loading…
Beberapa bintang utama lini serang mulai menua. Lionel Messi (32 tahun), Angel Di Maria (31 tahun) dan Sergio Aguero (31 tahun) mungkin saja tidak ikut ambil bagian pada Copa America 2020 mendatang. Sorotan tajam tertuju pada sang kapten, Messi. Kehadirannya di setiap turnamen menimbulkan harapan besar, namun setiap turnamen selalu berakhir dengan frustrasi besar.
Di level junior, Messi memang berhasil mengangkat Piala Dunia U-20 pada 2005 dan memenangkan medali emas di Olimpiade Beijing tiga tahun kemudian, tetapi tidak pernah merayakan gelar internasional utama. Berbagai pertanyaan besar bermunculan, salah satunya adalah mengapa Messi tidak bisa menjadi pemain yang sama dengan yang dinikmati seluruh fans Argentina kala menyaksikan laga Barcelona di televisi?
Baca Juga:
Kenyataannya selalu ada dua Messi. Di satu sisi, pemain hebat yang telah meraih segalanya bersama salah satu klub terbaik dunia. Bermain dengan Andres Iniesta dan Xavi yang dia kenal sejak masih kecil di akademi Barca, La Masia. Sedangkan di sisi yang lain, Messi di tim nasional terlihat penuh gejolak yang dipenuhi dengan ego. Setiap Copa America membawa krisis. Setiap Piala Dunia menimbulkan keraguan atas masa depannya.
Messi pun kerap menjadi sasaran dikritik publik atas kegagalan Argentina. Puncak frustasinya Messi terlihat jelas saat menghadapi Chile. Dia terlibat perselisihan dengan kapten lawan, Gary Medel yang berujung kartu merah dimenit ke-30. Itu merupakan kartu merah pertama yang didapatkannya dalam 14 tahun membela Argentina.
Keluarnya Messi tidak berpengaruh banyak lantaran dia sempat memberikan assist untuk gol Sergio Aguero (12). Gol Argentina lainnya disumbangkan Dybala (22). Sementara Cile memperkecil kedudukan melalui penalti Arturo Vidal (59). Seusai laga, Messi enggan mengikuti persentasi medali bersama rekan setim.
Dia justru meluapkan kekecewaannya dengan menyebut Argentina diperlakukan tidak adil sepanjang Copa America 2019. Meski gagal membawa Argentina menjadi juara, Messi tetap santai. Menurut dia seluruh anggota skuad Argentina pantas mendapatkan rasa hormat karena telah berusaha keras hingga mampu meraih tempat ketiga Copa America 2019.
"Kami tidak perlu menjadi bagian dari korupsi yang kami derita di turnamen ini. Semoga wasit dan VAR tidak akan memengaruhi banyak hal dan mereka membiarkan Peru berkompetisi di final melawan Brasil (dini hari tadi), tapi saya pikir itu tidak mungkin,” sindir Messi dilansir dailymail.
Kurang maksimalnya Messi yang tidak menyumbangkan gol sepanjang Copa America 2019 tentu menjadi bahan evaluasi penting bagi Argentina untuk berani melakukan regenerasi. Sudah 26 tahun tanpa trofi sejak terakhir memenangkan Copa America 1993 jelas tidak bisa diterima. Dengan Messi yang akan menginjak 34 tahun, Aguero (33 tahun) dan Di Maria (33 tahun) di Piala Dunia 2022, lini serang Argentina membutuhkan tenaga lebih segar.
Perubahan harus dilakukan Lionel Scaloni atau siapapun pelatihnya guna membuat permainan Argentina lebih hidup. Beberapa nama dinilai pantas diberikan kesempatan. Yang pertama adalah Lautaro Martinez. Performa penyerang berusia 21 tahun tersebut terbilang cukup impresif. Martinez mencetak dua gol untuk La Albiceleste dalam perjalanan ke semifinal dan penampilannya yang bagus telah menghidupkan kembali minat Barcelona terhadapnya.
