Ampas biogas dimanfaatkan sebagai pupuk untuk sayuran dengan polybag.
REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL — Inovasi untuk menciptakan sesuatu yang bernilai dan berdaya guna dari limbah kotoran ternak sapi banyak bermunculan di masyarakat. Salah satunya di Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, DIY.
Mereka giat mengolah limbah kotoran ternak sapi menjadi sumber energi untuk bahan bakar rumah tangga. Aktivitas ini telah menjadi rutinitas yang dijalankan masyarakat Desa Selopamioro sejak satu tahun terakhir.
Kegiatan itu dimulai masyarakat setempat pada 2017. Itu merupakan pengembangan program pertanian berkelanjutan Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem (DTPB) Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM).
Program mendapat dana hibah penelitian Yanmar Environmental Sustainability Support Association (YESSA) Jepang. Kegiatan mengusung tema Knowledge Development for Agricultural Sustainability in Agropolitan Area for Community Welfare.
Tim DTPB UGM, Joko Nugroho menyampaikan, salah satu kegiatan yang dilakukan dalam program ini merupakan pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi. Kotoran dikonversi menjadi gas metana dalam biodigester.
Gas metana yang dihasilkan menjadi sumber energi yang bisa digunakan sebagai bahan bakar kompor gas untuk keperluan memasak warga. Hasil samping konversi limbah kotoran sapi menjadi gas metana adalah slurry.
“Atau ampas biogas berbentuk campuran padat cair yang tidak berbau dan tidak mengundang serangga,” kata Joko, Kamis (21/2).
Slurry dimanfaatkan sebagai pupuk untuk sayuran dengan polybag. Program ini sejalan program penanaman sayuran untuk memanfaatkan halaman secara produktif.
Beberapa tanaman yang sudah ditanam kelompok wanita tani di antaranya tomat, cabai dan terong. Manfaat utama rangkaian kegiatan ini meningkatkan sanitasi lingkungan dengan berkurangnya bau kotoran.
Manfaat lain penghematan pengeluaran rumah tangga baik untuk pembelian gas maupun pembelian sayuran. Selanjutnya, diharapkan terjadi peningkatan keamanan pangan dan kesehatan masyarakat.
Ini merupakan bagian program manajemen kebun terpadu untuk mendukung keamanan pangan. Dilaksanakan pula mitigasi perubahan iklim lewat gerakan irigasi bersih dan konservasi serta pengembangan sistem manajemen pengetahuan.
Pada kesempatan itu, dilakukan peninjauan ke rumah hijau di Dusun Wunut untuk melihat diseminasi teknologi irigasi kabut. Itu merupakan salah satu usaha demi bisa menghemat air.
Mereka turut mengunjungi lokasi penerapan program pemanfaatan limbah toilet Dusun Kalidadap di Desa Selopamioro. Lalu, ke Dusun Lenteng di Desa Selopamioro yang menjadi lokasi pemanfaatan kotoran ternak untuk bercocok tanam sayur.
“Mengapresiasi DTPB UGM yang telah melaksanakan program dengan baik dan dijalankan masyarakat,” ujar Sekretaris Eksekutif Yessa, Sugano.
Sumber: https://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/19/02/22/pnbn9c423-limbah-ampas-biogas-bisa-diolah-jadi-pupuk