Berita Seputar Teknologi, Kesehatan dan Olah Raga

Pages

PLN Kembali Raup Laba Bersih Rp7,35 T

loading…

Fahmy Radhi
Pengamat Ekonomi Energi dan Pertambangan Universitas Gadjah Mada

BERDASARKAN Laporan Keuangan yang dipublikasikan, PT Perusahaan Listrik Negara Persero (PLN) kembali meraup laba sebesar Rp7,35 triliun pada semester pertama 2019. Perolehan laba itu jauh lebih besar dibandingkan semester satu 2018 yang mana PLN mencatatkan rugi bersih sebesar Rp5,35 triliun.Perubahan dari rugi bersih pada semester I/2018 menjadi laba bersih pada semester I/2019, salah satunya disebabkan oleh adanya kerugian belum terealisasi (unrealized loss ) akibat selisih kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) selama 2018.
Kendati pemerintah tidak menaikkan tarif listrik, kontribusi terbesar pencapaian laba bersih itu berasal dari peningkatan penjualan setrum mencapai Rp133,45 triliun, yang naik sebesar 4,95% lebih besar dibandingkan periode sama pada 2018 mencapai Rp127,16 triliun. Kenaikan penjualan PLN itu lebih dipicu oleh kenaikan jumlah pelanggan dari 69,7 juta pelanggan pada Juni 2018 naik menjadi 73,62 pelanggan pada periode sama 2019.

Peningkatan jumlah pelanggan itu juga mendorong kenaikan volume penjualan listrik sebesar 4,41% mencapai sebesar 118,52 Terra Watt hour (TWh) pada akhir Juni 2019, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada 2018 sebesar 113,52 TWh. Peningkatan jumlah pelanggan dan volume penjualan listrik seiring dengan pencapaian rasio elektrifikasi yang sudah mencapai 98,81% pada Juni 2018.

Baca Juga:

Peningkatan volume penjualan listrik itu tidak lepas dari upaya PLN dalam penambahan kapasitas pembangkit listrik. Selama enam bulan pertama pada 2019 ini, PLN berhasil menambah kapasitas pembangkit sebesar 872,44 MW sehingga total kapasitas terpasang pembangkit di Indonesia menjadi 58.519 MW pada semester I/2019. Pada periode yang sama, PLN juga berhasil menambah jaringan transmisi 2.847 kilometer sirkuit (kms) menjadi 56.453 kms dan menambah Gardu Induk sebesar 6.557 MVA menjadi 137.721 MVA.

Perolehan laba bersih sebesar Rp7,35 triliun itu juga diperoleh dari upaya efisiensi yang dilakukan oleh PLN dalam mengendalikan biaya energi pembangkit, yang dapat menurunkan harga pokok penyediaan (HPP) listrik, terutama harga batu bara. Dengan kebijakan pemerintah yang menetapkan harga batu bara yang dijual kepada PLN sebesar USD70 per ton dapat menurunkan HPP listrik.

Selain itu, faktor penentu HPP listrik lainnya terdiri atas Indonesia Crude Price (ICP), inflasi, dan kurs rupiah terhadap dolar AS juga mengalami penurunan dan penguatan sehingga menurunkan HPP listrik. ICP sudah turun ke level USD63 per barel atau lebih rendah dibandingkan asumsi APBN 2019 sebesar USD65 dolar.

Inflasi Agustus 2019 hanya 0,12% atau 3,49% secara tahunan. Sementara kurs rupiah terhadap dolar AS hingga Agustus 2019 tercatat rata-rata Rp14.055 per dolar AS atau lebih kuat ketimbang asumsi APBN dan RKAP PLN 2019 sebesar Rp15.000. Ditambah lagi, keberhasilan efisiensi yang dilakukan PLN khususnya dalam mengurangi susut jaringan dan efisiensi operasional keuangan.

Dari perolehan laba bersih sebesar itu tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kinerja keuangan PLN semester I/2019 meningkat cukup signifikan dibandingkan periode yang sama pada 2018. Peningkatan kinerja itu menjadi salah satu variabel terhadap keberhasilan PLN dalam meluncurkan obligasi perdananya dalam pecahan mata uang Jepang (yen), yang disebut Samurai Global Bond sebesar 23,2 miliar yen atau sekitar Rp2,9 triliun dari investor Jepang. Samurai Global Bond itu diterbitkan dalam 3-tranche, yang terdiri atas setiap tenor 3 tahun, 5 tahun, dan 10 tahun dengan kupon tetap.

Penambahan dana dari Samurai Global bond dapat digunakan untuk pembangunan pembangkit listrik, transmisi, dan distribusi sehingga dapat menambah jumlah pelanggan yang dapat menaikkan penjualan dan laba bersih. Hanya, penambahan pelanggan ini diharapkan berasal dari pelanggan bisnis dan industri, bukan lagi penambahan pelanggan rumah tangga dan sosial.

Data menunjukkan bahwa pertumbuhan pelanggan rumah tangga dan bisnis pada Juni 2019 masing-masing mencapai 5,8%, sedangkan pertumbuhan pelanggan industri hanya 1,3%. Memang, memacu pertumbuhan konsumsi listrik bagi pelanggan industri bukan domain PLN, melainkan domain Kementerian Perindustrian. Namun, perlu ada koordinasi dan kerja sama antara PLN dan Kementerian Perindustrian dalam menaikkan konsumsi listrik bagi pelanggan industri.

Peningkatan konsumsi listrik bagi pelanggan industri tidak hanya mencegah potensi kelebihan pasokan listrik PLN, tetapi juga memberikan kontribusi bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pembukaan lapangan pekerjaan serta pengurangan angka kemiskinan di negeri ini.

(maf)

Sumber: https://nasional.sindonews.com/read/1442853/18/pln-kembali-raup-laba-bersih-rp735-t-1569366236


close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==
KODE DFP 2
KODE DFP 2