Salah satu bagian bangunan yang khas dari masjid adalah kubah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Salah satu bagian bangunan yang khas dari masjid adalah kubah. Saat ini kubah tak ubahnya seperti simbol yang merepresentasikan masjid itu sendiri. Kendati demikian, kerap muncul pertanyaan, apakah kubah merupakan produk arsitektur murni Islam. Sebab, pada masa silam, kubah ternyata juga digunakan untuk bangunan atau rumahrumah peribadatan nonMuslim.
Syahruddin El Fikri, dalam bukunya yang berjudul Sejarah Ibadah mengatakan bahwa kubah sebetulnya tidak lahir dari kebudayaan Islam. Sebab, pada dasarnya Islam tidak membawa secara langsung tradisi budaya fisik. Islam juga tidak mengajarkan secara konkret tentang etika atau tata bentuk arsitektur.
Bila ditinjau secara historis, pada masa Rasulullah SAW kubah memang masih belum dikenal, sebagaimana menara dan mihrab. Arsitek K Cresswell dalam bukunya yang berjudul Early Muslim Architecture mengungkapkan bahwa desain awal Masjid Madinah memang belum sama sekali mengenal kubah.
Dalam rekonstruksi arsitekturnya, Cresswell menyebut bahwa masjid kala itu masih berupa bangunan sederhana. Konstruksi bangunan utamanya, kata dia, berbentuk segi empat dengan dinding sebagai pembatas sekelilingnya. Kemudian sepanjang bagian dalam dinding dibuat semacam serambi, yang terhubung langsung ke arah lapangan terbuka di bagian tengahnya.
Karena itu, muncul berbagai pendapat tentang siapa dan kapan yang pertama mengunakan kubah sebagai bagian puncak dari sebuah bangunan. Sebagian kalangan berpendapat bahwa peradaban Mesopotamia (sekarang Irak) adalah yang perdana memperkenalkan kubah, yakni sekitar 6.000 tahun silam. Mereka pula yang pertama memanfaatkannya sebagai bagian puncak bangunan kala itu.
Ada pula yang menilai bahwa kubah mulai muncul pada masa Imperium Romawi, sekitar tahun 100 Masehi. Penilaian itu merujuk pada fakta adanya bangunan Pantheon (kuil) di Roma yang dibangun Raja Hadria sekitar tahun 118 Masehi128 Masehi.
Kendati belum dapat diketahui secara pasti siapa yang pertama kali memperkenalkan kubah, peradaban Islam juga mulai terinspirasi untuk membangun masjid dengan menggunakan kubah. Adapun masjid pertama yang telah menangkupkan kubah pada puncak bangunannya, yakni Masjid Qubbat as Sakhrah di Yerusalem, tepatnya di kompleks AlHaram asySyarif yang berlokasi di kota lama Yerusalem (Yerusalem Timur).
Masjid yang juga dikenal dengan nama Dome of the Rock tersebut dibangun oleh Khalifah Ummaiyyah Abdul Malik bin Marwan sekitar tahun 687 Masehi hingga 691 Masehi. Selain menjadi salah situs paling tertua, Qubbat as Sakhrah juga menjadi saksi bisu dari peristiwa penting dan bersejarah dalam Islam, yakni sebagai titik tolak Nabi Muhammad SAW menuju langit saat Isra Miraj.
Setelah berdirinya Masjid Qubbat as Sakhrah, para arsitektur Muslim mulai mencoba mengembangkan gaya atau model kubah untuk masjid. Pada abad ke12 Masehi, kubah bahkan telah menjadi semacam lambang arsitektur masyarakat Muslim di Kairo, Mesir.
Model dan bentuk kubah menjadi semakin variatif ketika Islam mulai tersebar dan berinteraksi dengan kebudayaankebudayaan lain. Tak hanya menampilkan corak bernuansa Islami, kubah juga mulai dikreasikan dengan menyertakan gaya khas dari tradisi kebudayaan masingmasing.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika bentuk kubah masjid di seluruh dunia memiliki perbedaan dan ciri tersendiri. Sebab, bentuk dan gaya kubah telah dipadukan dengan budaya masyarakat Muslim setempat.
Kubah masjid di Tanah Air diperkirakan mulai digunakan sekitar abad ke19 Masehi. Bahkan, di Jawa atap masjid berkubah baru muncul sekitar pertengahan abad ke20 Masehi.
Setelah melewati berbagai fase dan zaman, kubah tak hanya menjadi penghias sebuah konstruksi bangunan. Dengan sendirinya, kubah telah melebur dan seperti menjadi simbol universal bagi seluruh umat Islam di dunia.
Sumber: https://republika.co.id/berita/islampedia/arsitektur-kota/19/02/22/pnbi7l313-hikayat-kubah-masjid