MRTJ baik untuk Anda karena tanpa macet berarti frustasi berkurang, Anda lebih bahagia….
Jakarta (ANTARA News) – Tidak ada yang lebih menggelisahkan warga Jakarta saat dikejar waktu untuk menuju suatu acara atau pertemuan penting, namun terjebak macet dalam perjalanan.
Ketidakpastian akan waktu tempuh karena terpaksa terjebak kemacetan lalu lintas dapat menimbulkan frustasi dan akhirnya ketidakbahagian pada sebagian besar warga Jakarta.
Pola tersebut juga dirasakan Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masafumi Ishii yang mulai bertugas sebagai kepala perwakilan negaranya sejak 2017 lalu.
Karena itu, dubes yang gemar mencicipi kuliner Indonesia itu menantikan Moda Raya Terpadu Jakarta (MRTJ) dapat menjadi simbol baru Ibu Kota Jakarta, yang bebas macet dan lebih ramah bagi manusia yang beraktivitas di dalamnya.
Ditemui dalam wawancara khusus dengan ANTARA di gedung Kedutaan Besar Jepang di Jakarta, 14 Februari lalu, Dubes Ishii mencurahkan pandangan dan harapannya pada pemanfaatan MRT bagi pembangunan infrastruktur dan manusia Jakarta, dan rakyat Indonesia secara lebih luas.
Terlebih karena Jepang sebagai negara penyedia pinjaman bagi pembiayaan pembangunan MRT Jakarta, Ishii mengharapkan transportasi publik terbaru tersebut dapat menjadi tanda persahabatan antara kedua negara dan masyarakat yang erat.
Ishii yang biasa menggunakan chikatetsu atau kereta bawah tanah untuk bepergian sehari-hari, termasuk perjalanan pergi dan pulang kerja saat di Tokyo, terpaksa berjibaku dengan lalu lintas Jakarta yang diwarnai macet hampir setiap hari.
Padahal, jarak dari Kedutaan Besar Jepang ke kediaman resmi dubes hanya sekitar lima kilometer. Ishii mengatakan jika tidak macet waktu tempuhnya hanya 15 menit dengan mobil, namun bisa lebih dari dua jam kalau macet.
“Begitu MRT dibuka, Anda tahu, ada satu stasiun di dekat rumah dinas saya, dan satu stasiun ada di depan kedutaan kami, jadi saya yakin akan menggunakan MRT cukup sering karena itu akan memperpendek waktu komuter saya,” kata dia.
Dubes Ishii melihat pola pikir yang sama pada akhirnya juga akan berlaku bagi semua warga Jakarta karena ketiga belas stasiun MRT diatur sedemikian rupa untuk mendekati lokasi perkantoran.
“MRT akan mengubah pola komuter, dan saya pikir dalam jangka panjang juga akan mengubah pola hidup orang Jakarta ke arah yang positif,” kata dia.
Baca juga: MRT: munculkan kultur baru bertransportasi dan jalan kaki
Secara garis besar, Ishii mengatakan penggunaan MRTJ berarti lalu lintas yang lebih lancar dan sedikit macet. Tanpa macet, waktu pun dapat diperkirakan dengan lebih efektif dan efisien sehingga memberikan dampak positif bagi kehidupan orang per orang maupun ekonomi secara nasional.
Salah satu contoh sederhana, Ishii menyebutkan proses rantai pasokan suatu industri yang terhambat karena truk yang membawa bahan baku terjebak macet dan tidak tahu kapan akan tiba di lokasi pabrik.
Kerugian tidak hanya akan ditanggung pabrik yang terlambat melakukan produksi, namun juga jasa logistik yang mungkin harus membayar ganti rugi untuk keterlambatan atau bahan baku yang rusak atau busuk karena lambat diterima.
“Itu hanya sebuah contoh sederhana untuk menggambarkan sistem baru kereta bawah tanah akan memberikan kontribusi besar bagi ekonomi Anda, selain itu juga akan meningkatkan kualitas hidup Anda,” kata dia.
“MRTJ baik untuk Anda karena tanpa macet berarti frustasi berkurang, Anda lebih bahagia, prediktabilitas lebih memberikan waktu luang lebih untuk Anda,” lanjut Ishii,
Berdasarkan studi Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA), sekitar 91 persen logistik kargo dan penumpang bergantung pada kondisi lalu lintas jalan. Sementara itu, jumlah kendaraan bermotor pribadi meningkat karena pertumbuhan ekonomi yang tidak diiringi perbaikan transportasi publik.
Studi JICA menunjukkan bahwa pada 2016, jumlah kendaraan yang terdaftar di DKI Jakarta mencapai 18 juta unit, dan pada 2020, Jakarta akan macet total jika infrastruktur transportasi tidak segera dibenahi.
