Kiai Nashiruddin, Pendakwah Dan Politisi Ulung
REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON — Semasa hidupnya, Pendiri Pondok Pesantren Tarbiyatul Banin Cirebon, KH Nashiruddin Shiddiq bukan saja dikenal sebagai ulama yang kharismatik di Cirebon. Ia juga seorang birokrat yang mampu mengayomi warganya. Kiai Nashiruddin lahir pada 1940, ayahnya juga merupakan seorang ulama di Cirebon yakni Kiai Shiddiq bin Kiai Tarmidzi bin Kiai As'ad.
Sejak kecil, Kiai Nashiruddin telah menimba ilmu dari satu perkara ke pesantren lainnya. Mulai dari pesantren Babakan Ciwaringin, pesantren Arjawinangun, pesantren Kaliwungu hingga ke Kendal.
Setelah sekian lama menimba ilmu, Kiai Nashiruddin kembali ke kampung halamannya di Cirebon. sekitar pada tahun 1968, masyarakat Kelurahan Kaliwadas, Kecamatan Sumber mempercayainya menjadi Lurah.
"Beliau itu ahli tirakat, puasanya itu sampai 42 tahun. Warga mengenalnya sebagai Kuwu Nashir, beliau juga ahli hikmah, tabib banyak mengobati orang-orang yang sakit kejiwaan, tapi beliau juga aktivis" kata Pengasuh Ponpes Tarbiyatul Banin KH Abdul Mujib yang juga putra Kiai Nashiruddin saat berbincang dengan Republika,co.id pada Selasa (24/9).
Selain piawai berdakwah, kiai Nashiruddin juga aktif dalam kanca perpolitikan. Ia pernah tercatat sebagai Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Namun kala terjadi perpecahan ditubuh PKB, Kiai Nashiruddin pun memutuskan untuk keluar dan mendorong berdirinya Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU). Kala itu ia pun menjadi ketua dewan syuro PKNU di Jawa Barat. Menurut Kiai Abdul Mujib, Kiai Nashiruddin begitu bersemangat pada politik.
"Disamping aktif di Pesantren beliau jadi aktif berpolitik. Beliau punya tujuan tersendiri, ingin membenahi suatu partai sesuai tujuan partai itu, di satu sisi kebanyakan para kiai enggan berpolitik, sehingga setidaknya ada kiai terjun ke politik, masyarakat terangkat aspirasinya," katanya.
Pada 1989 Kiai Nashiruddin mendirikan Ponpes Tarbiyatul Banin di Kaliwadas, Sumber. Kendati demikian, menurut Kiai Abdul Mujib pada awal berdirinya para santri yang mengaji hanya sekitar 15 santri saja. Para santrinya pun merupakan santri yatim piatu dan berasal dari keluarga dhuafa. Kala itu, Kiai Nashiruddin masih mendidik santri-santrinya di rumahnya sendiri.
Kini, Pesantren Tarbiyatul Banin pun telah berkembang pesat. Total santrinya mencapai 1300 santri. Pesantren juga mendirikan lembaga formal mulai yakni Taman Kanak-kanak, Tsanawiyah (1997), SD (1999), Aliyah (2000), dan Akademi Analis Kesehatan (2003), serta Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (2014). Menariknya, Kiai Nashiruddin mampu memajukan pesantren yang dirintisnya dari hasil ia berbisnis tebu.
Kala itu, Kiai Nashiruddin memulai bisnis tebu dengan menyewa lahan Bain dari warga maupun pemerintah. Lamanya laun, usahanya itu pun mengalami peningkatan. Dari situlah, Kiai Nashiruddin mampu mengembangkan Pesantren Tarbiyatul Banin. Menurut Kiai Mujib, hal itu dilakukan Kiai Nashiruddin agar pesantrenya dapat mandiri. Kiai Nashiruddin wafat pada 2012.
Sumber: https://khazanah.republika.co.id/berita/pybpo2313/mengenal-kiai-nashiruddin-pendiri-tarbiyatul-banin