loading…
Kapal kecil (kelotok) yang setiap pagi beraktivitas mengantarkan warga Mendawai Seberang dan Raja Seberang tak berani beroperasi lantaran takut terjadi kecelakaan sesama kelotok. “Ya pagi ini sangat pekat asapnya. Kemarin masih terlihat rumah rumah di seberang itu, sekarang ini pekat sekali, mata pedih. Saya tidak berani beroperasi," ujar Hamid, motoris (sopir) kelotok, Kamis (12/9/2019).
Ia berharap Pemkab Kobar melalui Satgas Karhutla bisa menekan angka kebakaran lahan secepatnya. Sebab kabut asap ini sangat mengganggu aktivitas warga. “Kalau saya tidak bekerja ya tidak dapat duit. Akhirnya kabut asap berdampak pada perekonomina kami,” ujarnya.
Baca Juga:
Warga Mendawai Seberang, Soni tampak duduk termenung di dermaga sungai. Dia mengatakan, dirinya tak bisa pulang ke rumah lantaran tak ada kelotok yang beroperasi. Alhasil ia harus menunggu kabut asap menghilang dan bisa pulang ke rumah.
“Ya ini saya dari jam 06.00 WIB sampai sekarang belum bisa pulang ke Mendawai Seberang. Yah gimana lagi, ini akses paling cepat dan murah menuju rumah saya. Dan saya juga jalan kaki. Kalau memutar lewat jalur darat jauh dan keluar duit lagi untuk bayar ojek,” keluhnya.
Dirinya mengimbau kepada pembakar lahan untuk secepatnya mengehentikan aktivitasnya. “Karena kalau sudah kabut asap begini semua orang dirugikan,” pungkasnya. (Baca Juga: Karhutla Kian Meluas di Kobar, Pembakar Lahan Harus Ditindak Tegas)
(rhs)
Sumber: https://daerah.sindonews.com/read/1438834/174/kabut-asap-di-pangkalan-bun-kian-parah-transportasi-sungai-lumpuh-1568254860