Berita Seputar Teknologi, Kesehatan dan Olah Raga

Pages

Film The Santri Menyusupkan Paham Liberal Atas Nama Toleransi Agama, dan Suburkan Budaya Pacaran

Film The Santri  Menyusupkan Paham Liberal Atas Nama Toleransi Agama, dan Suburkan Budaya Pacaran

 

  • BKsPPI secara tegas menolak film tersebut.

     

"Pesantren itu sejak dulu berkontribusi mencerdaskan anak bangsa. Ia harus dijaga. Jangan sampai nilai-nilai luhur pesantren rusak"

 

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Badan Kerjasama Pondok Pesantren Indonesia (BKsPPI), Dr Akhmad Alim Lc mengingatkan seluruh pondok pesantren secara khusus dan lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia untuk lebih berhati-hati terhadap upaya serbuan liberalisasi yang sedang menyerang mereka.

Terbaru, kata Alim, adalah munculnya film berjudul The Santri yang ditengarai menyusupkan paham-paham liberal dalam film yang disutradarai oleh Livi Zheng.

Dalam siaran pers yang diterima hidayatullah.com, BKsPPI secara tegas menolak film tersebut.

Menurut Alim, setidaknya ada empat upaya liberalisasi dalam film tersebut. Pertama, liberalisasi akidah atas nama toleransi agama. Padahal, sejak awal Islam sudah punya konsep universal terkait akidah. Yakni ayat "Lakum dinukum waliyadin". "Tidak perlu dicampuradukkan. BKsPPI menolak itu. apalagi dicoba dimasukkan ke dalam pesantren," ujarnya.

Selanjutnya, liberalisasi ibadah. Dalam Islam, disebutkan semua ibadah sudah diatur syariat. Tidak boleh kreatif atau mencari cara baru dari yang ditetapkan secara baku.

"Itu namanya penyesatan. Ibadah seperti itu tidak akan sampai kepada Allah," ucap Direktur Pondok Pesantren Mahasiswa dan Sarjana (PPMS) Ulil Albab, Bogor ini.

Dalam film The Santri, tampak pula upaya liberalisasi akhlak. Itu digambarkan dengan adegan dua santri yang berdua-duaan atau pacaran. Ini tentu bukan budaya santri. Selama ini pesantren begitu menjunjung tinggi nilai akhlak dan batasan pergaulan. "Film ini malah menyuburkan budaya zina. Ini jelas merusak generasi masa depan," terangnya lagi.

Liberalisasi keempat, menurut Alim, ialah liberalisasi budaya pesantren. Padahal budaya di pesantren sudah mapan. Ada budaya ilmu kajian kitab klasik (turats), kajian kitab putih seputar pemikiran, budaya akhlak, dan sebagainya. "Jadi tidak perlu membenturkan budaya pesantren dengan budaya lainnya. Apalagi memaksakan masuk di pesantren,"

Terakhir, BKsPPI dalam rilisnya kembali mengimbau untuk menguatkan tiga pilar benteng umat Islam dalam menjaga negeri ini. Yaitu, pesantren, masjid, dan kampus. Sejak dulu menurut Alim, ketiganya selalu diserang dengan tuduhan sarang radikalisme. Padahal yang benar adalah pesantren pembaga pendidikan tertua di Indonesia. Jauh sebelum bangsa ini merdeka.

"Pesantren itu sejak dulu berkontribusi mencerdaskan anak bangsa. Ia harus dijaga. Jangan sampai nilai-nilai luhur pesantren rusak," tutupnya.

Diketahui, baru-baru ini, film The Santri yang diinisiasi oleh Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) menuai kontroversi dari sebagian umat Islam.

Film itu dianggap bertentangan dengan budaya santri dan pesantren yang menjadi tema sentral film tersebut. Dibintangi oleh Virda Mansur, putri Yusuf Mansur, The Santri dijadwalkan tayang Oktober 2019 nanti, bertepatan dengan Hari Santri.

Pantauan hidayatullah.com hingga Selasa (17/09/2019), Film The Santri terus menuai kontroversi bahkan penolakan. Di media sosial sempat ramai tagar #BoikotFilmTheSantri.*

Rep: Masykur Abu Jaulah

Editor: Muhammad Abdus Syakur

hidayatullah.com
Selasa, 17 September 2019 – 09:39 WIB

(nahimunkar.org)


 

(Dibaca 18 kali, 18 untuk hari ini)

Sumber: https://www.nahimunkar.org/film-the-santri-menyusupkan-paham-liberal-atas-nama-toleransi-agama-dan-suburkan-budaya-pacaran/


close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==
KODE DFP 2
KODE DFP 2