Diberkahi dengan kontrol bola yang luar biasa dan naluri pemangsa, MartÃnez akan mampu mengimbangi beberapa kekosongan yang disebabkan oleh ketidakhadiran Messi di tim Argentina. Pemain lain yang dianggap cocok menjadi kreator serangan Argentina sepeninggal Messi yakni Giovani Lo Celso. Memiliki kaki kiri yang ajaib, tidak seperti rekan senegaranya, Lo Celso adalah detak jantung dari Real Betis yang mengesankan musim lalu.
Lo Celso percaya diri mengambil posisi lini tengah yang bermain lebih kedepan. Torehan 16 gol di semua kompetisi bersama Betis musim lalu mengindikasikan insting predatornya. Sentuhan di depan gawang, dikombinasikan dengan kreativitasnya, pemain berusia 23 tahun itu akan sangat berharga bagi Argentina di masa depan.
Di level internasional, kontribusinya sejauh ini cukup besar, meskipun melakukan debut untuk Argentina kurang dari setahun yang lalu. Di Copa America 2019, Lo Celso telah menerima menit yang signifikan, memulai dua pertandingan pertama kompetisi sebelum dicadangkan di dua laga knockout Argentina melawan Venezuela (29/6) dan Brasil (3/7).
Jangan lupakan pula Paulo Dybala dan Mauro Icardi. Dybala sering menjadi korban kecemerlangan Messi, dipaksa bermain di posisi yang tidak cocok baginya, untuk memaksimalkan kegunaan La Pulga bagi tim. Dalam banyak hal, Dybala tergolong berkemampuan komplit. Penyerang elegan, cerdas, dan cekatan, pemain Juventus ini menolak disamakan dengan Messi, dan juga siap bekerja keras untuk tim secara defensif.
Bakatnya telah menarik perhatian pelatih Manchester United (MU) Ole Gunnar Solskjaer. Jika bergabung, Dybala kemungkinan akan menjadi andalan utama The Red Devils. Tingkat tanggung jawab ini dapat memfasilitasi perkembangannya dari opsi rotasi, menjadi pengganti Messi di Argentina. Sedangkan Icardi yang dicap sebagai pemain kontroversial dalam sepak bola Argentina, tetap harus diperhitungkan.
Tidak ada keraguan keterampilan bomber 26 tahun itu ketika di lapangan. Ketenangannya di depan gawang, pergerakan yang mengesankan begitu ditakuti lawan, Perlu diingat bahwa Icardi pernah menjadi striker paling dihormati. 29 gol Seri A musim 2017-2018, menarik minat dari seluruh Eropa. Jika Argentina dapat meninggalkan permasalahan dengan Icardi di belakang.
Mereka dapat memaksimalkan kualitasnya dan mengurangi dampak kepergian Messi yang akan segera terjadi. Bukan hanya lini depan, regenerasi lini belakang juga tidak kalah penting. Emanuel Mammana. Bek berusia 23 tahun tersebut telah memainkan tiga pertandingan internasional tetapi ada jalan panjang di depannya. Kiprahnya di River Plate sangat bagus.
Baru melakoni 22 pertandingan untuk Los Milonarios, dia menjadi buruan klub-klub top Eropa. Berpostur 184 cm, Mammana unggul dalam duel udara. Dia solid di belakang. Kekuatan terbesarnya di lapangan adalah passing dan tackling. Dia adalah pemain yang suka menggiring bola, bermain umpan pendek dan mengatasi keras dan tidak memiliki kelemahan signifikan sebagai bek.
Dalam 22 pertandingan musim ini, Mammana memiliki akurasi akurasi umpan 89,8%. Dia belum mendapat kartu kuning yang lebih mengesankan bagi perisai muda. Secara keseluruhan, ia adalah jenis defensive-rock yang dirindukan setiap tim.
(don)
Sumber: https://sports.sindonews.com/read/1418211/11/hanya-meraih-peringkat-ketiga-la-albiceleste-wajib-berbenah-1562549143