wajah Islam di Jerman, yang hingga kini telah didominasi oleh Turki.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Lonjakan gelombang migrasi Suriah diperkirakan akan membawa pergeseran proporsi demografis Muslim Jerman. Arus migrasi kali ini merupakan yang terbesar sejak Perang Dunia Kedua.
Bersama pengungsi Afghanistan, Irak, dan negara-negara Muslim lainnya, Suriah menjadi kontingen terbesar. Jumlah mereka diperkirakan sekitar 45 persen dari total migran. Masuknya sekian banyak pengungsi Suriah ini ditengarai akan menggoyang wajah Islam di Jerman, yang hingga kini telah didominasi oleh Turki.
Padahal 1960-an, komunitas Muslim Jerman didominasi oleh wajah-wajah Turki. Muslim Turki merupakan komunitas Muslim terbesar di Jerman. Pada tahun 1960 hingga 1970-an, ribuan pekerja Turki datang ke Jerman seiring kebangkitan industri negara itu.
Setengah dari mereka akhirnya menetap dan membangun keluarga di Jerman. Dari 4 juta komunitas Muslim Jerman, sekitar 70 persen atau dua pertiganya berlatar belakang Turki. Meski sudah masuk generasi kedua dan ketiga, pengaruh budaya Turki masih sangat kuat sampai hari ini.
Turki juga membentuk komunitas-komunitas Muslim arus utama di Jerman. Lebih dari 900 masjid dikelola oleh Diyanet Isleri Turk Islam Birlig (DITIB), sebuah jaringan urusan agama Pemerintah Turki di Eropa. Selama lebih dari 30 tahun, imam biasanya dikirim langsung dari Ankara.
Sering kali mereka tidak bisa berbahasa Jerman sehingga khotbah-khotbah disajikan dalam bahasa Turki. DITIB merupakan rekan utama Pemerintah Jerman dalam berbagai persoalan yang menyangkut agama terbesar ketiga di negara itu.
“Sekarang mereka harus membuka diri terhadap Muslim dari belahan dunia lain,” demikian komentar pengamat Islam dari Bertelsmann Foundation, Yasemin El Menouar, dilansir dari Saudi Gazette. Ledakan gelombang migrasi Muslim Suriah ditengarai akan mengubah peta demografi dan menampilkan wajah baru komunitas Muslim Jerman.
Sumber: https://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/dunia/pp2mqc313/wajah-islam-di-jerman