Berita Seputar Teknologi, Kesehatan dan Olah Raga

Pages

Menanti Berbuka di Masjid Jami’ Kota Pekalongan

Warga Pekalongan menanti waktu berbuka puasa dengan aktivitas pengajian.

REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN — Perjalanan mudik bisa jadi perjalanan panjang yang menjenuhkan. Akan tetapi, tak salah bila perjalanan mudik juga bisa diselingi dengan berlibur, dengan mengunjungi tempat-tempat wisata di kota-kota yang dilintasi.

Para pemudik yang melintasi jalur Pantai Utara dari Barat menuju ke Timur, memiliki banyak pilihan tempat wisata untuk disinggahi bila jenuh berada di jalan. Adalah Masjid Jami’ Kota Pekalongan, merupakan salah satu tempat yang bisa disinggahi, terlebih sambil menanti waktu berbuka puasa.

Suasana khidmat, teduh, dan tenang menyelimuti Masjid Jami’ Kota Pekalongan pada siang menjelang sore hari. Terlihat banyak masyarakat melakukan tadarus Al-Quran di sela-sela waktu ibadah shalat Dzuhur dan shalat Ashar itu.

Muhammad Alwi, Wakil Sekretaris Pengurus Yayasan Masjid Agung Al-Jami’ Kota Pekalongan (Yasmaja) menjelaskan, terdapat aktivitas ibadah pada Ramadhan setelah shalat Dzuhur yaitu pengajian atau tausiyah sekitar selama satu jam. “Menjelang buka puasa, dari pada menunggu saja, kami dari masjid membuat kepanitiaan untuk mengadakan pengajian sore,” ungkap Alwi kepada Republika.co.id. 

Sementara, setelah shalat Tarawih, lanjut dia, aktivitas ibadah pun masih berlanjut. Biasanya, banyak masyarakat turut melakukan tadarus usai shalat Tarawih 20 rakaat. 

Warga menanti waktu berbuka puasa dengan aktivitas pengajian. Pengajian itu sangat terbuka bagi masyarakat, termasuk para pemudik yang singgah sejenak di wilayah pusat alun-alun Kota Pekalongan itu. 

“Jadi masyarakat yang ingin ikut berbuka puasa bareng di Masjid, datangnya sebelum maghrib, untuk mengikuti pengajian atau tausiyah sampai selesai,” tutur Alwi.

Menjelang berbuka puasa dan memasuki azan Maghrib, tausiyah pun diakhiri. Lalu, kudapan berbuka pun disiapkan oleh pihak masjid untuk masyarakat membatalkan puasa.

Menurutnya, setidaknya, tak hanya kudapat pembatal puasa seperti kurma yang bisa dinikmati oleh masyarakat dan pengunjung yang berbuka di Masjid Jami’ Kota Pekalongan. Nantinya, setelah shalat berjamaah, makanan besar biasanya juga kerap dihidangkan pemberian dari masyarakat lain secara sukarela.

Setiap hari, pasti ada saja kudapan yang diberikan oleh masyarakat kepada masjid untuk dibagikan kepada masyarakat yang ingin berbuka bersama di masjid. Namun, karena bersifat sukarela, maka jumlahnya pun tak selalu pasti.

“Tapi selalu ada saja, Alhamdulillah. Jadi memang kebanyakan dari masyarakat untuk kembali ke masyarakat lagi,” tutur dia.

Tak hanya itu, para pengunjung juga bisa menikmati suasana masjid Jami’ secara historikal. Bangunannya yang tinggi dan memiliki jendela besar yang unik, menjadi kekhasan masjid Jami’ sendiri.

Selain itu, di dalam masjid juga terdapat tiang-tiang penyangga bangunan masjid yang terbuat dari kayu yang sangat khas akan budaya Jawa. Secara historis, masjid ini dibangun pada 1878 silam.

Alwi pun mengaku, masjid ini tak hanya dikunjungi hanya untuk beribadah tetapi juga banyak dari masyarakat yang secara khusus mengunjunginya untuk bernostalgia. “Ada beberapa masyarakat yang memang memiliki memori sendiri dengan masjid ini. Sehingga, mereka pun sengaja datang untuk bernostalgia masa lalu, karena memang masjid ini memang berumur panjang dan mengukir banyak sejarah,” tutur dia. 

Sumber: https://republika.co.id/berita/ramadhan/tradisi-ramadhan/psicg7370/menanti-berbuka-di-masjid-jami-kota-pekalongan


close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==
KODE DFP 2
KODE DFP 2