REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH — Sejak Sabtu (10/8) esok, penyelenggaraan ibadah haji akan mencapai puncaknya. Itu adalah wukuf di Padang Arafah pada 9 Dzulhijjah. Jutaan umat Nabi Muhammad SAW telah bergerak sejak Kamis (8/8) malam, khususnya mereka yang akan melaksanakan tarwiyah–napak tilas hajinya Rasulullah SAW. Sebagian lagi bergerak ke hamparan luas itu mulai sejak Jumat (9/8) hari ini.
Sebagai bagian dari ibadah puncak haji, tak boleh ada satu pun jamaah haji yang tertinggal di Makkah. Yang sedang sakit pun diupayakan untuk tetap dibawa ke Arafah, yakni dalam rangka safari wukuf.
Rasulullah SAW bersabda saat melaksanakan Ibadah haji. Beliau waktu itu didatangi seseorang dari suku Nejd dan bertanya, “Wahai Rasulullah, apa ibadah haji itu?”
Beliau menjawab, “Inti ibadah haji adalah wukuf (berdiam diri) di Arafah. Barangsiapa datang sebelum shalat pada malam menginap di Muzdalifah, sesungguhnya hajinya telah sempurna” (HR Ahmad, al-Bayhaqi, dan al-Hakim).
Seluk-beluk wukuf boleh jadi belum diketahui seluruhnya oleh Muslimin. Mungkin pula tebersit pertanyaan, misal, berapa lama memakai pakaian ihram; apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama wukuf atau selama memakai pakaian ihram?
Tiap rombongan haji biasanya memiliki pembimbing ibadah. Tentunya, mereka sudah mengingatkan kepada jamaah tentang ibadah wukuf di Arafah. Dengan harapan, jamaah seluruhnya memahami ketentuan fikih dan amalan seputar wukuf.
Soal berkata kotor (rafats), misalnya, insya Allah lisan tiap jamaah dapat terjaga dari hal itu. Masalah berbuat fasik (fusuq) juga insya Allah dapat diatasi. Kemudian, ihwal berbantah-bantahan atau berdebat (jidal) mungkin sedikit susah. Namun, semoga saja lisan dan perbuatan bisa terjaga dengan baik. Sebab, jika perbuatan ini terlanggar, maka akan ada sanksi (dam) yang harus mereka bayarkan.
Apa saja larangan saat wukuf di Arafah atau ketika sudah mengenakan ihram? Ada. Misalnya, tidak memakai pakaian berjahit bagi laki-laki, tidak memakai wangi-wangian, tidak menutup kepala, tidak memotong kuku, dan tidak mencukur. Kemudian, jamaah agar menjaga setiap helai bulu jangan sampai terlepas dari kulit (baik itu bulu tangan, bulu ketiak, rambut, kumis, jenggot, dan lainnya).
Menurut saya, kendati banyak jamaah yang telah memahami kaidah-kaidah di atas, tak ada salahnya bila petugas atau pembimbing terus mengingatkan. Intinya, saling nasihat-menasihati dalam kebaikan.
Wukuf Itu Berdiam Diri
Wukuf secara zahir adalah berhenti, berdiam diri. Artinya, jamaah yang sedang wukuf boleh istirahat, termasuk tidur. Tentu, berdiam diri bukan berarti tak melakukan apa-apa. Hendaknya tiap jamaah mengisi waktunya saat di dalam tenda Padang Arafah dengan beribadah. Misalnya, membaca Alquran, berzikir, bershalawat, membaca istighfar, berdoa, dan lain-lainnya.
Maksud wukuf sebagai berdiam diri ialah merenungi kehidupan dan segala apa yang telah diciptakan Allah SWT. Mengutip pendapat Ali Syariati, dalam bukunya Al-Hajj, wukuf di Padang Arafah adalah suatu upaya merenungi hakikat penciptaan alam semesta. Fokus perenungan juga seputar perbuatan apa saja yang telah diri lakukan. Padang Arafah adalah simbol tempat ketika kelak umat manusia sejak Nabi Adam AS hingga insan terakhir dihitung amal perbuatannya. Padang Arafah mengingatkan kita pada Hari Kiamat.
Syariati menjelaskan, ketika Adam dan Hawa berjumpa di Arafah, mereka bersama-sama memuji kebesaran Allah. Keduanya memohon ampun atas segala perbuatan yang telah dilakukan. Mereka menyesali diri dan mengharapkan rahmat serta kasih sayang Allah.
Ia menambahkan, Arafah bermakna ‘mengenal’, ‘mengetahui’, atau ‘menyadari.’ Dari makna ini, Arafah merupakan gambaran dari padang mahsyar di akhirat kelak.
Karena itulah, di lokasi ini setiap jamaah haji dianjurkan untuk memperbanyak doa, beristighfar (memohon ampunan Allah), serta melakukan penghisaban yakni introspeksi/perhitungan diri atas segala perbuatan yang pernah dilakukan.
Sebab, setiap manusia, baik tua maupun muda, laki maupun perempuan, berilmu maupun tidak, pejabat atau rakyat jelata, semua pernah berbuat kesalahan.
Inilah sabda Rasulullah SAW dalam hadisnya: Kullu bani Adama khatta'un, wa khairul khatta'in, at-tawwabun. Artinya, “Setiap anak cucu Adam pasti berbuat kesalahan. Dan sebaik-baiknya orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat.”
Hadis ini menggambarkan, tak ada manusia yang sempurna. Tak ada manusia yang luput dari kesalahan. Mereka semua diseru untuk segera bertaubat.
Taubat tak sebatas mengucapkan istighfar. Taubat juga harus dilandasi ketulusan hati untuk berhenti mengulangi keburukan. Berhenti berbuat kezaliman.
Tak cukup dengan itu. Seseorang juga harus berjanji untuk tidak mengulangi lagi semua perbuatan buruknya. Berjanji untuk menjauhi hal-hal yang dilarang agama. Kemudian, dia memperbanyak memohon ampunan, bertasbih untuk menyucikan Nama Allah, dan mengagungkan kebesaran-Nya.
Semoga, seluruh jamaah haji Indonesia, juga petugasnya, serta umat Islam secara umum yang sedang menunaikan rukun Islam kelima ini diterima amal ibadahnya, diterima hajinya, dan mendapatkan predikat mabrur. Aamiin.
Sumber: https://www.ihram.co.id/berita/pvyl9z458/wukuf-dan-hakikat-diri