Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Kalteng mencapai angka 1.057.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang melanda Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) dalam beberapa waktu terakhir terpantau semakin parah pada Kamis (19/9). Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di sana sudah sangat membahayakan.
Berdasarkan data terakhir Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), per Kamis (19/9) pukul 16.00 WIB, ISPU di Kalteng mencapai angka 1.057. Terjadi lonjakan drastis jika dibandingkan data BNPB pada Selasa (17/9) yang mencatat ISPU Kalteng baru di angka 467.
Mengacu pada Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan nomor KEP-45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemaran Udara, ISPU di Kalteng saat ini sudah 21 kali lipat di atas standar udara ‘baik’. Dalam lampiran keputusan itu disebutkan, ISPU dikategorikan ‘baik’ jika berada di rentang 0-50. Sedangkan 50-100 dikategorikan ‘Sedang’. 101-199 sudah masuk kategori ‘Tidak Sehat’.
Adapun kategori ‘sangat tidak sehat’ jika ISPU-nya berada di angka 200-299. Sedangkan ISPU di atas 300 sudah masuk kategori berbahaya. Keputusan itu menyebut, ISPU di atas 300 adalah “Tingkat kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi”.
Akibat kualitas udara yang sangat buruk ini, berdasarkan rilis remis BNPB pada Senin (16/9), sudah terdapat 2.637 orang yang menderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Pelaksana Harian Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Agus Wibowo, mengatakan, angka itu didapat dari informasi yang dikumpulkan Pos Komando (Posko) di Kalteng.
Peningkatan angka ISPU yang sangat berdampak pada kesehatan masyarakat itu tak terlepas dari peningkatan jumlah titik panas di Kalteng. Masih berdasarkan data BNPB per Kamis, titik panas di sana tercatat sudah mencapai 1.996. Jumlah ini melonjak dua kali lipat lebih dibandingkan data pada hari Selasa yang hanya berjumlah 750 titik panas.
Upaya pemadaman kini dilakukan dengan menggunakan tujuh unit helikopter untuk melakukan pengeboman air. Tercatat sudah 29 juta liter lebih air yang digunakan. Sedangkan personil yang diturunkan untuk mengatasi Karhutla di sana mencapai 10 ribu orang lebih.
Selain itu, upaya pemadaman dilaporkan juga telah dilakukan dengan memodifikasi cuaca. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah melakukan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Kalteng sejak Selasa lalu.
“Operasi TMC di Kalimantan sudah dimulai Selasa kemarin untuk wilayah Kalteng. Sedangkan Kalbar baru akan dimulai sekitar tanggal 20 September. Kendati di Kalteng Selasa kemarin telah turun hujan rintik-rintik, namun belum signifikan,” ujar Kepala BPPT Hammam Riza di Jakarta, Rabu (18/9).
Sumber: https://nasional.republika.co.id/berita/py34u4409/karhutla-kalteng-kualitas-udara-masuk-kategori-berbahaya