Akibatnya, diperkirakan kerugian ekonomi karena kemacetan mencapai 1.49 miliar dolar AS atau sekitar Rp13 triliun per tahun, yang juga meliputi kerugian tidak benda seperti kehilangan waktu dan dampak buruk polusi udara bagi kesehatan.
Ishii kemudian mencontohkan perubahan pola pikir dan perilakunya sendiri terhadap transportasi publik di Jepang.
Sebelumnya, dia pun terbiasa memakai mobil pribadi, namun kemudian memutuskan untuk berhenti karena sarana jaringan kereta bawah tanah chikatetsu telah tersedia dan terintegrasi dengan baik.
“Saya tidak lagi pakai mobil karena memang tidak perlu, karena ada kereta,” kata dia, dan menambahkan kini mobilnya hanya digunakan untuk keperluan mendesak.
Baca juga: MRT tak pengaruhi pasar otomotif, tapi bisa ubah pola pengendara pribadi
Terkait keberadaan MRT Jakarta dan pembangunan manusia, Ishii mengaku setuju dengan pandangan bahwa sistem transportasi publik yang andal akan mendorong masyarakat menjadi lebih maju, baik dalam pola pikir maupun kedisiplinan.
Kembali melihat sistem chikatetsu di Jepang yang selain terintegrasi dengan moda trasnportasi lainnya, kereta bawah tanah di sana juga dioperasikan dengan frekuensi yang konstan dan hampir tidak pernah terlambat.
Sistem yang andal tersebut membuat masyarakat Jepang dapat memperkirakan waktu perjalanan dengan baik dan mengalokasikan waktu selebihnya untuk melakukan kegiatan lain sehingga mereka terlatih menjadi disiplin.
Hal itulah yang kemudian menjadi pandangan jamak bahwa masyarakat Jepang bersifat disiplin terhadap waktu dan hampir tidak pernah terlambat, yang menurut Ishii, juga bermanfaat bagi pembangunan ekonomi Jepang.
“Dapat memperkirakan waktu dengan baik, menjadi insentif bagi masyarakat Jepang untuk menggunakan transportasi umum,” kata dia.
Namun, terkait sistem transportasi publik, Ishii menilai bahwa ketepatan waktu bukanlah satu-satunya yang utama karena standar keselamatan dan kenyamanan juga menjadi faktor penting yang akan menarik masyarakat untuk senantiasa menggunakannya.
Ishii juga meyakini bahwa penerapan standar keselamatan dan kenyamanan pada transportasi publik bukan sesuatu yang spesial untuk Jepang, namun semua negara juga akan melakukannya untuk kebaikan rakyatnya, termasuk pada MRTJ.
Oleh karena itu, Ishii optimistis bahwa MRT Jakarta yang dirancang dan dibangun dengan teknologi Jepang berkolaborasi dengan tenaga kerja Indonesia, juga akan dioperasikan tepat waktu serta memiliki standar keselamatan yang tinggi.
“Jadi, jangan terlalu memaksakan untuk menjadi tepat waktu, saya pikir Anda dapat melakukannya secara ‘kira-kira’,” kata dia.
“Maksud saya, kalaupun kereta akan terlambat tiga menit, tidak masalah, setidaknya Anda tahu bahwa Anda akan terlambat tiga menit, alih-alih membuang waktu yang tidak pasti saat terjebak macet di jalan. Saya pikir, dalam jangka panjang, di sinilah MRTJ akan mempengaruhi perilaku masyarakat Jakarta dan Indonesia secara positif,” kata dia.
Dubes Jepang sendiri telah menjajal naik kereta MRTJ dari Stasiun Lebak Bulus ke Bundaran HI dalam salah satu uji coba yang diselenggarakan PT MRT Jakarta selaku operator, dan ia mengaku sangat terkesan.
Selain mengapresiasi kelancaran sistem operasional MRTJ yang dilakukan dengan standar Jepang, Ishii juga memberikan testimoni bahwa di dalam kereta pun sangat nyaman dan hampir tanpa guncangan sampai-sampai dia dapat mengetik pesan pada aplikasi WhatsApp tanpa typo.
“Saya harap masyarakat Jakarta pun akan menyukai dan menggunakan MRTJ,” kata dia.
Pemerintah Jepang memberikan pinjaman bagi Indonesia, yakni total sebesar 195 miliar yen atau sekitar Rp26 triliun untuk pembangunan MRT Jakarta tahap I Lebak Bulus-Bundaran HI sepanjang 16 km dan tahap II Bundaran HI-Kampung Bandan sepanjang 8,6 km.
Baca juga: Memulai peradaban baru dengan MRT
Baca juga: Harapan mengurangi polusi Ibu Kota dengan MRT
Baca juga: Hikayat kereta bawah tanah dari London hingga Jakarta
Oleh Azizah Fitriyanti
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
COPYRIGHT © ANTARA 2019
Sumber: https://www.antaranews.com/berita/801807/atasi-macet-dubes-jepang-harapkan-mrt-membuat-warga-jakarta-lebih-bahagia