuk berhaji melalui jalur reguler tetap kita upayakan. Bagi yang memiliki kelebihan rezeki, alangkah baiknya mendaftarkan diri untuk mendaftar haji. Meski antriannya lama, siapa tahu di tengah jalan kita bertemu pintu lain untuk ke Baitullah selain dari pendaftaran haji reguler.

Sumber: https://www.ihram.co.id/berita/pw4avg458/jalan-lain-ke-baitullah


close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==
KODE DFP 2
KODE DFP 2