Kiai Maruf sudah berjuang bersama NU selama berpuluh-puluh tahun.
REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG — Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 01, KH. Ma’ruf Amin menceritakan sepak terjangnya sebagai kader Nahdlatul Ulama (NU) hingga menjadi Calon Wakil Presiden nomor urut 01, Joko Widodo-KH. Ma’ruf Amin.
Hal ini dia disampaikan usai menghadiri acara Harlah NU ke-96 yang digelar PWNU Banten di Lapangan Lapas Anak, Kota Tangerang, Banten, Sabtu (23/3). “Ya Harlah ini kan saya berangkat dari NU, dari bawah sampai saya jadi Rais Aam, pemimpin tertinggi NU,” ujar Kiai Ma’ruf kepada awak media.
Kemudian, ulama asal Banten inu diminta Presiden Jokowi untuk menjadi cawapres-nya di Pilpres 2019. Menurut dia, Jokowi memilih ia agar ulama tidak terus dijadikan seperti daun salam dalam membangun bangsa ini. Daun salam itu setelah dimanfaatkan kemudian dibuang. “Karena saya dimintai jadi calon wakil presiden maka saya mundur dari Rais Aam itu konsekuaensinya. Dan kemudian saya sekarang jadi Mustasyar PBNU,” ucap Kiai Ma’ruf.
Kiai Ma’ruf mengatakan ia sudah berjuang bersama NU selama berpuluh-puluh tahun lamanya, sehingga dia sudah memiliki hubungan sangat erat dengan salah ormas Islam terbesar di Indonesia tersebut.
“Artinya saya di NU dari muda, dari Anshor waktu umur sebelum 20 sampai sekarang. Artinya lebih dari 50 tahun saya mengabdi di NU. Karena itu hubungan saya dengan NU merupakan suatu hubungan yang sangat historikal, tidak bisa dipisahkan,” kata Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.
Selain dihadiri Kiai Ma’ruf, acara Harlah NU di Tangerang tersebut juga dihadiri para ulama Banten, yang diantaranya Ketua PWNU Banten KH. Bunyamin dan juga ulama kharismatik Banten, KH. Abuya Muhtadi Dimyathi.
Tampak hadir pula Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH. Miftakhul Akhyar dan Mustasyar PBNU KH. Manarul Hidayat. Bahkan, hadir juga Wali Kota Tangerang Arief R . Wismansyah.
Sumber: https://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/potgw6377/cerita-maruf-dari-kader-nu-hingga-jadi-cawapres-jokowi