Korban terdampak ISPA terutama anak-anak.
REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK— Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Barat, Inspektur Jenderal Pol Didi Haryono, mengklaim sebanyak 504 ribu warga terutama anak-anak terdampak ISPA akibat Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di provinsi itu.
"Dari data kami dapat 504 ribu orang terutama anak-anak terdampak ISPA," kata dia, Sabatu (28/9).
Tidak hanya itu, kata dia, hilangnya keragaman hayati serta terganggunya aktifitas ekonomi akibat pembatalan penerbangan baik internasional maupun domestik dimana terjadi hampir di sebagian pulau besar Indonesia khususnya Sumatra, Jawa, dan Kalimantan.
Didi menjelaskan, sekitar Rp 220 triliun kerugian ekonomi Indonesia akibat Karhutla. Sebab, pada saat itu Kalbar merupakan salah satu dari enam provinsi penyumbang asap terbesar di Indonesia.
"Beberapa penekanan Pak Presiden antara lain bahwa kejadian Karhutla pada 2015 dan tahun-tahun sebelumnya jangan sampai terulang kembali. Jumlah hotspot harus turun tiap tahunnya, lakukan pencegahan jangan sampai api besar baru bingung dipadamkan.
Kapolda menambahkan, Kalbar memiliki kondisi geografis yang memiliki bentangan 1 1/6 pulau jawa dengan luas wilayah 146.807,90 kilometer persegi meliputi luas daratan 110 ribu kilometer persegi atau setara 74,93 persen terdapat lahan perkebunan dan pertanian, dan juga hamparan lahan gambut yang cukup luas di setiap wilayah Kalbar.
“Potensi geografis yang luas ini menjadikan sebuah potensi bagi oknum yang tidak bertanggung jawab untuk membuka lahan dengan cara membakar," katanya.
Menurutnya, sebaran hotspot di Kalbar berdasarkan pengolahan data lapan oleh BMKG, menyebutkan hotspot sepanjang Agustus 2019 terdapat sejumlah 7.655 titik panas di Kalbar. Yang di mana hotspot terbanyak terdapat di Kabupaten Ketapang yaitu sejumlah 2.126 titik panas dan Kabupaten Sanggau sejumlah 1440 titik panas.
Sedangkan dari 1 September sampai dengan 23 September 2019 di Kalbar terdapat sebanyak 15.767 hotspot. Kabupaten Ketapang menjadi penyumbang terbesar dengan 8.652 titik panas.
"Pada 24 September 2019 sampai dengan 25 september 2019 kita bersyukur karena hampir di seluruh wilayah kalimantan turun hujan sehingga data menyebutkan hotspot di kalimantan berkurang secara signifikan menjadi hanya 34 titik panas," kata Kapolda.
Sementara itu, Gubernur Kalbar Sutarmidji, menjelaskan bahwa Kalbar memiliki luas sekitar 110 ribu kilometer persegi dan mencakup kawasan hutan serta lahan perkebunan yang rentan mengalami kebakaran pada musim kemarau.
“Memiliki lahan perkebunan dan pertanian, dan Kalbar juga memiliki hamparan lahan gambut yang cukup luas sehingga sangat rawan terbakar apabila memasuki musim kering atau kemarau,” katanya.
Dia mengimbau penting sinergisitas semua pihak untuk bersama–sama menanggulanginya. Jika pada kejadian pada 2015 terjadinya Karhutla terbesar selama lima tahun terakhir.
"Titik panas dua kali lipat banyaknya dibandingkan 2015. Tapi dampaknya tidak sehebat 2015. Karena, lamanya api berada di satu titik itu juga hitungannya lebih cepat selesai dibandingkan dengan 2015,” katanya.
sumber : Antara
Sumber: https://nasional.republika.co.id/berita/pyj3ph320/kapolda-kalimantan-barat-504-ribu-warga-terdampak-ispa