KIBLAT.NET, Jakarta – Ketua Umum Perhimpunan Remaja Masjid Dewan Masjid Indonesia (PRIMA DMI), Ahmad Arafat Aminullah mengingatkan generasi milenial akan dampak-dampak negatif dari kehidupan yang mulai serba terdigitalisasi.
Menurut Arafat, banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi begitu cepat dalam era digital ini.
"Zaman dahulu orang tua kita belum mengenal facebook, namun hari ini sosial media sangat mewarnai kehidupan kita. Hal ini menunjukkan bahwa percepatan perubahan kehidupan dunia itu sangat deras," kata Arafat di hadapan puluhan remaja masjid dalam acara PRIMA-Talk yang bertajuk "Bagaimana Pemuda Milenial Membaca Zaman dan Memainkan Peran" di KAPE Caffe, Jakarta Selatan, Kamis (21/02/2019).
Arafat juga menyampaikan bahwa kehidupan yang mulai serba terdigitalisasi tersebut membuat dunia menjadi semakin datar.
"Apa yang terjadi di Somalia misalnya, kita bisa baca di berita, dan itu relatif real time, apa yang menjadi trending topic orang Indonesia di twitter orang barat juga bisa lihat. Yang kemaren terbaru, uninstall bukalapak misalnya. Ini menunjukkan bahwa globalisasi membuat dunia semakin datar, datar dalam pengertian di ujung manapun orang bisa melihat apa yang dilakukan orang lain," ujarnya.
Namun, sambung Arafat, meskipun dunia semakin datar, ketimpangan masih tetap ada. Dunia mempunyai titik-titik puncak, kota-kota yang secara infrastruktur sudah maju, penduduknya well educated, tapi secara ironis masih ada daerah-daerah atau kantung-kantung yang terbelakang.
Realitas dunia semacam itulah yang sedang dihadapi generasi milenial. Arafat mengungkapkan bahwa realitas tersebut akan menciptakan goncangan-goncangan yang berpotensi menjadi masalah bagi generasi milenial.
"Perkembangan zaman membuat turbulensi-turbulensi (goncangan, red.), misalnya munculnya generasi tiktok, atau tren mobile gaming, yang lebih sering menimbulkan efek negatif. Buka web-web gosip, ada berita sensasional, web-web hoax. Jadi dengan turbulensi kehidupan zaman now, secara langsung atau tidak langsung berpotensi menimbulkan apa yang namanya problematika kehidupan," tuturnya.
Arafat menegaskan bahwa mensikapi problematika tersebut merupakan tantangan tersendiri, karena di saat yang sama kita dengan mudahnya terpapar konten-konten tidak senonoh baik secara langsung ataupun tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja.
"Misalnya ketika scroll video di facebook, kita menonton video edukasi atau sepakbola, kita scroll ke bawah lagi itu kan ada video terus, temanya udah beda, lha ini terkadang sangat mengganggu. Nah ini menimbulkan berbagai macam problematika," tegasnya.
Arafat pun menyayangkan ketika kondisi tersebut diperparah dengan kenyataan bahwa sekarang tidak banyak pemuda yang mau dan rutin pergi ke masjid. Sementara kita tahu bahwa masjid merupakan pusat peradaban Islam.
"Siapa yang akan menjadikan masjid sebagai pusat peradaban jika pemudanya tidak pergi ke masjid," tukasnya.
Karena itu, sambung Arafat, PRIMA DMI akan konsen menggarap dan memberdayakan generasi milenial muslim agar kembali ke masjid.
"Kami di PRIMA melihat bahwa generasi milenial muslim adalah input yang sangat berharga, sehingga perlu untuk kita bina dan berdayakan," tandasnya.
Reporter: Azzam
Editor: Rusydan
Sumber: https://www.kiblat.net/2019/02/23/soroti-problematika-generasi-milenial-muslim-prima-dmi-pemuda-sekarang-enggan-ke-masjid/