Kemuliaan 10 hari pertama bulan Dzulhijah disebut dalam Alquran dan hadis
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ahmad Rifa’i
Kasih sayang Allah kepada hamba-Nya memang tak kenal henti. Setelah kita dimanjakan dengan obral pahala dan ampunan pada bulan Ramadhan, kini kesempatan yang sama kembali hadir. Kasih sayang Allah yang spesial kembali tersaji pada bulan Dzulhijjah.
Keistimewaan dalam 10 hari pertama bulan ini memang tampaknya tidak sepopuler dengan keistimewaan 10 hari terakhir Ramadhan. Padahal, jika ditilik dan direnungi lebih dalam, bobot pahala yang ditawarkannya juga cukup besar.
Dalam Alquran secara tersirat disebutkan keutamaan 10 hari pertama Dzulhijjah. Allah berfirman, “Demi fajar dan malam yang sepuluh” (Al-Fajar [89]: 1-2).
Ibnu Katsir menerangkan bahwa yang dimaksud malam 10 adalah “10 hari pertama pada bulan Dzulhijjah.” Sumpah Allah atas 10 hari pertama bulan ini menunjukkan kemuliaan hari-hari tersebut.
Sebab, salah satu hikmah di balik sumpah Allah atas makhluk-Nya adalah untuk menginformasikan kemuliaan dan keagungan makhluk tersebut.
Kemuliaan 10 hari pertama Dzulhijjah disebutkan pula dalam hadis berikut.
“Tiada hari-hari yang paling agung di sisi Allah dan dicintai-Nya untuk beramal di dalamnya daripada 10 hari (Dzulhijjah) ini, maka perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid” (HR Bukhari).
Pada 10 hari pertama ini pula, kita dianjurkan banyak melaksanakan puasa. Imam Nawawi berkata tentang puasa 10 hari pertama ini, ”Sesungguhnya ia sangat dianjurkan.”
Yang lebih hebat lagi dan patut menjadi motivasi bagi kita adalah pada hari Arafah. Pada hari itu kaum Muslimin yang tidak melaksanakan haji kembali diberikan kesempatan menghapus dosa.
Rasulullah SAW bersabda tentang puasa Arafah ini, “Yaitu menjadi jaminan Allah untuk menghapus (dosa-dosa hamba) setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya” (HR Muslim).
Momentum seperti ini memang Allah berikan kepada hamba-Nya sebagai sugesti agar selalu bergairah dalam melaksanakan ibadah. Dari segi waktu sugesti dan motivasi seperti inipun cukup beragam. Ada yang sifatnya tahunan, bulanan, mingguan, dan harian.
Untuk yang tahunan seperti puasa Ramadhan dan 10 hari terakhir bulan Dzulhijjah. Untuk yang bulanan semisal puasa bidh (puasa tiga hari setiap bulan). Adapun yang mingguan adalah shalat Jumat. Dan shalat lima waktu adalah contoh ibadah harian yang di dalamnya juga banyak keutamaan-keutamaan luar biasa.
Momentum-momentum seperti ini di samping sebagai ajang mengais pahala dan menghapus dosa, juga merupakan ajang latihan. Kehadirannya akan mengondisikan hati-hati kita agar senantiasa berada dalam nuansa ibadah dan kedekatan diri kepada Allah. Dan secara otomatis akan membuat kita lebih cerdik dan proporsional dalam menyikapi gemerlap dunia. Wallahu a’lam bish-shawab.
sumber : Pusat Data Republika
Sumber: https://khazanah.republika.co.id/berita/pvtoto458/manfaatkan-momentum-dzulhijah