DHAKA, (Panjimas.com) — UNICEF masih membutuhkan dana sebesar USD152 juta untuk memberikan bantuan mendesak bagi para pengungsi Rohingya dan penduduk setempat yang menampung mereka di Bangladesh tahun ini, demikian menurut seorang pejabat tinggi PBB, Rabu (27/02).
"Hingga saat ini kami hanya memiliki 29 persen dari dana yang dibutuhkan dan kami bekerja keras untuk mendapatkan sisanya," pungkas Henrietta Fore, Direktur Eksekutif UNICEF, mengatakan kepada para wartawan di ibu kota Bangladesh, Dhaka, setelah kunjungan selama dua hari ke kamp-kamp pengungsi Rohingya di Cox's Bazar.
"Ada kebutuhan besar bagi masyarakat untuk merasa bahwa mereka keluar dari krisis dalam konteks stabilitas, perawatan kesehatan, pendidikan, air, sanitasi dan nutrisi," tukasnya.
Fore menambahkan bahwa di Myanmar, sebagian besar Rohingya tidak memiliki identitas hukum atau kewarganegaraan dan di Bangladesh, anak-anak Rohingya tidak terdaftar pada saat lahir, mereka tidak memiliki status pengungsi.
Mengutip sebuah penelitian pada Desember, dia mengatakan 180.000 anak-anak Rohingya usia 4-14 tahun saat ini terdaftar di pusat-pusat pembelajaran di seluruh wilayah Cox's Bazar, menunjukkan betapa besar kebutuhan akan pendidikan.
"Hari ini, tanpa identitas hukum, mereka berada di tangan penyelundup dan pengedar narkoba," jelas Ahmed Al Meraikhi, Utusan Kemanusiaan PBB, berbicara bersama Fore, dikutip dari AA.
Pihaknya mengakui bahwa masyarakat internasional belum menciptakan situasi yang aman dan bermartabat untuk pengembalian pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan militer 2017 di Myanmar ke Bangladesh.
"Kami secara serius bekerja baik secara pribadi maupun resmi dalam hal ini dan masyarakat internasional berupaya untuk keadilan, yang sangat penting bagi Rohingya," imbuh Fore.[IZ]
Sumber: https://www.panjimas.com/news/2019/02/28/krisis-rohingya-unicef-butuhkan-dana-usd152-juta-selama-2019/