loading…
Hingga kemarin, jamaah haji Indonesia yang wafat telah mencapai 13 orang. Mereka adalah Sumiyatun Sowikromo Sutardjan, 57; Khairil Abbas Salim, 62; Mudjahid Damanhuri Mangun, 74; Subli bin Muhammad Nasri, 61; Artapiah Armin Musahab, 60; Soeratno G Mangun Wiyoto, 74; Suparman bin Jubed, 53; Rabiun Daliman Arsyad, Supardjo Rata Ilyas, 76; Ahmad Dimyati Ruhbi, 56; Sapan Tumanga Loga, 69; Nasikin Sinwan Salam, 63; dan Muhammad Rum Batubara, 65.
Rata-rata jamaah yang meninggal memiliki riwayat penyakit kronis, seperti diabetes melitus. Kepala Seksi (Kasi) Kesehatan Daerah Kerja (Daker) Bandara Jeddah-Madinah, dr Karmidjono Pontjo, menga takan bahwa jamaah haji yang sudah memiliki penyakit tidak menular jangan sampai kelelahan saat berada di Tanah Suci.
Baca Juga:
Para jamaah rentan mengalami kelelahan karena memaksakan diri untuk melakukan ibadah secara berlebihan. "Banyak jamaah yang melakukan umrah hingga 50 kali. Mereka menyebutnya umrah setingkat malaikat," kata pria yang akrab disapa Dokter Djono tersebut.
Menurut Dokter Djono, kelelahan yang dialami oleh jamaah juga dipicu adanya dorongan pendamping Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH). Kerap para pendamping itu mengajak jamaah untuk langsung melakukan ibadah ketika baru tiba di Tanah Suci. Padahal, perjalanan panjang dari Indonesia sangat menguras tenaga jamaah haji, terutama mereka yang telah berusia lanjut dan memiliki risiko tinggi (risti).
"Berikan waktu yang cukup kepada jamaah untuk istirahat. Jangan sampai dipaksakan untuk terus beribadah," katanya.
Bagi jamaah haji yang memiliki penyakit, mereka juga harus rutin mengonsumsi obat sesuai dengan dosis yang diberikan oleh dokter. Jangan sampai ketika tubuh terasa sehat, obat tidak lagi dikonsumsi atau mengurangi dosis dengan takaran sendiri. Padahal, kata Dokter Djono, kondisi tubuh yang sehat itu adalah hasil dari minum obat yang rutin. Hal lain yang perlu diperhatikan jamaah haji adalah cuaca di Tanah Suci yang sangat panas dengan kelembapan rendah. Menurutnya, suhu di Madinah bisa mencapai 43 derajat Celsius dengan kelembapan kurang dari 10%. Sementara di Mekkah, suhunya kurang dari 43 derajat Celsius dengan kelembapan kurang dari 20%.
"Kondisi ini membuat penguapan tinggi. Tanpa disadari tubuh kurang cairan, kemudian dehidrasi, lalu kondisi tubuh menjadi lemah," katanya.
Karena itu, untuk menjaga kondisi tubuh, jamaah diimbau untuk selalu minum air putih, makan teratur, jangan kelelahan, dan mengenakan pelindung diri saat keluar ruangan. Terpisah, Kepala Bidang Kesehatan Arab Saudi dr Indro Murwoko mengatakan, pihaknya memiliki strategi untuk mengantisipasi banyaknya jamaah lansia dan risti. Upaya preventif (pencegahan) lebih ditekankan kepada jamaah, bukan pengobatan. "Kita memperbesar upaya preventif. Fokusnya bukan di upaya pengobatan," katanya di Madinah kemarin.
Dokter Indro mengapresiasi kegiatan pencanangan gerakan Tiga Sukses dan Sehat Haji yang dilakukan oleh Sektor 5 Madinah dan diikuti Kloter 20 Embarkasi Jakarta (JKG). Pertama, gerakan kebugaran jasmani jamaah haji. Kedua, gerakan minum air mineral bersama. Ketiga, gerakan berkacamata hitam bersama. Dia menjelaskan pentingnya menggunakan kacamata hitam. Fungsinya untuk mengikis efek panas (hot spring) dan ultraviolet. "Bisa terjadi iritasi dan mengganggu kegiatan jamaah," katanya.
Sementara gerakan kebugaran jasmani jamaah haji atau senam, kata dia, sangat bagus untuk sirkulasi badan. Pasalnya, jamaah haji selama ini banyak hanya beraktivitas di kamar, juga posisi diam di bus dan pesawat hingga berjam-jam.
"Senam yang dilakukan adalah senam yang ringan, yang sederhana, sehingga sirkulasi ba dan menjadi baik," kata Dokter Indro.
Pada bagian lain, Kepala Seksi Layanan Kesehatan Daerah Kerja Madinah dr Edi Supriyatna menyatakan bahwa kondisi jamaah haji tahun ini lebih baik. Hingga hari operasional haji ke-16, jumlah jamaah haji yang meninggal dunia maupun sakit menurun dibandingkan periode tahun sebelumnya. Hingga hari ke-16, sudah ada 13 jamaah yang wafat. "Kalau tahun lalu itu sebanyak 15 jamaah," katanya.
Begitu juga dengan jumlah jamaah yang sakit. Hingga saat ini tercatat 331 kunjungan jamaah yang sakit ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI). "Kalau pada tahun lalu, lebih dari itu," katanya.
Kondisi jamaah haji pada 2019, kata Edi, membaik di bandingkan tahun-tahun sebelumnya karena istithaah yang semakin baik. Masalah istithaah itu telah diatur dalam Per menkes 15 Tahun 2016 tentang Istithaah Kesehatan Jamaah Haji. Menurutnya, regulasi yang dibuat pada 2016 itu baru di sosialisasikan pada 2017. Pada 2018 memang mulai diimplementasikan, tetapi masih terdapat kekurangan. "Pada 2019 sebagian besar sudah menyadari, haji itu harus sehat dan bugar," ujarnya. (Abdul Malik Mubarak)
(nfl)
Sumber: https://nasional.sindonews.com/read/1422823/15/jamaah-haji-jangan-berlebihan-dalam-beribadah-1563843664