loading…
Mobil otonom yang bisa berjalan tanpa pengemudi, fasilitas berbagi mobil yang bisa digunakan oleh siapa saja dan kapan saja serta mobil yang bisa berkomunikasi satu sama lain guna mencegah terjadinya fatalitas merupakan tren mobilitas yang tengah berlangsung di dunia saat ini.
Berbagai negara di dunia mulai bahkan berlomba-lomba meningkatkan kemampuan mobilitas modern mereka. Ambil contoh di Jerman dimana tahun lalu perusahaan jasa car sharing di Jerman mencatat adanya peningkatan pelanggan car sharing di negara Bavaria itu. Total selama tahun 2018 tercatat ada 350.000 pelanggan baru.
Di Jerman saat ini berdasarkan data Bundesverband Carsharing ada lebih 20 ribu kendaraan yang dioperasikan lewat fasilitas car sharing, antara lain oleh BMW, Mercedes, VW dan Volvo. Di saat negara-negara lain berlomba-lomba untuk pengadaan infrastruktur mobilitas modern, Indonesia justru baru mulai mengampanyekan pentingnya mobilitas modern di masyarakat Indonesia.
Semangat inilah yang coba ditangkap oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) dalam menyelenggarakan GIIAS 2019 yang akan digelar pada 18-29 Juli nanti. Yohanes Nangoi, Ketua Umum GAIKINDO mengatakan tahun ini GIIAS 2019 mengangkat tema Future in Motion. Menurutnya saat ini masyarakat Indonesia tidak melulu harus memikirkan mobil-mobil terbaru yang akan menyapa masyarakat Indonesia.
Saat ini mereka juga harus memikirkan bagaimana mobilitas mereka di masa depan. "Kemarin saya meeting internasional bersama OICA dan disana terlihat jelas bagaimana mereka mempersiapkan segalanya untuk mobilitas modern itu. Jadi ini luar biasa perkembangannya," ujar Yohanes Nangoi.
Mantan petinggi Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) itu mengatakan penerapan mobilitas modern di Indonesia memang tidak bisa serta merta langsung diaplikasikan. Menurutnya untuk mewujudkan mobilitas modern itu tidak hanya perlu persiapan infrastruktur yang memadai tapi juga keterlibatan seluruh pihak yang berkepentingan.
Berbagai hal akan timbul jika modernitas modern diterapkan. Mulai dari masalah sepele seperti komputerisasi data kendaraan bermotor hingga masalah hukum yang biasa muncul karena adanya kecelakaan yang melibatkan mobil otonom dengan pengguna jalan. Dia mengatakan jika mobilitas modern diterapkan salah satu yang paling mendesak diubah adalah pembuatan jalan itu sendiri.
Menurut dia jalan-jalan di Indonesia harus diperbaiki kelengkapannya berikut juga rambu-rambu yang bisa memberikan sinyal guna memandu mobillitas modern. Rambu-rambu itu akan bisa digunakan oleh mobil otonom untuk dapat berjalan tanpa pengemudi.
Jadi untuk tahap awal, Yohanes Nangoi mengatakan GAIKINDO berusaha mensosialisasikan tren ini kepada masyarakat Indonesia. Selebihnya dia berharap infrastruktur dan segala hal yang dibutuhkan untuk tren mobilitas modern ini bisa pelan-pelan dilengkapi. "Kami bisa saja membawa mobil otonom ke GIIAS 2019. Tapi infrastrukturnya belum ada jadi buat apa," ujarnya.
Dia menyamakan problem ini dengan problem saat teve tabung hitam putih masih digunakan masyarakat Indonesia sekitar 50 tahun yang lalu. Padahal saat itu di luar Indonesia sudah banyak televisi berwarna yang digunakan masyarakat luar.
Masalahnya teve berwarna itu tidak bisa digunakan di Indonesia karena memang sinyal yang terpancar justru hanya bisa dimanfaatkan oleh televisi hitam putih. "Kenapa terjadi, karena teknologi dan infrastrukturnya belum bisa," jelasnya.
Yohanes Nangoi berharap tema Future in Motion mampu menggerakkan masyarakat untuk mencermati tren mobilitas tersebut. Menurutnya sudah saatnya masyarakat Indonesia tidak hanya terfokus pada nilai transaksi dan jualan yang terjadi di perhelatan GIIAS
(don)
Sumber: https://autotekno.sindonews.com/read/1382676/120/giias-2019-diharapkan-jadi-ajang-mewujudkan-mobilitas-modern-1551318934