Pers Mahasiswa Suara USU memuat naskah dengan konten LGBT dan pornografi.
REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN – Rektorat Universitas Sumatera Utara (USU) berencana menertibkan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pers Mahasiswa Suara USU. Pers mahasiswa ini belakangan menjadi sorotan karena memuat naskah dengan konten LGBT dan pornografi.
Wakil Rektor I USU Rosmayati menyebut tidak memberikan toleransi pada UKM yang mengeluarkan karya pornografi dan LGBT. Terlebih lagi dengan menggunakan simbol-simbol atau mengatasnamakan USU. Ia pun mengatakan akan mengganti kepengurusan Suara USU. Setelah itu unit yang membina Suara USU akan melakukan pembinaan supaya tidak ada lagi mengeluarkan konten-konten pornografi dan LGBT.
”Senin (25/3) akan kita ganti kepengurusan Suara USU dan sementara akan dikelola oleh unit yang selama ini membina,” kata Rosmayati melalui pesan elektronik, Ahad (24/3).
Sebelumya rektorat sudah memintai klarifikasi kepada pimpinan Suara USU terkait naskah cerpen berjudul ‘Ketika Semua Menolak Kehadiran Diriku di Dekatnya’ pada Selasa (19/3) lalu. Naskah tersebut berisikan tentang kisah pasangan sesama jenis. Cerita dalam bentuk cerpen tersebut menjadi viral setelah diunggah di situs Suarausu.co dan dipromosikan lewat akun sosial media organisasi tersebut. Selain mendapat hujatan di dunia maya, Suara USU juga didatangi langsung oleh mahasiswa dari berbagai kalangan karena dinilai mempromosikan LGBT.
USU kemudian melakukan proses evaluasi terhadap materi yang pernah dimuat di situs berita Suara USU. Di situ mereka menemukan konten dari cerpen-cerpen lain yang mengandung unsur pornografi. Bahasa dalam tulisan yang ada dalam beberapa cerpen tersebut ditemukan bersifat vulgar, tidak etis dan tidak seharusnya terbit di media kalangan kampus. Ada pula naskah yang secara gamblang mendiskripsikan sebuah adegan ranjang.
''Suara USU merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa dari USU dan sudah seharusnya berisi konten mendidik dan bermanfaat bagi pengembangan Tri Dharma Perguruan Tinggi di USU. Kami ingin Suara USU mencerminkan nilai-nilai moral, nilai-nilai keimanan dan etika yg dijunjung tinggi Sivitas Akademika USU,'' begitu keterangan resmi dari Rektorat melalui Humas USU yang diterima Republika, Ahad (24/3).
Pemimpin redaksi Suara USU Widiya Hastuti mengatakan apa yang dipersoalkan oleh rektorat dan mahasiswa berlebihan. Widia menyebut Suara USU tidak mengkampanyekan LGBT. Tapi mereka memberi gambaran diskriminasi terhadap pengidap LGBT melalui karya sastra.
”Kami mau nunjukin ada diskriminasi terhadap LGBT. Kami merasa tidak memuat konten pornografi. Memakai kata-kata memasukkan barang ke rahim itu bukan konten pornografi,” katanya
Widiya tak menampik ada beberapa cerpen di laman berita organiasinya yang terindikasi berisi konten porno. Dewan Redaksi Suara USU, kata Widiya, pernah membedah cerpen-cerpen yang dinilai berisi konten pornografi. Mereka merasa tidak ada yang salah karena menurut Widiya itu adalah karya sastra independen.
”Kalau memang ada kesalahan, kami akan tarik. Kalau konten terakhir (soal LGBT) kami enggak tarik karena kami merasa tidak ada yang salah,” ujar Widiya.
Sumber: https://republika.co.id/berita/pendidikan/dunia-kampus/pouv0z335/memuat-konten-pornografi-usu-ingin-tertibkan-pers-mahasiswa