loading…
1. Tenun Buton
Kain khas Sulawesi Tenggara ini mulai punya penggemar sendiri di luar negeri setelah diperkenalkan oleh wisatawan yang berlibur ke Indonesia. Kain yang memiliki warna-warna terang ini punya corak yang mirip dengan batik. Selembar kain tenun dengan lebar 60×4 meter diberi harga Rp600.000-700.000.
2. Songket Palembang
Tidak hanya dikenal di Indonesia sebagai kain berharga mahal, songket Palembang juga punya pamor di mancanegara. Harga kain yang terkenal cantik ini cukup tinggi mulai dari Rp1,8 juta-50 juta. Biasanya, songket dengan harga jual puluhan juta adalah jenis songket tua yang usianya bisa mencapai ratusan tahun.
3. Kain tenun ikat NTT
Kain tenun di NTT memiliki beragam motif dan warna karena dibuat oleh masing-masing etnis di NTT. Permintaan kain tenun ikat NTT terbesar berasal dari Jepang. Untuk harga, selembar kain tenun ikat NTT bisa mencapai Rp10 juta.
4. Tenun Dayak
Permintaan kain satu ini banyak datang dari negara tetangga kita yakni Malaysia. Bahkan, peminat asal negeri jiran rela menyeberang ke Indonesia untuk mencari kain Dayak Sintang asli. Harga rata-rata Sehelai tenun dayak sintang kualitas bagus mencapai Rp2 juta.
5. Ulos Batak
Ulos adalah salah satu kain asli dalam negeri yang produksinya tetap terjaga karena permintaan yang tinggi. Selain dalam negeri, kain asli suku Batak ini juga diminati di luar negeri. Permintaannya datang dari Amerika Serikat dan Eropa. Harga kain Ulos kualitas ekspor bisa mencapai Rp2 juta per lembar.
6. Tenun Goyor
Jika kebanyakan permintaan kain tenun Indonesia berasal dari Eropa dan Asia, kain satu ini justru punya banyak penggemar dari Timur Tengah. Kain yang diproduksi oleh sekumpulan perajin asal Dusun Tegalrejo, Desa Giriroto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah ini, banyak dipasarkan di negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi. Harga selembar Tenun Goyor kualitas ekspor bisa mencapai Rp800.000-1 juta.
Tekstil Nusantara dari Masa ke Masa
1. Belanda mendirikan institut tekstil di Bandung (1919)
2. Alat Tenun Mesin (ATM) mulai dipakai di Majalaya, Jawa Barat (1935)
3. Pusat pusat industri kecil mulai dikembangkan Belanda (1936)
4. 72,5% pabrik tekstil dan tenun dimiliki orang pribumi (1942)
5. Pengusaha pribumi mulai mengembangkan industri tekstil (1950-an)
6. Muncul kebijakan deklarasi ekonomi (dekon). Untuk industri tekstil pemerintah memberikan bantuan langsung. Untuk produsen tekstil tradisional, diberikan jatah kain tenun (1965)
7. Jumlah mesin tenun menjadi lebih 61.000 buah dan sebagian besar berada di Jawa Barat (1969)
8. Pemerintah mengeluarkan kebijakan yang melarang impor mesin bekas, termasuk mesin tekstil (1974)
9. Pemerintah mengintensifkan arah kebijakan strategi industrialisasi menuju industry berorientasi ekspor terutama untuk non migas (1980-an-1997)
10. Meski terjadi krisis, dalam industri tekstil nilai investasi yang ditanamkan justru menunjukkan peningkatan (1998)
11. Departemen Perindustrian menetapkan industri TPT (tekstil dan produk tekstil) sebagai salah satu industri prioritas (2005)
12. Pemerintah memberikan subsidi pada industri tekstil (2007-2008)
13. Kementerian Perindustrian kembali menyusun kebijakan nasional 2015-2019. Alhasil industri TPT dimasukkan ke dalam industri prioritas (2015)
(poe)
Sumber: https://lifestyle.sindonews.com/read/1388552/186/kain-asli-indonesia-dengan-banderol-tinggi-di-mancanegara-1553091481